Jumat, 16 Oktober 2020

BAGAIMANA SIKAP UMAT ISLAM TERHADAP NON MUSLIM?

Islam adalah agama yang dibawa oleh Muhammad (570 – 650). Pada awal kemunculannya di jesirah Arab agama islam hadir di tengah-tengah masyarakat plural, baik dalam hal suku maupun dalam hal religius. Ka’bah, yang ada di Mekkah dan menjadi pusat penyembahan islam, merupakan pusat religiositas agama-agama yang ada pada waktu itu. Semua simbol keagamaan ada di sana. Namun ketika Muhammad dan kelompoknya kembali ke Mekkah dan menjadi penguasa di sana, simbol-simbol religius tersebut dimusnahkan, dan ka’bah menjadi satu-satunya milik islam.
Sekalipun Mekkah sudah diislamkan, namun tak bisa menutup kemungkinan bahwa di daerah-daerah lain di luar Mekkah (Arab pada umumnya), umat islam hidup bersamaan dengan umat yang bukan pemeluk islam. Dalam islam ada beberapa istilah untuk menyebut umat non islam. AHLUL KITAB adalah orang yang memiliki Kitab Suci. Pada awalnya, umat kristiani dan kaum Yahudi masuk dalam kelompok ini. MUSYRIK adalah orang yang menjadikan bagi Allah sekutu atau tandingan atau meyakini adanya wujud Tuhan selain Allah. KAFIR merupakan orang yang tidak beriman dan tidak beragama islam. Orang Yahudi dan Kristen, yang awalnya masuk kelompok ahlul kitab, dalam perkembangan lanjut menjadi kelompok kaum kafir. Al-Qur’an menegaskan bahwa orang kafir adalah juga orang musyrik, dan orang musyrik adalah juga orang kafir (QS al_Mukminun: 117; QS al-Maidah: 72). Yang terakhir adalah orang MURTAD, yaitu orang yang keluar dari agama islam kembali kepada kekafiran.
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa semua orang non islam adalah orang kafir. Kaum Ahlul Kitab, lantaran tidak menerima kenabian Muhammad dan Al-Qur’an sebagai kitab suci, dianggap juga kafir, dan orang murtad dituding kembali kepada kekafiran. Karena itulah, semua istilah di atas dapat disatukan dengan istilah kafir. Kaum Ahlul Kitab, kaum musyrik dan orang murtad adalah kelompok orang kafir.
Allah SWT sudah menyatakan bahwa orang kafir merupakan musuh bagi umat islam (QS an-Nisa: 101). Mungkin lantaran tidak menerima Al-Qur’an (yang secara tidak langsung juga tidak menerima Allah SWT) dan Muhammad sebagai nabi, Allah SWT menaruh kebencian yang begitu mendalam terhadap orang kafir. Sekalipun Allah SWT sudah menegaskan bahwa tempat orang kafir sudah pasti di neraka (bdk. QS al-Baqarah: 24 dan QS al-Maidah 10), namun Allah SWT merasa belum merasa puas. Karena itu, dalam kehidupan Allah SWT akan menakut-nakuti atau meneror orang kafir (QS Ali Imran: 151; QS al-Anfal: 12; QS al-Ahzab: 26). Bahkan Allah SWT akan membinasakan orang kafir (QS Ali Imran: 141).
Bagaimana sikap umat islam ini terhadap orang kafir? Apa yang diperintahkan Allah SWT kepada umat-Nya terhadap kaum kafir?

Terhadap orang-orang kafir ini, Allah memberikan beberapa perintah kepada umat islam untuk dilaksanakan. Perintah ini merupakan kewajiban bagi setiap umat islam. Beberapa perintah itu adalah sebagai berikut:
1.    Tidak menjadikan orang kafir sebagai teman atau penolong (QS an-Nisa: 89; QS Ali Imran: 118;  QS al-Mumtahanah: 13; QS al-Gasyiyah: 86)
2.    Bersikap keras terhadap orang kafir (QS at-Taubah: 73, 123; dan QS at-Tahrim: 9)
3.    Menyiksa orang kafir secara kejam dan bengis (QS asy-Syuara: 130), misalnya dengan memancung tiap ujung jari dan memenggal kepalanya (QS al-Anfal: 12)
4.    Memerangi orang kafir. Ada begitu banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan umat islam untuk berperang melawan orang kafir. Sekedar menyebut di antaranya QS al-Baqarah: 190; QS an-Nisa: 76; QS at-Taubah: 5; QS at-Tahrim: 9.
5.    Membunuh orang kafir (QS al-Baqarah: 191; QS an-Nisa: 89; QS al-Maidah: 33; QS al-Ahzab: 26; HS Bukhari Vol 9, Bk 84, no, 57 dan 58).
DEMIKIANLAH perintah Allah SWT kepada umat islam bagaimana mereka seharusnya bersikap terhadap orang non muslim. Perintah-perintah tersebut menjadi kewajiban bagi setiap umat islam. Melaksanakan perintah-perintah tersebut berarti menyenangkan Allah SWT. Apa yang dijanjikan Allah bila umat islam menjalankan perintah-perintah tersebut? Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah akan memberikan pahala yang besar (QS an-Nisa: 74) serta menyediakan sorga (QS Ali Imran: 195 dan QS at-Taubah: 21, 89). Jadi, karena menyenangkan hati Allah, maka Allah memberikan pahala dan menyediakan sorga.
Tapi, bagaimana bila umat islam tidak melaksanakan perintah-perintah Allah tersebut? Pertama-tama perlu dipahami bahwa dalam Al-Qur’an umat islam yang tidak melaksanakan kewajibannya ini masuk dalam kelompok kaum munafik dan/atau fasik. Secara sederhana, berangkat dari janji Allah kepada mereka yang melakukan perintah-Nya di atas, bisa dikatakan orang munafik dan fasik tidak mendapatkan pahala dan jauh dari sorga. Selain itu Allah menyediakan azab yang sangat keras bagi mereka (QS al-Mujadilah: 15). Allah SWT meminta umat islam yang setia pada-Nya untuk berjihad dan berperang melawan orang yang tak menjalankan kewajiban islamnya (QS at-Taubah: 73 dan QS at-Tahrim: 9).
Setelah mengetahui bagaimana umat islam menyikapi umat kafir, rasanya tidak mungkin mewujudkan toleransi dalam masyarakat majemuk dimana ada umat islam. Dengan kata lain, tak bisa mewujudkan toleransi dengan umat islam. Sebab salah satu dasar terwujudnya toleransi adalah kesamaan kedudukan dan adanya sikap saling menghargai. Bagaimana bisa muncul sikap menghargai jika orang kafir sudah terlebih dahulu dianggap musuh yang harus dimusnahkan.
Menyadari bahwa umat islam wajib melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyenangkan hati-Nya; menyadari perintah-perintah Allah SWT, yang terdapat dalam Al-Qur’an, tentang sikap umat islam terhadap orang kafir; dan menyadari bahwa Al-Quran adalah wahyu Allah SWT sendiri, masihkah islam disebut agama rahmatan lil alamin?
Lingga, 13 Sept 2020
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar