Adalah kerinduan setiap keluarga bila kehidupan
keluarganya harmonis, damai dan bahagia. Akan tetapi, tak semua harapan itu
bisa terwujud dengan sendirinya. Idealisme terkadang bertolak belakang dengan
realitas. Ini biasanya sering diawali dengan relasi yang tidak baik lagi. Dan bila
semua ini yang dihadapi tak jarang juga bisa berakhir dengan kehancuran
rumahtangga.
Sebenarnya hal ini masih bisa ditangani. Semua itu
tergantu dari sikap kita dalam menyikapi setiap masalah yang menghadang. Pertama-tama
kita harus tahu faktor penyebab merosotnya hubungan dalam keluarga. Sebagaimana
dikutip dari PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5), Elizabeth B. Hurlock mengungkapkan beberapa penyebab merosotnya
hubungan yang terjadi dalam keluarga.
Sikap terhadap Peran Orang Tua
Orang tua yang kurang menyukai peran orang tua merasa bahwa waktu, usaha
dan uang dihabiskan oleh anak, cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan
anak-anaknya.
Harapan Orang Tua
Pada saat anak masuk sekolah, banyak orang tua yang berpengharapan tinggi mengenai mutu tugas-tugas sekolah dan besarnya tanggung jawab anak di rumah. Kalau anak gagal memenuhi harapan ini, orang tua sering menghina, memarahi dan menghukum.
Metoda Pelatihan Anak
Pelatihan anak otoriter, yang sering digunakan dalam keluarga besar, dan
disiplin lunak yang terutama digunakan dalam keluarga-keluarga kecil, keduanya
menimbulkan pertentangan di rumah dan menyebabkan kebencian pada anak. Disiplin
yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
Status Sosial Ekonomi
Kalau anak merasa bahwa rumah dan miliknya lebih buruk daripada rumah dan
benada-benda milik teman-temannya, anak sering menyalahkan orang tua dan orang
tua cenderung membenci hal itu.
Pekerjaan Orang Tua
Pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi perasaan anak. Kalau ibu
bekerja di luar rumah, sikap anak terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-teman
mengenai wanita yang bekerja di luar rumah dan oleh banyaknya beban tanggung
jawab yang harus dilakukan di rumah.
Perubahan Sikap kepada Orang Tua
Dalam hubungan dengan orang tua, teman-teman dan dari apa yang dibaca atau
dilihat anak di televise atau film-film, anak membentuk konsep tentang ibu dan
ayah yang ideal. Kalau orang tuanya tidak sesuai dengan idealnya, anak
cenderung bersikap kristis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua
teman-temannya.
Pertentangan Antarsaudara
Anak yang lebih besar sering mengkritik penampilan dan perilaku adiknya,
yang sebaliknya senang menggoda dan memerintah adik yang lebih mudah lagi. Bila
orang tua berusaha menghentikan hal itu, mereka dianggap pilih kasih. Anak-anak
kemudian bersatu menghadapi orang tua dan saudara-saudara yang dianggap
merupakan kesayangan orang tua.
Perubahan SIkap kepada Sanak Keluarga
Anak yang lebih besar tidak senang lagi dengan sanak keluarganya seperti
ketika ia masih kecil, dan cenderung menganggap mereka “terlalu tua” atau
“terlalu memerintah”. Kalau anak diharapkan hadir dalam pertemuan keluarga, ia
sering menentang dan mengatakan bahwa pertemuan itu “membosankan”. Sanak
keluarga membenci sikap ini dan memarahi si anak.
Orang Tua Tiri
Anak yang masih ingat orang tua kandung yang tidak ada lagi bersamanya di
rumah, biasanya membenci orang tua tiri dan memperlihatkannya dengan bersikap
kritis, negativistis dan perilaku yang sulit. Hal ini menimbulkan pertentangan
di rumah.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar