Bayi selalu diidentikkan dengan kebahagiaan. Ketika
pertama kali muncul, keluarga menyambutnya dengan bahagia. Penampilannya yang
terkadang menggemaskan, membuat orang yang berhadapan dengannya pun bahagia. Di
rumah dia diperlakukan istimewa. Perlakuan istimewa ini juga yang membuat sang
bayi merasa bahagia. Jadi, kebahagiaan itu terarah pada 2 sisi, eksternal dan
internal.
Akan tetapi, kerap terjadi juga kalau ada bayi
yang merasa tidak bahagia. Elizabeth B. Hurlock, dalam bukunya, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, mengungkapkan beberapa faktor penyebab ketidakbahagiaan
pada masa bayi.
Kesehatan yang Buruk
Bayi memiliki kesehatan buruk, baik sementara maupun kronis, tidak merasa
normal sehingga cenderung rewel dan mudah marah. Dalam kondisi ini tidak
mungkin bayi akan merasa bahagia.
Tumbuhnya Gigi
Tumbuhnya gigi menimbulkan rasa tidak enak secara berkala, adakalanya
benar-benar menyebabkan rasa sakit. Bila dalam keadaan sakit atau tidak enak,
bayi cenderung mudah marah, rewel dan negativistik. Ini menyebabkan ia tidak
bahagia.
Keinginan Mandiri
Dengan meningkatnya pengendalian terhadap tubuh, kebanyakaan bayi menolak
bantuan orang-orang lain dan campur tangan pada saat mereka mencoba untuk
mandiri. Ketidaksenangan ini ditunjukkan dengan bersikap mogok atau
marah-marah.
Meningkatnya Kebutuhan kasih Sayang
Dengan bertambah lamanya waktu jaga, bayi menghendaki perhatian lebih
banyak dari orang-orang lain. Kalau orang tua atau pengasuh lain tidak dapat
memenuhi maka bayi menjadi marah dan rewel. Ini mengakibatkan ia dihukum oleh
orang tua atau pengasuh yang ditafsirkan bahwa ia tidak dicintai dan tidak
dikehendaki.
Kecewa dengan Peran Orang Tua
Pada saat bayi memasuki tahun kedua, tidak jarang orang tua yang agak
kecewa dengan peran mereka sebagai orang tua, terutama mereka yang sebelumnya
sangat mengagungkan peran itu. Kekecewaan ini diungkapkan dalam kurang
hangatnya hubungan dengan bayi. Perubahan sikap ini mudah dirasakan oleh bayi
dan tidak disukai.
Permulaan Disiplin
Setelah bayi berusia satu tahun, banyak orang tua menganggap bahwa sudah
waktunya untuk memulai disiplin. Usaha menanamkan disiplin biasanya dimulai
dengan menepuk, memukul, kata-kata keras dan ekspresi wajah yang marah. Setelah
satu tahun hidup tanpa disiplin tidaklah mengherankan kalau bayi menafsirkan
perubahan perilaku orang tua ini sebagai tanda tiadanya kasih sayang dan
kehadirannya tidak dikehendaki.
Penganiayaan Anak
Kalau penanaman disiplin dilakukan dengan hukuman badan yang keras, bayi
mempunyai cukup alasan untuk merasa tidak dicintai dan tidak dikehendaki. Lebih
parah lagi, ia hidup dalam ketakutan akan siksaan dari orang-orang yang
mengasuhnya.
Meningkatnya Kebencian Antarsaudara
Banyak anak yang pada mulanya menganggap adik bayinya sebagai “boneka yang
manis” sekarang menganggapnya sebagai penganggu, terutama kalau mereka
diharapkan untuk membantu merawatnya, atau kalau adik bayi mengambil milik
kakaknya dan seringkali merusak. Bayi cepat merasa bagaimana perasaan
kakak-kakaknya dan ini membuatnya tidak bahagia kalau berada bersama mereka.
Dalam keluarga besar, di mana perawatan bayi sering diserahkan kepada kakak
perempuan, bayi mengalami masa tidak bahagia karena bayi sadar tentang perasaan
kakaknya dan tidak menyukai peran kakak sebagai pengganti orang tua.
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar