Survei
elektabilitas calon presiden 2024 ditempati oleh 3 nama, yaitu Prabowo
Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Kemunculan nama Anies Baswedan
tentulah mengusik akal sehat bagi sebagian besar warga Indonesia. Alasannya
karena Anies minus prestasi: kerjanya tak nyata, janji-janjinya waktu kampanye tak
bisa dipenuhi, makan di warteg hanya mampu bayar 1 juta, untuk proyek pengusaha
ia kelebihan bayar miliyaran. Akan tetapi, nama Anies Baswedan tetap menjadi
ancaman bagi dua nama lainnya.
Tak heran,
ada sekelompok pegiat media sosial mencoba membuka akal sehat warga tentang
betapa buruknya Anies. Ada yang terang-terangan mengatakan Anies pemimpin
terbego. Ada pula yang meramalkan negara bakal hancur bila Anies terpilih jadi presiden.
Ada yang sedikit santun mengatakan Anies hanya bisa mengolah kata, bukan menata
kota. Mereka mencoba menampilkan keburukan-keburukan kepemimpinan Anies
Baswedan selama menjabat Gubernur DKI Jakarta. Memang agak sulit untuk
menemukan prestasi Anies, karena pencapaian-pencapaian yang selalu dibanggakan
itu merupakan buah kerja pemimpin sebelumnya.
Sekalipun
berita-berita negatif selalu disematkan pada diri Anies Baswedan, yakinlah
Anies Baswedan akan terpilih jadi Presiden RI dalam PEMILU 2024 nanti. Setidaknya
ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan di sini.
1. Masih ada partai yang haus kekuasaan
Salah
satu sistem PEMILU kita adalah calon harus diusung oleh partai politik. Memang seseorang
bisa maju dengan menempuh jalur independen, namun jalan yang harus ditapaki
begitu berliku. Dapatlah dikatakan bahwa partai yang mengusung Anies menjadi
presiden adalah partai yang haus akan kekuasaan. Mereka hanya menggunakan suara
rakyat untuk kepentingan partai. Kenapa bisa dikatakan demikian? Tentulah mereka
tidak buta matanya. Mereka juga melihat Anies tak punya prestasi. Mereka tahu
negara tak akan maju. Namun mereka melihat Anies punya nilai jual untuk
memenuhi syahwat politik mereka.
2. Masih banyak pemilih yang bodoh
Tak bisa
dipungkiri, masih banyak pemilih Indonesia nanti masuk dalam ketegori bodoh. Kata
“bodoh” ini tidak dalam pengertian lemah intelektual, tetapi dalam pengertian
tak mampu menggunakan akal sehat dan kurang bijaksana. Jadi, sekalipun
seseorang itu punya gelar sarjana, namun dalam PEMILU nanti bisa saja dia
menjadi bodoh. Pemilih bodoh ini hanya puas dengan kenikmatan sesaat, yaitu
janji-janji atau juga bantuan yang biasa diberikan saat kampanye.
3. Masih banyak pemilih yang suka
dibodoh-bodohi
Alasan
ketiga ini masih terkait erat dengan alasan kedua. Sudah lumrah kalau orang
bodoh paling mudah dibodoh-bodohi, alias dibohongi. Hal ini tampak jelas pada
pemilihan gubernur DKI Jakarta lalu. Banyak pemilih “rela” dibodoh-bodohi
dengan janji, “ayat dan mayat”. Dan pada PEMILU 2024 nanti kelihatannya pemilih
yang bodoh dan yang suka dibodoh-bodohi masih banyak. Mereka inilah yang akan
menghantar Anies Baswedan menuju RI-1.
4. Masih ada agama yang bisa dijual
Sudah
jadi rahasia umum kalau islam merupakan agama yang punya nilai jual untuk
dipolitisasi. Dari PEMILU satu ke PEMILU lain, hanya agama islam yang selalu
memainkan peranan dalam kampanye hitam. Dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta
lalu, agama islam dipakai untuk menghantam lawan politik Anies Baswedan. Tim sukses
Anies menggunakan ayat Al-Qur’an untuk menjegal lawannya, dan ternyata itu
ampuh. Dalam pemilihan presiden 2019 lalu juga demikian. Tim sukses Prabowo
menggunakan islam untuk menghantam lawannya. Tidak hanya itu, masjid-masjid
juga selalu dipakai untuk menyerang lawan yang tidak disukai. Ada banyak ustad
dan da’i yang siap dipakai. Kepada ustad dan da’i dikatakan demi bela agama,
tapi di baliknya adalah demi kekuasaan.
5. Masih banyak kelompok radikal dan
fanatik
Alasan
kelima ini masih terkait erat dengan alasan keempat. Yang dimaksud dengan kelompok
di sini tentulah kelompok islam. Hal ini disebabkan karena kepicikan itu biasa
diidentikkan dengan pemeluk islam. Ketika dikatakan oleh ustad, da’i atau ulama
bahwa satu calon itu tidak islami dan yang satu islami, tentulah umat islam
akan pilih yang islami. Belum lagi ada misi islam untuk mendirikan khilafah,
tentulah akan menyatukan suara mereka untuk memilih Anies Baswedan. Soal negara
maju atau tidak, bukan urusan, yang penting islam berkembang.
DEMIKIANLAH
lima alasan kenapa dalam pemilihan presiden 2024 nanti Anies Baswedan akan
terpilih. Memang saat ini ramai di media sosial orang menampilkan sisi negatif
Anies Baswedan, tetap saja dia akan terpilih. Upaya para “anti” Anies hanya
menyasar poin kedua dan ketiga, sementara poin lainnya sama sekali tak
tersentuh. Bahkan poin lainnya itu tak akan mungkin disentuh, karena ketiganya
terkait dengan agama. Soal agama ini tentulah ranah yang sangat sensitif. Salah
bergerak, bisa jadi masalah. Dan sementara area ini sudah dikuasai oleh
kelompok-kelompok yang punya kepentingan; yang satu kepentingan kekuasaan, yang
lain kepentingan khilafah.
Sebenarnya
masih ada satu alasan lagi, namun terlihat kurang kuat. Alasan itu adalah motif
bela rasa. Sering dalam PEMILU-PEMILU di negara ini kemenangan bukan ditentuka
oleh prestasi calon tetapi karena bela rasa pemilih kepada calon. Umumnya,
calon yang dibela-rasai ini adalah calon yang sering dizolimi. Sebagai contoh,
kemenangan pertama SBY dalam pilpres. Nah, saat ini ada kesan Anies Baswedan
dizolimi oleh para pegiat sosial media yang membuka aib dan keburukan Anies. Bukan
tidak mungkin, apa yang dilakukan oleh pegiat medsos ini justru membuat pemilih
merasa kasihan dengan Anies dan akhirnya memilih dia.
Dabo
Singkep, 21 Oktober 2021
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar