Senin, 17 Juni 2019

PAUS FRANSISKUS: KETIDAKSETARAAN ADALAH ANCAMAN TERHADAP DEMOKRASI

Satu ancaman terbesar terhadap demokrasi adalah normalisasi ketidak-dilan sosial dan ketidak-setaraan ekonomi. Keduanya masih sangat terabaikan sehingga orang-orang yang terdampak melakukan aksi protes kemudian dicap sebagai pembuat onar yang berbahaya. Demikian pernyataan Paus Fransiskus, saat bertemu para hakim dari Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan di Vatikan pada 4 Juni lalu. Orang miskin dan lemah sering tidak dipedulikan oleh para penguasa.
Sementara teknologi menawarkan “kenikmatan yang berlimpah dan menyenangkan kepada sedikit orang yang bahagia,” ujar Paus Fransiskus, ribuan orang miskin bahkan tidak mempunyai rumah yang layak. “Sistem politik ekonomi, terkait perkembangannya yang baik, harus memastikan bahwa demokrasi bukan sekedar soal nominal tetapi bisa diungkapkan dalam aksi-aksi konkret yang menjaga martabat semua orang atas dasar kebaikan bersama, dalam sebuah panggilan akan solidaritas dan keberpihakan kepada orang miskin,” lanjut Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus berbicara pada hari terakhir “Pan-American Judges Summit” yang digelar pada 3 – 4 Juni dan yang disponsori oleh Akademi Kepausan untuk Ilmu Sosial. Bertema “Hak Sosial dan Doktrin Fransiskan”. Pertemuan tersebut berfokus pada solusi untuk mengatasi ketidaksetaraan dan menjamin hak masyarakat untuk tierra, techo y trabajo (tanah, rumah dan pekerjaan).
Paus Fransiskus berterima kasih kepada peserta pertemuan atas karya mereka dalam membela hak semua orang khususnya orang-orang yang paling lemah. Para hakim “membantu negara untuk tidak meninggalkan fungsi yang paling mulia dan utama: menjaga kesejahteraan warga mereka.” Semakin berkurangnya perhatian terhadap hak-hak sosial – yang sering kali dianggap oleh sejumlah orang sebagai “doktrin” karena “kuno, tidak modern dan tidak memberi kontribusi kepada masyarakat” – adalah alasan untuik memberikan perhatian, papar Paus Fransiskus.

“Ketidak-adilan dan ketiadaan peluang nyata dan konkret,” khususnya setelah “begitu banyak analis yang tidak mampu berjalan dengan kaki orang lain – dan saya katakan kaki, bukan sepatu karena di banyak kasus mereka tidak punya banyak analisa – juga merupakan sebuah bentuk penyamarataan kekerasan: tenang tetapi merupakan kekerasan,” jelas Paus Fransiskus. “Jiwa warga kita berada dalam bahaya.”
Para hakim, kata Paus Fransiskus, berperan penting dalam mempromosikan atau menjaga keadilan sosial khususnya dalam “membela dan memprioritaskan hak-hak sosial di atas segala kepentingan lainnya,” pinta Paus Fransiskus. “Kalian memiliki peran penting. Izinkan saya memberitahu kalian bahwa kalian adalah penyair: kalian adalah penyair sosial jika kalian tidak takut menjadi protagonis dalam transformasi sistem peradilan berdasarkan keberanian, keadilan dan harkat martabat manusia,” pungkas Paus Fransiskus.
sumber: UCAN Indonesia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar