SANTO NIKOLAUS AGUNG
NIKOLAUS
AGUNG lahir di Roma sekitar tahun 800. Dia berasal dari keluarga terhormat. Ia masuk
seminari pada usia dini dan bercita-cita untuk menjadi pelayan Gereja. Nikolaus
diangkat menjadi sub-diakon oleh Paus Sergius II (844 – 847), dan sebagai
diakon oleh Paus Leo IV (847 – 858). Kemudian pada 24 April 858 Nikolaus
terpilih menjadi paus ke-105, menggantikan Paus Benediktus III yang meninggal
pada 7 April, dan pada hari yang sama ditahbiskan serta dinobatkan sebagai paus
di Basilika Santo Petrus di hadapan kaisar.
Masa
kepemimpinannya dapat dikatakan cukup sulit, karena diwarnai dengan perseteruan
para uskup dengan uskup agungnya. Keluarga-keluarga kerajaan dengan lihai
berusaha mengelabui aturan Gereja dan menyuap para uskup demi mencapai hal yang
mereka inginkan. Kasus yang paling sering dihadapinya adalah perihal kawin
cerai para bangsawan. Namun Paus Nikolaus tidak mau lepas tangan. Dengan wewenangnya
sebagai paus, ia berusaha menyelidiki dan menyelesaikan segala perkara yang ada
pada tubuh Gereja.
Pernah
sekali ketika Nikolaus sedang mengadili para uskup yang menyetujui berpisahnya
Raja Lothair dengan istrinya. Raja Lothair sendiri datang dan mengepung kota
Roma dan membuat Paus Nikolaus tidak mempunyai makanan selama beberapa hari. Namun
semangatnya tidak pernah pudar. Setelah berdamai dengan Raja Lothair dan
melepaskan uskup-uskup tersebut, ia tetap memperjuangkan rekonsiliasi antara
Raja Lothair dan istrinya.
Selain itu, begitu banyak sinode ilegal yang berlangsung selama masa kepemimpinannya. Akan tetapi semuanya dapat diatasi dengan baik. Sebuah pertanyaan yang banyak dibahas: apakah Paus Nikolaus memanfaatkan dekret kepausan pseudo-Isidorian yang dipalsudkan? Setelah penyelidikan yang mendalam, Schrors, perwakilan kepausan, telah memutuskan bahwa Puas Nikolaus tidak mengenal dokumen-dokumen pseudo-Isidorian dalam keseluruhannya..
Paus
Nikolaus meninggal pada 13 November 867. Ia telah melayani Gereja Universal
selama 15 tahun. Kehidupan pribadinya sendiri dibimbing oleh semangat asketisme
kristen yang tulus dan kesalehan yang mendalam. Dia menunjukkan bahwa kegigihan
dalam menegakkan kebenaran ajaran Gereja membuatnya tidak gentar dalam
menghadapi segala tantangan dan menghantarnya pada kesucian yang otentik. Dia sangat
dihargai oleh warga kota Roma, seperti yang dilakukan oleh orang sezamannya
pada umumnya, dan setelah kematiannya dia diakui sebagai orang suci.
diambil dari RUAH 2020, hlm 175 – 176
Tidak ada komentar:
Posting Komentar