Orang Kristen tentu sudah tahu peristiwa Tuhan Yesus menampakkan
kemuliaan-Nya atau dimuliakan di atas gunung. Peristiwa itu dikenal juga dengan
istilah transfigurasi. Gereja katolik memasukkan peristiwa tersebut ke dalam
kalender liturginya sebagai hari pesta (jatuh pada 6 Agustus). Sebagai sebuah
pesta liturgi, Gereja Timur telah jauh lebih dahulu melakukannya. Gereja Barat
baru dimulai pada tahun 1457, sebagai ungkapan syukur atas kemenangan Pasukan
Kristen atas tentara Turki di Belgrado.
Gambaran kejadian peristiwa tersebut hanya dapat dibaca dalam Injil Sinoptik,
yaitu Matius 17: 1 – 8; Markus 9: 2 – 8 dan Lukas 9: 28 – 36.
Dalam peristiwa itu Tuhan Yesus, yang pakaian-Nya berkilau-kilau, tampil
berdiskusi dengan Nabi Musa dan Nabi Elia. Petrus yang merasa bahagia, ingin
mendirikan tiga tenda di tempat itu.
Sangat menarik kalau peristiwa ini dikaitkan dengan peristiwa sebelumnya,
yaitu pengakuan Petrus (Mat 16: 13 – 20; Mrk 8: 27 – 30 dan Luk 9: 18 – 21).
Peristiwa transfigurasi ditempatkan setelah pengakuan Petrus bahwa Tuhan Yesus
adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Peristiwa transfigurasi seakan mau
menegaskan kembali jawaban Petrus tersebut, karena selain menampakkan kemuliaan
dan berbicara dengan dua Nabi Besar bangsa Israel, muncul juga penyataan
“Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!”
Akan tetapi menjadi persoalan ketika orang bertanya dimana lokasi persis
peristiwa itu terjadi, di gunung Tabor atau Gunung Hermon. Kitab Suci sendiri
tidak menyebutkan secara persis tempat kejadian itu. Ketiga Injil Sinoptik
hanya menyebutkan bahwa Tuhan Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus ke atas
gunung (Markus dan Matius memberi tekanan pada yang tinggi). Jadi,
hanya berhenti sampai di gunung saja, tanpa menyebut nama
gunungnya.
Dalam pengertian biblis, ‘gunung’ sebenarnya merujuk pada apa yang kita
pahami sebagai bukit. Ada terdapat beberapa bukit di Israel. Namun yang cukup
penting adalah Tabor dan Hermon. Menjadi pertanyaannya, apakah peristiwa Tuhan
Yesus menampakkan kemuliaan-Nya itu terjadi di Tabor atau Hermon? Dapat
dipastikan bahwa hal ini masih menjadi sebuah misteri.
Namun, sejak abad IV, orang Kristen berpendapat bahwa kejadian itu terjadi
di Gunung Tabor. Ada beberapa alasan yang mendukungnya. Pertama, bentuk
Gunung Tabor yang rapi memberikan suatu aura alami yang khas, yang
menjadikannya suatu tempat yang dengan mudah dianggap sebagai gunung suci.
Berbeda dengan banyak gunung lainnya, gunung ini dapat dengan mudah dicapai
sehingga memudahkan orang untuk membayangkan peristiwa transfigurasi.
Kedua, sejak perziarahan Kristen berkembang pesat pada
abad IV, para pengunjung terus menuntut kepastian letak terjadinya peristiwa
tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa para pengunjung terutama akan tertarik
mengunjungi Nazaret atau Danau Galilea, dapat dipahami jika orang memilih
lokasi yang berdekatan dengan lokasi-lokasi lainnya. Gunung Hermon dirasakan
cukup jauh dengan obyek wisata lainnya, sehingga dapat dipastikan pengunjung
tidak akan mengunjungi tempat yang jauh itu.
Pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa Tuhan Yesus berubah rupa di Gunung Tabor didukung kuat oleh Uskup Yerusalem, Santo Sirilus (315 - 386). Pada tahun 348, dalam bukunya “Cathechetical Lectures 12: 16” Uskup Sirilus menulis, “Ia berubah rupa di Gunung Tabor.”
Namun ada yang mengatakan bahwa kejadian itu terjadi di Gunung Hermon.
Memang lokasi persisnya tidak di puncak gunung, mengingat puncak gunung yang
selalu diselimuti salju. Peristiwa Tuhan Yesus berubah rupa itu terjadi pada
sebuah lereng di Gunung Hermon (ini sejalan dengan keterangan Markus bahwa
Tuhan Yesus pergi “ke sebuah gunung yang tinggi”).
Alasan memilih Gunung Hermon sebagai lokasi transfigurasi Tuhan Yesus
didasarkan pada soal jarak. Di atas sudah dikatakan bahwa peristiwa
transfigurasi ini terjadi setelah pengakuan Petrus. Markus dan Matius mencatat
bahwa peristiwa itu terjadi di daerah Kaisarea Filipi (Mat 16: 13; Mrk 8: 27).
Kaisarea Filipi terletak di antara Danau Galilea dan Gunung Hermon. Ia lebih
dekat ke arah Gunung Hermon (Gunung Hermon terletak sekitar 80 km di sebelah
utara Danau Galilea; dan jarak Kaisarea Filipi dan Gunung Hermon sekitar 20 –
30 km).
Sementara itu, Gunung Tabor berada sekitar 15 km di sebelah Selatan Danau
Galilea. Jarak Kaisarea Filipi dan Gunung Tabor bisa lebih dari 80 km. Agak
sulit membayangkan Tuhan Yesus bersama para murid-Nya melakukan perjalanan ke
tempat yang berseberangan di seberang Danau Galilea dalam waktu yang sangat
singkat. Berbeda jika tempat yang dituju adalah Gunung Hermon. Karena itulah,
orang memilih Gunung Hermon sebagai lokasi transfigurasi.
Kecenderungan memilih Gunung Hermon sebenarnya sudah dirasakan oleh banyak
orang Kristen, seperti Eusebius, yang hidup jauh sebelum Uskup Sirilus. Dalam
karyanya Commentary on the Psalm, Eusebius berpendapat bahwa
Mazmur 89: 13 dapat dipahami sebagai nubuat yang menunjuk pada transfigurasi
Kristus. Akan tetapi, dari perspektif historis, rasanya sulit membayangkan
Gunung Tabor sebagai tempat terjadinya peristiwa transfigurasi.
Sekalipun ada perbedaan pendapat mengenai lokasi persis kejadian
transfigurasi, bukan lantas berarti peristiwa itu tidak pernah terjadi. Lewat
“perdebatan” perbedaan pendapat ini, umat disadarkan bahwa sebuah peristiwa
jauh lebih penting daripada lokasi kejadian, dan bahwa kebenaran teologis
menjadi jauh lebih utama daripada ketepatan geografis.
Namun bukan lantas berarti kita mengabaikan aspek historis dan
geografisnya. Iman Kristen bukan hanya sekedar sejarah ataupun spiritualitas,
tetapi merupakan kombinasi yang tidak selalu mudah dari keduanya. Peristiwa
transfigurasi adalah suatu kejadian yang berakar pada episode inkarnasi Kristus
yang bersifat historis, tetapi menunjuk pada dimenasi keabadian dari pemuliaan
Kristus. (lebih lanjut tentang transfigurasi dapat dilihat di sini)
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar