Di sepanjang
Sungai Yordan sehari setelah pembaptisan Yesus, Yohanes Pembaptis, yang
menunjukkan Mesias kepada kedua muridnya, mengatakan, “Lihatlah Anak Domba
Allah!” Kedua murid itu mempercayai kesaksian Yohanes dan mengikuti Yesus. Namun
Yesus menyadari hal ini dan bertanya kepada kedua murid itu apa yang hendak
mereka cari. Ketika ditanya dimana tempat tinggal-Nya, Yesus menjawab, “Datang
dan kamu akan melihat.”
Cerita
itu dipaparkan Paus Fransiskus saat merenungkan Injil Minggu 17 Januari dalam
Angelus dari Perpustakaan Apostolik Vatikan seraya mengajak umat beriman
menerima panggilan Tuhan dan menanggapinya hanya dengan cinta. Bacaan Injil itu
tentang pertemuan antara Yesus dan para murid-Nya yang pertama.
Paus
Fransiskus menggambarkan tanggapan ini bukan sebagai kartu telepon, “tetapi
ajakan untuk perjumpaan.”kedua murid itu mengikuti Yesus dan tetap tinggal
bersama-Nya siang itu. “Tidak sulit membayangkan mereka duduk sambil mengajukan
pertanyaan kepada-Nya dan teristimewa mendengarkan-Nya seraya merasakan hati
mereka semakin berapi-api ketika Sang Guru berbicara,” jelas Paus Fransiskus.
Meski saat itu, ungkap Paus Fransiskus, “tiba-tiba mereka menemukan bahwa cahaya yang hanya bisa diberikan oleh Allah menerangi diri mereka.” Ketika mereka pergi dan pulang kepada saudara-saudara mereka, kegembiraan dan cahaya itu meluap dari hati mereka seperti sungai yang mengamuk. Salah satu dari keduanya, Andreas, berkata kepada Simon, “Kami telah menemukan Mesias.”
Paus
Fransiskus kemudian menjelaskan, “Setiap panggilan Allah adalah inisiatif dari
cinta-Nya. Allah memanggil untuk hidup; Dia memanggil untuk beriman, dan Dia
memanggil untuk menjalani hidup tertentu. Panggilan pertama Allah adalah untuk
hidup, dengan itu Dia menjadikan kita pribadi; itu adalah panggilan individu
karena Allah tidak membuat berseri. Kemudian Allah memanggil kita untuk beriman
dan menjadi bagian dari keluarga-Nya sebagai anak-anak Allah. Terakhir, Tuhan
memanggil kita untuk menjalani kehidupan tertentu: menempatkan diri kita di
jalan perkawinan atau imamat atau hidup bakti.”
Ini,
lanjut Paus Fransiskus, adalah “cara-cara berbeda dalam mewujudkan rancangan
yang Allah miliki bagi kita masing-masing, yang selalu merupakan rancangan
cinta.” Menurut Paus Fransiskus, sukacita terbesar bagi tiap umat percaya
adalah menanggapi panggilan itu “dan mempersembahkan seluruh keberadaan
seseorang untuk melayani Allah dan saudara dan saudari.”
Sebelum
mendengar panggilan Allah, yang sampai kepada kita dalam seribu cara,
kadang-kadang kita mungkin menolak dan orang lain takut. Namun panggilan Allah
adalah cinta dan itu hendaknya ditanggapi hanya dengan cinta, jelas Paus
Fransiskus. “Awalnya perjumpaan atau lebih tepatnya perjumpaan dengan Yesus
yang berbicara kepada kita tentang Bapa-Nya, Dia menyatakan kasih-Nya kepada
kita. Dan kemudian keinginan spontan akan muncul bahkan dalam diri kita untuk
mengkomunikasikannya kepada orang-orang yang kita cintai; ‘Aku bertemu Cinta’, ‘Aku
menemukan makna hidupku’. Singkatnya: ‘Aku menemukan Allah,” lanjut Paus
Fransiskus.
Akhirnya,
sebelum Angelus, Paus Fransiskus berdoa agar Perawan Maria “membantu kita
menjadikan hidup kita himne pujan bagi Allah sebagai tanggapan atas
panggilan-Nya dan dalam pemenuhan rendah hati dan penuh sukacita atas
kehendak-Nya.
sumber:
Pena Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar