Seorang teolog melihat dengan cara lain mujizat pergandaan 5 roti dan 2
ekor ikan untuk ribuan orang yang dilakukan Yesus. Baginya sebenarnya tiap-tiap
orang membawa bekal makanan untuk dirinya. Karena itu, sebenarnya soal makanan
tidak ada masalah. Yesus tahu akan hal itu, namun tidak demikian dengan para
murid. Karena itulah, mereka ingin menyuruh orang banyak untuk pergi ke
kampung-kampung mencari makan. Akan tetapi, Yesus mencegah mereka dengan
menegaskan bahwa mereka harus memberi makan orang banyak itu.
Dari situlah akhirnya diketahui bahwa yang ada hanya 5 potong roti dan 2
ekor ikan. Dengan benda-benda itu, Yesus mengangkatnya sambil mengucap berkat
lalu memecah-mecahkannya untuk kemudian dibagikan kepada setiap orang banyak. Ketika
melihat adegan tersebut kesadaran diri orang banyak tergugah. Mereka yang
sebelumnya hanya memikirkan dirinya sendiri, perlahan-lahan mulai mengeluarkan
bekalnya dan saling berbagi.
Karena itulah, mujizat pergandaan roti dan ikan bukan terletak pada 5 roti
dan 2 ikan itu saja, tetapi yang terutama adalah perubahan sikap orang banyak
dari sebelumnya egois kepada kasih. Peristiwa Yesus memberi makan ribuan orang
dengan modal 5 roti dan 2 ekor ikan merupakan bentuk mujizat kasih.
Kathryn Kuhlman dalam bukunya I Believe in Miracles mengingatkan bahwa di zaman modern yang bergerak serba pesat ini, mujizat-mujizat tetap terjadi setiap hari dalam
kehidupan manusia. ”Hanya saja manusia kerap tidak memperhatikan atau
menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah semestinya terjadi,” ungkapnya.
Misalnya, peristiwa kelahiran manusia, yang sesungguhnya merupakan kejadian
ajaib tetapi sudah dianggap biasa oleh kebanyakan orang. Ahli kebidanan ternama
dari Pittsburgh, AS, Dr Charles Joseph Barone, berpendapat, “Sesungguhnya
kelahiran bayi merupakan mujizat terbesar!” Barone yang telah membidani lebih
dari 25.000 bayi mengemukakan, kelahiran bayi sesungguhnya melampaui pemahaman
manusia. ”Peristiwa kelahiran tetaplah merupakan suatu rahasia yang tidak dapat
dipahami,” tandasnya.
Begitu pula dengan cinta. Banyak orang menganggap perasaan cinta sebagai
sesuatu yang lumrah. Dua insan manusia saling tertarik, kemudian mereka merenda
asmara. Padahal tidak semua orang bisa dengan mudah
mewujudkannya. Tak terbilang orang yang tak kunjung mendapatkan pasangan karena
mereka kesulitan menemukan orang yang bisa seiya-sekata dengan dirinya. Bagi
orang yang berada dalam kondisi demikian, menemukan cinta merupakan mujizat.
Ada banyak kisah cinta pernah kita dengar, yang menunjukkan bahwa apa yang
mereka alami itu sebenarnya merupakan mujizat. Itu sebabnya, ”garam di laut, asam di gunung bertemu di belanga.”
Kuhlman mengatakan, Roh
Kudus merupakan kunci terjadinya mujizat, sebab tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
“Bagaimanapun juga kebesaran Allah melampuai pengertian manusia.
Tak ada manusia yang bisa menduga seberapa dalam dan seberapa luas kuasa-Nya,”
tulis Kuhlman.
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar