Setiap orang pastilah pernah mengalami pengalaman terluka dalam hidup. Tak jarang pula pengalaman pahit itu diikuti dengan rasa trauma. Jika mengalami trauma yang sangat besar pada masa lalu ia akan meninggalkan bekas. Dan sering kali terjadi bahwa trauma ini lantas digunakan sebagai 'kambing hitam' atas keterpurukan saat ini. Kita terus terikat dengannya, meski itu menyakitkan.
Bila kita tak bisa lepas dari
trauma, maka cobalah tanyakan hal ini pada diri sendiri, "Berapa
banyak luka lagi yang akan saya biarkan diderita oleh diri
saya sendiri? Apakah trauma ini pantas menghancurkan seluruh sisa
hidup saya? Siapa yang berkuasa di sini, diri saya--ataukah
trauma?"
Mari kita belajar dari
alam. Perhatikanlah daun-daun yang mati dan berguguran dari pohon, ia
sebenarnya memberikan hidup baru pada pohon. Bahkan sel-sel dalam
tubuh kita pun selalu memperbaharui diri. Segala sesuatu di alam ini
memberikan jalan kepada kehidupan yang baru dan membuang yang
lama. Satu-satunya yang menghalangi kita untuk melangkah
dari masa lalu adalah pikiran kita sendiri.
Sering kali terjadi bahwa beban berat masa
lalu, dibawa dari hari ke hari. Beban itu berubah menjadi ketakutan
dan kecemasan, yang kemudian pada akhirnya akan menghancurkan hidup kita
sendiri. Ingatlah, hanya seorang pemenanglah yang bisa melihat
potensi, sementara seorang pecundang sibuk mengingat masa lalu.
Bila kita sibuk menghabiskan
waktu dan energi kita memikirkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa
depan, maka kita tidak memiliki hari ini untuk disyukuri.
Saat kita merasa sedih dan putus
asa atau bahkan menderita, coba renungkan keadaan di sekitar kita.
Barangkali masih banyak yang lebih parah dibandingkan
kita? Tetaplah tegar dan percaya diri, berpikir positif dan
optimis, berjuang terus, dan pantang mundur.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar