Tahun 20215 lalu, Paus Fransiskus mengadakan kunjungan apostoliknya ke
Filipina. Pada hari kedua kunjungannya, Paus Fransiskus memperingatkan
keluarga-keluarga terkait “ancaman keluarga”. Paus memaparkan beberapa ancaman
tersebut.
Pertama, adalah masalah keuangan (ekonomi
keluarga). Gambaran situasi ekonomi dengan permasalahan keuangan ini terangkum
dari pernyataan seorang ibu bernama Ediza Pumarada, yang suaminya bekerja di
luar negeri. Kepada Bapa Paus, Pumarada mengungkapkan beban psikologis dan
emosional yang dihadapinya.
Pumarada mengatakan bahwa ia terpaksa mengambil peran ganda dalam
membesarkan anak dan keluarga. Ia juga harus menjaga hubungan cinta dengan
suami yang jauh di sana serta membangun sikap saling percaya. Tentu masih ada
kesulitan-kesulitan lain yang tak bisa diungkapkan satu per satu.
Apa yang disampaikan Pumarada merupakan gambaran umum kehidupan keluarga di
Filipina. Menurut data dari kelompok migran, ada sekitar 15 juta pekerja
Filipina bekerja di lebih dari 230 negara. Di antara 230 negara itu ada juga
negara-negara Timur Tengah, yang notabene dikenal sebagai
negara muslim, dimana tingkat intoleransinya sangat tinggi. Keberadaan di
negara islam ini menjadi tantangan tersendiri.
Kedua, materialisme dan gaya hidup. Masalah pertama tadi mengungkapkan realitas kemiskinan yang masih ada di Filipina. Namun Paus mengungkapkan sebuah ironisme. Sementara banyak orang hidup dalam kemiskinan parah, “keluarga lain terjebak dalam materialisme dan gaya hidup yang merusak kehidupan keluarga.”
Ancaman kedua ini terlihat dari kepemilikan dan mental pengagung-agungan
harta benda. Orientasi orang yang sudah dirasuki hal ini adalah diri sendiri
atau keluarganya saja. Materialisme dan gaya hidup membawa dampak yang merusak
kehidupan keluarga, seperti perselingkuhan yang berujung pada perceraian,
aborsi, dan anak-anak menjadi terlantar.
Bagi Paus, setiap ancaman terhadap keluarga merupakan ancaman bagi negara
dan Gereja. “Dunia kita membutuhkan keluarga-keluarga yang baik dan tangguh
untuk mengatasi ancaman ini,” kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, disampaikan
beberapa pesan terkait masalah ini:
1.
Lindungilah keluarga dengan doa dan kasih
karunia sakramen.
2.
Hormatilah kehidupan dan kelahiran sebagai
sesuatu “kesucian setiap kehidupan manusia dari hamil hingga mati secara
alami.”
3.
Bangunlah semangat peduli sebagai “murid
misionaris Yesus” dan bersedia keluar dari rumah tangga sendiri dengan
memperhatikan sesama yang membutuhkan.
Peringatan ini memang ditujukan secara langsung kepada
keluarga-keluarga Filipina. Akan tetapi pesannya berlaku juga untuk
keluarga-keluarga katolik dimana saja, termasuk Indonesia. Apa yang dihadapi
keluarga-keluarga Filipina, dihadapi juga oleh keluarga-keluarga katolik di
Indonesia.
Merantau untuk mencari uang demi perbaikan hidup keluarga banyak dilakukan
oleh warga Indonesia. Permasalahan yang dihadapi keluarga Filipina di atas
terjadi juga di Indonesia. Tak jarang ketika jauh dari isteri dan anak, ada
suami yang tergoda untuk menikah lagi di rantau. Ada juga yang menjadi
korban trafficking. Hal yang sama juga dengan masalah
materialisme dan gaya hidup.
Oleh karena itulah pesan Paus Fransiskus ini relevan juga buat kita di Indonesia. Keluarga-keluarga katolik Indonesia diajak untuk menjadi tangguh dalam menghadapi ancaman kehidupan keluarga. Dalam menghadapi ancaman ini, kita tidak berjuang sendiri-sendiri.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar