PERSELINGKUHAN DARI SUDUT PANDANG WANITA
Selingkuh adalah kata
yang sudah tak asing lagi di telinga kita. Kata ini sering melanda relasi
manusia. Karena itulah, kata ini sangat ditakuti saat orang hendak membangun
sebuah relasi. Perselingkuhan bukan hanya terjadi pada relasi suami-istri atau
relasi pacaran saja, melainkan relasi koalisi dalam dunia politik. Perselingkuhan
yang terjadi menunjukkan adanya ketidak-setiaan pada komitmen. Hal ini bisa
saja disebabkan adanya kepentingan. Orang atau partai politik yang selingkuh
pasti karena adanya kepentingan.
Pendapat umum berkata
bahwa kaum pria memang suka selingkuh. Karena itu selingkuh lebih diidentikkan
dengan kaum laki-laki. Tapi apakah selingkuh itu monopoli kaum Adam?
Minggu lalu kita sudah
melihat ulasan selingkuh dari aspek kaum laki-laki: alasan laki-laki selalu
diidentikkan sebagai tukang selingkuh; konsep selingkuh bagi laki-laki; sikap
pria jika pasangannya yang selingkuh. Hari ini kami akan menurunkan tulisan
soal selingkuh dilihat dari perspektif kaum perempuan.
1. Wanita Lebih Sering
Selingkuh daripada Pria
Bahagia atau tidak
bahagia dengan pasangannya, pria cenderung berselingkuh. Begitu menurut
tinjauan psikologis para peneliti. Namun, bila membicarakan soal selingkuh,
wanita ternyata bukan cuma sama bengalnya dengan pria, tetapi juga
lebih parah.
Sebuah studi yang
dilakukan belum lama ini menunjukkan bahwa wanita lebih sering berselingkuh
daripada pria. Demikian dilaporkan harian Daily
Telegraph di London. Fakta ini
didapat berdasarkan jajak pendapat yang diikuti lebih dari 3.000 wanita. Dari
3.000 wanita itu, 40 persennya mengaku pernah memiliki affair dengan pria
lain. Secara detail dijelaskan, sebanyak 40 persen wanita yang selingkuh
mencium orang lain saat dugem, 1 dari 4 wanita "main-main" dengan
rekan kerja saat ada acara kantor, dan seperlima wanita mengaku merasa
deg-degan (tetapi excited) saat mengkhianati pasangannya, dan ingin
melakukannya lagi. Di lain pihak, hanya 30 persen pria (atau 3 dari 10 pria)
yang mengencani wanita lain saat masih mempunyai pasangan.
Studi ini memang
tidak 100 persen ilmiah karena diadakan oleh sebuah teater di
Inggris untuk menciptakan "demam" dalam pembukaan lakon komedi
terbarunya yang berkisah tentang perselingkuhan. Jajak pendapat ini juga
menetapkan definisi selingkuh yang longgar, ada wanita yang hanya pergi berdua
dengan pria lain sudah dikategorikan selingkuh. Namun, ada pula yang
dikategorikan demikian bila telah berciuman.
Terungkap juga
bahwa "main-main" atau flirting juga dianggap urusan kecil buat yang melakukannya.
Soalnya, risiko ketahuan pasangan sangat minim (hanya sepertiga yang pernah
kepergok pasangan).
Bagaimanapun juga,
hasil jajak pendapat iseng ini di luar dugaan karena menyangkut fakta baru
tentang kebiasaan seksual wanita.
2. Makin Banyak Perempuan yang
Berselingkuh
Ketidak-setiaan
sering kali diasumsikan sebagai sifat alami kaum pria. Namun, statistik
menunjukkan peningkatan jumlah perempuan yang berselingkuh dari pasangannya.
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah ini, antara lain, meningkatnya
kesamaan penghasilan dan lebih banyaknya peluang yang terbuka karena para
perempuan yang bekerja lembur.
Sebagai pakar
hubungan dari Inggris, Keren Smedley juga memerhatikan meningkatnya frekuensi
ketidaksetiaan perempuan. Menurutnya, selama ini perempuan memang merasa
dibebani keharusan untuk mempertahankan perkawinan yang tidak sehat. Namun,
akhir-akhir ini mereka tidak lagi merasa tak berdaya dan memaksa diri untuk
bertahan.
Ketika mereka
terjebak dalam suatu perkawinan yang tidak bahagia, seorang pria baru bisa
menjadi semacam pelarian. Kesetaraan juga memberikan perempuan suatu
kecenderungan dan kemampuan untuk sama tidak setianya dengan suami mereka.
Menurut survei
yang digelar oleh Sexual Attitudes and
Lifestyle pada tahun 2001, tercatat sebanyak 14,6 persen pria mengaku tidak
setia pada pasangannya. Persentase perempuan ternyata tidak jauh berbeda.
Hampir 1 dari 10 perempuan mengaku pernah berselingkuh.
"Menurut
saya, alasan perempuan saat berselingkuh tidak jauh berbeda dari pria,"
ujar Paula Hall, konselor hubungan di firma Relate. "Mereka mencari
perhatian dan rasa sayang, dan seks termasuk di dalamnya."
Sementara itu,
hasil survei terbaru yang diprakarsai website Netmums menyatakan, hampir 25 persen istri tidak
setia kepada suaminya. Para istri melakukannya ketika anak-anak mereka masih
berusia balita. Survei di Inggris yang melibatkan 4.000 wanita ini juga
menyebutkan, sepertiga dari para istri yang tidak setia juga melakukan one-night stand.
3. 25 Persen Istri Berselingkuh
Sebuah hasil
survei terbaru menyatakan, hampir 25 persen para istri tidak setia kepada
suaminya. Yang lebih mengejutkan, sekitar 64 persen para istri ini melakukan
perselingkuhan dengan pria lain sebelum memiliki anak.
Setelah melahirkan
anak, kesempatan untuk melakukan affair juga tetap terbuka. Para istri melakukannya ketika
anak-anak mereka masih berusia balita. Jumlah istri yang berselingkuh menurun
drastis pada saat anak-anaknya mulai beranjak dewasa.
Ini adalah hasil
survei di Inggris melibatkan 4.000 wanita yang diprakarsai website
Netmums. Survei juga menyebutkan, sepertiga dari para istri yang tidak setia
juga melakukan one-night stand. Dua perlima dari mereka mengaku memiliki teman
kencan, sedangkan seperlima lainnya mengaku pernah jatuh cinta.
Pria yang menjadi
selingkuhan para istri ini beragam. Sekitar 37 persen dari mereka memilih
mantan pacar, 31 persen memilih tidur bersama pria yang baru dikenalnya, dan 12
persen memilih teman dekatnya di masa kanak-kanak. Lima persen dari kalangan
istri nakal ini mengaku berselingkuh dengan teman suaminya dan 2,5 persen
memilih sobat dari temannya.
Pemicu dari
ketidak-setiaan ini disinyalir adalah krisis di usia pertengahan serta absennya
sosok suami pada saat dibutuhkan.
Namun, para suami
pun sama-sama harus berintrospeksi karena menurut hasil survei, jumlah suami
yang berselingkuh justru mencapai dua kali lipat—di mana 40 persennya suka
"main" perempuan.
Hasil studi juga
menunjukkan, 63 persen hubungan pada pasangan yang berselingkuh kerap kali
gagal. "Pengkhianatan selalu menjadi gejala dari masalah ini. Banyak
pasangan yang berhasil melewatinya dengan kepedihan dan berakhir dengan
bahagia," ungkap konselor dari Netmums, Chris Bannigan.
4. Kenapa Perempuan Ingin
Selingkuh?
Pernahkah Anda
menatap seorang pria yang baru Anda kenal dan merasa berdebar-debar setelahnya?
Anda lalu mulai memberanikan diri saling mengirim SMS, e-mail, dan tiba-tiba
membayangkan bagaimana bila Anda menjadi kekasihnya?
Bila Anda tidak
berusaha mengendalikan perasaan Anda, bisa jadi bayangan mengenai selingkuh ini
menjadi kenyataan. Jangan terlalu percaya dengan pertahanan diri Anda karena
perempuan pun punya kemampuan untuk berselingkuh, sama besarnya dengan pria.
Ketika Anda sudah
terjebak dalam pesona pria baru ini, Anda mungkin tak akan mampu lagi melihat
alasan yang jelas mengapa Anda ingin berpaling dari pasangan. Untuk itu, coba
lihat beberapa alasan berikut, dan kenali apakah salah satunya terjadi pada
Anda. Bila mengetahui alasannya, Anda akan tahu bagaimana cara mengatasi atau
memperbaiki hubungan Anda dengan pasangan.
Bosan
dengan hubungan saat ini. Ketika
hubungan sudah berjalan lama, perasaan berbunga-bunga itu sudah lenyap. Waktu
senggang diisi dengan hal yang itu-itu saja, seks hanya menjadi kewajiban,
bahkan kadang-kadang Anda sudah tidak tahu apa lagi yang ingin dibicarakan.
Untuk mengatasi
hubungan yang mulai membosankan, Dr Patti Britton, penulis The Art of Sex Coaching, menyarankan untuk mengubah pola sentuhan dan hubungan seks Anda.
"Apa yang Anda lakukan sebelumnya, lakukan kebalikannya. Variasi akan
mendorong respons dopamin pada otak kita, dan menyebabkan kita merasa ada
sesuatu yang baru."
Tidak
mendapat perhatian dari pasangan.
Ada hari-hari ketika pasangan mencurahkan perhatian pada segala hal, kecuali
Anda. Anda ingin ada orang yang bertanya pada Anda, apa saja yang terjadi pada
diri Anda hari ini. Atau, seseorang yang memijat punggung Anda ketika pulang
dari kantor dalam keadaan letih, tanpa diminta.
Butuh
konfirmasi mengenai daya tarik Anda. Seperti telah disebut tadi, ketika hubungan sudah berjalan lama,
kecantikan tak lagi menjadi satu-satunya perhatian pasangan. Akibatnya, Anda
sudah lupa bagaimana rasanya dipuji dan diinginkan oleh seorang pria (dan bukan
karena Anda yang harus memasak, membantu mencari nafkah, atau mengasuh
anak-anak).
Anda
mencari sensasi. Apakah Anda
tipe orang yang selalu mencari risiko yang "membahayakan" dalam
setiap tahap kehidupan Anda? Musibah yang mungkin akan terjadi dari suatu affair akan mengancam
keharmonisan hubungan Anda.
"Kenapa Anda
tidak mencoba berbagi sensasi dengan pasangan Anda?" kata Ian Kerner,
konselor relasi yang juga penulis buku Sex
Recharge. "Nonton film horor,
naik roller coaster, atau sama-sama bolos kerja untuk menyisihkan waktu
untuk berdua, pokoknya cari cara untuk melakukan variasi dari rutinitas Anda.
Nikmati sensasi yang akan Anda rasakan."
Anda mulai
"ilfil" dengan pasangan. Jika pasangan sudah mulai menggendut, atau tidak
lagi memedulikan penampilannya seperti dulu, akan sulit bagi Anda untuk
memandangnya secara seksual. Yang bisa Anda lakukan adalah menyediakannya menu
sehat, berolahraga bersama, termasuk belanja bersama untuk me-makeover
penampilannya. "Dorongan secara positif akan membantunya kembali ke sisi
dirinya yang terbaik," kata Dr Britton.
Anda
menikah muda dan minat Anda telah berubah. Ketika menikah pada usia awal 20-an, Anda tidak
terpikir bahwa diri dan kepribadian Anda akan berkembang sejalan dengan bertambahnya
usia. Begitu pula dengan suami Anda. Akhirnya, prioritas Anda berdua mulai
berubah. Ketika Anda bertemu pria baru yang merasa bergairah dengan sesuatu
yang juga menarik minat Anda, wajar bila Anda jadi tertarik padanya.
Anda ingin
keluar dari relasi perkawinan.
Perkawinan Anda mungkin telah lama bermasalah dan Anda sudah tidak tahan lagi,
tetapi Anda belum siap untuk memulai pembicaraan dengan suami. Mungkin saja ada
bagian dari diri Anda yang ingin tertangkap basah dengan pria lain, atau, Anda
terlalu takut untuk mengakhiri perkawinan dan merasa sendiri. Namun, lari ke
pelukan pria lain tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan menambahnya.
Anda harus jujur pada diri Anda sendiri dan pasangan.
Anda
berada dalam situasi baru. Entah
itu sukses menurunkan berat badan, memulai pekerjaan baru, atau melakukan hobi
baru. Anda merasa bergairah dengan fase baru dalam hidup Anda ini, dan, entah
disengaja atau tidak, suami Anda jadi tergantikan oleh seseorang yang Anda
temui dalam gaya hidup Anda yang baru.
"Perubahan
baru akan membawa tantangan-tantangan baru, dan Anda menganggap pasangan tidak
akan mengerti hal ini. Ajak pasangan menjadi bagian dari kehidupan Anda,"
saran Kerner. "Anda tidak tahu kan, kalau ternyata pasangan mungkin justru
akan memahami, mendukung, dan memberi masukan?"
Pasangan
tidak bergairah lagi untuk bercinta.
Ketika suami dan istri memiliki tingkat libido yang berbeda, hal ini bisa
menimbulkan masalah. Ketika yang satu tidak pernah ingin berhubungan intim,
akan muncul keretakan dalam hubungan Anda, dan menyebabkan Anda ingin berpaling
ke orang lain.
Anda
menjalani "long distance
relationship". Pasangan
yang berbagi rumah yang sama saja akan menghadapi banyak masalah, apalagi bila
berada di kota yang berbeda. Anda akan merasa kesepian dan mulai mencari
seseorang untuk mengisi kekosongan itu. Menurut Kerner, ketidakhadiran pasangan
sebenarnya bisa diatasi dengan aktivitas seperti phone-sex dengan
pasangan, mengirim pesan-pesan erotis melalui SMS atau e-mail (yang bisa
dibaca berulang-ulang), apa saja yang bersentuhan dengan relasi seksual.
Karena
pasangan pernah berselingkuh.
Pasangan pernah selingkuh di masa lalu, tetapi Anda belum mampu melupakannya
sama sekali. Anda mungkin ingin membalas dendam, atau tanpa sadar melakukannya
karena sakit hati. Namun, balas dendam tidak akan memberikan kehidupan yang
Anda inginkan. Menurut Britton, balas dendam adalah tindakan reaktif, bukan
proaktif. Jadi, fokuslah pada apa yang Anda inginkan lagi dalam hubungan Anda.
Bila tidak, Anda mungkin memang harus berpisah darinya.
Anda
berusaha memuaskan hasrat.
Mungkin hubungan Anda dengan kekasih atau suami baik-baik saja. Namun, muncul
pria baru di kantor atau di lingkungan pergaulan Anda, yang berhasil menarik
perhatian Anda dan membuat Anda berdebar-debar setiap menemuinya. Hati-hati
bila persahabatan yang dihiasi aktivitas flirting ini berjalan di luar kendali. Anda boleh saja
berfantasi tentang pria lain (bahkan ketika Anda sedang berhubungan intim
dengan pasangan), tetapi jangan mengubah fantasi itu menjadi kenyataan.
5. Lima Langkah Pemulihan Diri
Paska Perselingkuhan
Perselingkuhan
merusak kepercayaan yang sudah dibangun bersama pasangan, bahkan rasa percaya
diri bisa terkoyak. Menurut Asosiasi Terapi Pernikahan dan Keluarga Amerika
(American Association for Marriage and Family Therapy), seseorang yang menjadi
korban perselingkuhan mengalami gangguan psikis yang sama dengan gejala
traumatik akibat stres. Seperti mudah gelisah, berilusi, dan selalu melihat
masa lalu.
Sebaiknya pulihkan
diri Anda dari perasaan menyakitkan paska perselingkuhan melalui cara ini:
Percayalah,
ini bukan salah Anda
Jangan pernah
menyalahkan diri sendiri atas perselingkuhan yang terjadi dalam hubungan Anda.
Meskipun Anda menyadari tak sepenuhnya sempurna dalam menjalani hubungan, namun
bukan berarti Anda berhak dipersalahkan atau mempersalahkan diri karena
pasangan berselingkuh. Ingatkan diri Anda bahwa pasangan yang berselingkuh
telah berlaku tidak adil terhadap komitmen dan perasaan Anda.
"Pasangan
berselingkuh karena telah mengabaikan Anda dan komitmen serta perasaan yang
dibangun, jadi jangan salahkan diri Anda karenanya," kata Janis Abrahms
Spring, psikolog dan pengarang buku After
the Affair.
Luangkan
waktu untuk lebih mengenal diri
Cobalah kenali
kembali diri Anda, dengan belajar dari pengkhianatan dan pupusnya hubungan.
Michele Weiner-Davis, Direktur Pusat Penyelesaian Perceraian Colorado,
mengatakan rasa sakit karena perselingkuhan memberikan pengalaman lain. Dari
perasaan inilah, Anda bisa belajar mendorong kembali sensitivitas diri, empati,
rasa menyayangi, dan membekali diri agar tak terjebak dalam hubungan serupa di
kemudian hari.
Menjalin
hubungan baru setelah diri Anda pulih
Tak perlu
terburu-buru menjalin hubungan baru usai mengalami perselingkuhan. Jika Anda
terbawa emosi, lalu mulai berkomitmen dengan seseorang padahal perasaan sakit
dari pengalaman lalu belum teratasi, ini akan mengganggu hubungan yang baru
dibangun tersebut.
"Lebih baik
pulihkan diri Anda lebih dahulu sampai siap untuk memulai kembali membangun
hubungan baru," kata Rich Nicastro, psikolog spesialisasi pernikahan dan
hubungan berpasangan.
Eksplorasi
pengalaman baru dalam hubungan
Cobalah keluar
dari zona nyaman dalam memilih pasangan. Anda tak perlu mematok tipe pasangan
yang sama seperti sebelumnya. Sebaiknya eksplorasi berbagai tipe orang dalam
menjalani hubungan. Anda bisa memulainya dengan mengenal berbagai karakter
pasangan sebelum memutuskan membangun komitmen bersamanya. Carilah juga
kualitas diri dari pasangan yang tidak Anda temukan pada pasangan yang
mengkhianati sebelumnya.
"Tanda
hubungan yang sehat di antaranya lebih spontan dan lebih terbuka satu sama
lain," kata terapis hubungan berpasangan, Jef Gazley. Anda bisa menggali
karakter pasangan dari kriteria yang diberikan Gazley ini.
Belajar
membangun kembali rasa percaya
Pengkhianatan dari
orang yang Anda cintai memang menyakitkan, namun Anda perlu mengatasi perasaan
ini dengan tidak mencurigai setiap lawan jenis yang mulai mendekati Anda. Jika
Anda tak bisa membangun kembali rasa percaya terhadap orang lain, Anda
cenderung akan berperilaku tanpa alasan yang jelas. Gazley menambahkan,
hubungan baru yang akan dibangun juga terganggu tanpa adanya rasa percaya.
Berikan kesempatan kepada pasangan baru untuk menunjukkan bahwa dia bisa
dipercaya. Caranya, bangun rasa percaya dalam diri Anda lebih dulu, dan jangan
pernah bandingkan dengan mantan yang mengkhianati Anda.
6. Menata Hubungan Setelah
Selingkuh
Tertarik kepada
orang lain mungkin sulit dihindari, tetapi seyogianya tidak dilanjutkan sebagai
permainan, atau menjadi hubungan lebih dalam. Perselingkuhan sering
menghancurkan kepercayaan pasangan dan dapat mengacaukan hidup keluarga.
N seorang ibu
berusia 32 tahun menulis:
”Dua tahun lalu
suami saya berselingkuh dengan pembantu. Begitu terguncang saya karena tidak
pernah berpikir suami akan melakukan hal itu. Perbuatan suami sangat meluluhlantakkan
setiap sendi kehidupan saya.
Saya terpojok
karena gosip ini menyebar ke seluruh kompleks perumahan. Belum lagi ibu-ibu
usil membicarakan, menyalahkan, bahkan sampai ada yang memusuhi saya. Tekanan
masyarakat sekitar tertuju kepada saya karena saya dianggap tidak becus
mengurus suami sampai harus pergi ke pelukan pembantu.
Saya tertekan
karena selama ini saya korbankan semua hidup saya, kesempatan untuk berkarier,
sampai kesempatan bersekolah ke luar negeri demi keutuhan rumah tangga dan
keberhasilan suami dan anak-anak. Saya merasa ditikam dari belakang.
Suami minta maaf
dan memohon saya untuk tidak meninggalkan dia karena pertimbangan anak.
Akhirnya saya mau bertahan walaupun hari-hari dipenuhi dengan ke-bete-an yang
entah kapan berakhir. Bayang-bayang perselingkuhan itu selalu tergambar dalam
benak saya.
Dua tahun ini saya
berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan lagi. Tetapi, apa yang terjadi, minggu
lalu saya menemukan SMS di HP suami dengan mantan teman tapi mesranya. Saya
marah dan merasa dikhianati karena seharusnya sudah tidak ada kebohongan di
antara kami. Saya berpikir hubungan ini harus diakhiri dengan perceraian karena
saya sudah tidak percaya kepada suami dan saya tidak melihat dia berniat untuk
berubah. Tetapi, bagaimana dengan anak-anak kami? Saya tidak ingin anak-anak
bernasib seperti ayahnya (anak korban perceraian).”
Meneliti
kehidupan perkawinan
Perasaan N mungkin
dialami oleh orang lain yang pasangannya berselingkuh. Marah dan terkejut,
belum sembuh dari luka yang lama, dan mendapati pasangan ternyata masih
menjalin hubungan dengan orang lain.
Untuk dapat
mengambil keputusan yang terbaik di antara berbagai pilihan yang tidak ideal,
kita perlu meneliti kehidupan perkawinan dan relasi dengan pasangan. Sisi apa
dari pasangan yang dulu menarik atau membuat jatuh hati? Apakah sisi-sisi itu
merefleksikan tanggung jawab dan kematangan ataukah justru kekurangmampuan
bertanggung jawab? Misal: genit, tebar pesona; menarik tetapi sangat tergantung
dan rapuh; atau sebaliknya, memaksakan kepentingan sendiri dan egois?
Bagaimana N
melihat tanggung jawab suami saat ini sebagai suami dan ayah, selain
perselingkuhannya? Apakah ia bertanggung jawab dan jujur soal nafkah, bersedia
berbagi peran mendidik anak? Bagaimana karakteristik pribadi N dan suami, dan
bagaimana gambaran relasi yang ada? Apakah N selalu berkorban dan mengalah,
sementara suami justru mempersepsi N mendominasi dan kurang menghargai? Apakah
suami sungguh menyesal atau hanya di mulut saja?
Terlepas dari
karakteristik pribadi pembantu, kita perlu menyadari posisi pembantu yang tidak
memiliki posisi tawar dan sangat rentan: mudah mengalami eksploitasi seksual
(mungkin dari majikan pria) dan jadi kambing hitam. Sudah jadi korban masih
dipersalahkan (mungkin oleh majikan perempuan ataupun majikan laki-laki).
Mengapa suami
sampai berhubungan dengan pembantu? Apakah merefleksikan karakteristik pribadi
suami yang sangat lemah (misal: merasa diri kecil dan tak berharga karena
mempersepsi istri sangat dominan), atau ketidakmampuan mengendalikan dorongan
seksual dan egoisme sebagai laki-laki? (memang terobsesi mencari kesenangan
seksual, mengobyekkan dan tidak menghormati perempuan, tidak peduli norma serta
tanggung jawab).
Menata
masa depan
Memprihatinkan
bahwa kegagalan rumah tangga cukup sering dipersalahkan kepada pihak perempuan
atau istri, termasuk ketika suami melakukan tindakan tidak pantas terhadap
(dengan) pembantu. Tetapi kita juga perlu merefleksi, apakah memang benar
orang-orang lain menyalahkan dan memusuhi ataukah itu perasaan kita sendiri
yang sangat malu dengan kejadian yang dianggap aib sehingga jadi sensitif dan
mudah curiga?
Mungkin teman dan
tetangga mendengar kasus itu, sangat terkejut dan bingung harus bereaksi
bagaimana karena takut menambah persoalan. Sementara itu kita sendiri minder
dan bingung sehingga hubungan yang sebelumnya akrab berubah kaku bahkan tak
berlanjut.
Setelah meneliti
diri sendiri, pasangan, relasi dengan pasangan, serta semua pihak terkait
(kepentingan anak dan lainnya), kita lebih mengerti dan dapat mengambil
keputusan. Seyogianya kita melanjutkan hubungan karena menganggap ada cukup
banyak hal baik yang masih dapat dipertahankan dan terus dikembangkan. Terlalu
cepat memutuskan berpisah belum tentu merupakan solusi yang baik, tetapi
mempertahankan perkawinan yang terlalu buruk juga belum tentu positif bagi
kepentingan anak.
Bagaimana anak
dapat belajar dengan tenang, mengembangkan rasa bangga dan aman dalam keluarga,
jika relasi ayah-ibu tidak memberikan contoh pembelajaran yang baik? Keputusan
harus diambil dengan kepala dingin setelah mempertimbangkan berbagai hal
penting terkait, jika perlu dengan melibatkan pihak yang dianggap bijaksana dan
dapat memfasilitasi kita menemukan solusi yang tepat.
Perselingkuhan
menghancurkan berbagai hal indah yang pernah dibangun bersama. Semua pihak
perlu bersabar dan memberi waktu bagi diri dan pasangannya untuk dapat
menyatukan kembali keping-keping yang pecah. Suatu hal sulit, tetapi masih
mungkin dilakukan apabila ada ketulusan dan niat baik dari semua.
7.
Penutup
Kita sudah melihat
soal selingkuh dari aspek wanita. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak semua wanita ternyata menyukai selingkuh. Ada yang menginginkan
kesetiaan. Selingkuh menunjukkan adanya sikap egois dalam hidup. Karena itu,
untuk menghindari terjadinya perselingkuhan, langkah awal yang harus dilakukan
adalah menghilangkan sikap egois tersebut.
Perselingkuhan
dapat membawa kehancuran bagi kepercayaan pasangan dan keluarga serta
kehancuran bagi keluarga itu sendiri. Karena perselingkuhan selalu berujung
pada perceraian. Keindahan dan kebahagian yang pernah dibangun seakan musnah
tak berguna.
Sikap yang harus
dibentuk dalam diri kita bila mengetahui pasangan kita selingkuh adalah
memaafkan atau mengampuni. Memang untuk membangun sikap memaafkan membutuhkan
kekuatan yang sangat luar biasa besar. Memaafkan itu merupakan ciri ilahi,
bukan manusiawi. Karena itulah, agar bisa memaafkan, kita perlu minta bantuan
kekuatan dari Tuhan.
Dari seluruh uraian
tentang selingkuh ini (25 dan 18 Juli) dapatlah dikatakan bahwa selingkuh
membawa sengsara. Tulisan-tulisan ini bukan mau mengajak pembaca untuk berselingkuh,
melainkan bertujuan agar pembaca benar-benar sadar dan melihat akan bahayanya
selingkuh itu. Selingkuh tidak ada gunanya. Oleh karena itu, seruan akhir dari tulisan
ini adalah: JANGAN PERNAH SELINGKUH.
editor: adrian
Sumber Bacaan:
1. Felicitas
Harmandini, “Wanita Lebih Sering Selingkuh daripada Pria?” dalam http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/09/03/18510369%20/wanita.lebih.sering.selingkuh.daripada.pria
2. Felicitas
Harmandini, “Makin Banyak Perempuan yang Berselingkuh”, dalam http://female.kompas.com/read/2010/06/08/19332244/Makin.Banyak.Perempuan.yang.Berselingkuh
3. Asep Candra,
“Wah,
25 Persen Istri Berselingkuh”, dalam http://female.kompas.com/read/2010/04/06/15095890/Wah.25.Persen.Istri.Berselingkuh
4. Felicitas
Harmandini, “Kenapa Perempuan (Juga) Ingin Selingkuh?” dalam http://female.kompas.com/read/2010/08/21/10403724/Kenapa.Perempuan.Juga.Ingin.Selingkuh.
5. Wardah
Fazriyati, “Lima Langkah Pemulihan Diri Paska Perselingkuhan”,
dalam http://female.kompas.com/read/2010/08/06/16231354/5.Langkah.Pemulihan.Diri.Paska.Perselingkuhan
6. Kristi
Poerwandari, “Menata Hubungan Setelah Selingkuh”, dalam http://female.kompas.com/read/2010/02/28/02561750/Menata.Hubungan.Setelah.Selingkuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar