Senin, 07 Oktober 2019

(KEMARAU + KEKERINGAN) X (KEBAKARAN + KABUT ASAP) = DOA

Ada fenomena unik, menarik sekaligus lucu yang biasa terjadi di saat musim kemarau. Musim kemarau selalu diidentikkan dengan panas dan kekeringan. Panasnya sinar matahari membuat tumbuh-tumbuhan pada kering kerontang. Hal inilah yang kemudian memicu timbulnya kebakaran. Kebakaran-kebakaran yang terjadi bisa karena faktor kesengajaan, seperti membuka lahan pertanian/perkebunan, bisa juga karena ketidak-sengajaan, seperti membuang puntung rokok.
Peristiwa kebakaran yang terjadi di musin kemarau selalu membawa dampak pada kabut asap. Terkadang kepekatan kabut asap membuat kota seperti diselimuti sehingga menggangu jarak pandang. Tentu saja hal ini berdampak pada kelancaran lalu lintas, baik darat, laut maupun udara. Sering terjadi adanya penundaan atau bahkan pembatalan penerbangan lantaran kabut asap. Kabut asap tidak hanya membahayakan lalu lintas, tetapi juga kesehatan.
Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran, ternyata tidak hanya menyelimuti daerah dimana lokasi kebakaran terjadi. Kabut asap tersebut ternyata berdampak juga hingga ke daerah lain, yang mungkin tidak ada titik api. Bahkan kabut asap menjangkau juga negara lain.
Dua peristiwa tersebut (kemarau dan kebakaran dengan kabut asap sebagai turunannya) sepertinya telah menjadi agenda tetap tahunan. Sebenarnya masih ada satu lagi, yang dapat dilihat sebagai hasil dari akumulasi dua peristiwa tersebut, yaitu doa. Jadi, di setiap musim kemarau panjang, dimana ada kebakaran lahan yang berdampak pada kabut asap, selalu saja melahirkan doa dari sekelompok orang. Hal inilah yang kemudian melahirkan enam refleksi berikut ini.

*** 1 ***
Seorang tokoh agama mengajak umatnya untuk berdoa bersama supaya Tuhan Allah menurunkan hujan, sehingga dapat memadamkan api dan sekaligus mengurangi asap. Maka, setelah disepakati hari dan jamnya, berkumpullah sejumlah orang di lapangan dan mulai berdoa.
Dari sorga Tuhan melihat dan tersenyum. “Manusia sekarang sudah bermental instan. Untuk mengatasi kebakaran dan kabut asap, mereka hanya mau cari cara mudah dan singkat. Padahal lebih baik mereka turun ke hutan berjerih-payah membantu petugas memadamkan api.”
*** 2 ***
Selesai makan malam, sang suami beranjak ke ruang tengah, sementara istri sibuk mengemas piring-piring dan mencucinya. Setelah duduk di depan televisi, ia menyalakan rokok dan kemudian menghidupkan televisi. Di televisi sedang disiarkan berita ribuan orang tengah berdoa di lapangan. Mereka memohon kepada Tuhan supaya diturunkan hujan agar kebakaran lahan berkurang dan kabut asap pun menghilang. Tiba-tiba listrik padam dan ruangan menjadi gelap.
Suami     : Ma, tolong nyalakan lilin biar sedikit terang.
Sambil menggerutu, sang istri berkata dalam hati, “Dasar malas. Padahal dia punya korek api.”
*** 3 ***
Menghadapi kemarau panjang, yang berdampak pada kekeringan, dan kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran lahan, sekelompok umat agama A mengadakan doa bersama di lapangan.
Umat A   : Tuhan, lihatlah umat-Mu menderita kekeringan dan juga kabut asap. Tolong turunkanlah hujan untuk menyejukkan bumi yang kering dan menghalau asap pekat ini.
Seminggu setelah doa itu, hujan tak kunjung datang. Ternyata umat agama B juga berdoa.
Umat B   : Tuhan, kami umat-Mu memohon hujan diturunkan sehingga api dapat padam dan kabut asap pun hilang.
Beberapa hari setelah doa itu, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Sementara itu, di tempat lain, ada juga umat agama C berdoa memohon diturunkan hujan.
Umat C   : Tuhan, pandanglah umat-Mu yang sengsara karena kekeringan dan juga kabut asap ini. Kami mohon, semoga Kau turunkan hujan untuk memadamkan api kebakaran sehingga kabut asap pun hilang.
Tiga hari kemudian hujan turun lebat sehingga titik api berkurang dan kabut asap pun menipis. Pertanyaannya: doa siapa yang didengarkan Tuhan?
*** 4 ***
Beberapa karyawan perkebunan diminta untuk membuka lahan. Setiba di lokasi, seorang karyawan mulai menyalakan api untuk membakar lahan semak yang kering. Akan tetapi, seorang temannya berusaha mencegah.
Teman    :Bro, sekarang ini musim kemarau. Angin lagi kencang bertiup. Kalau kau bakar, bisa-bisa terjadi kebakaran. Akan ada kabut asap. Bahaya, bro!!!
Karyawan : Tak usah khawatir. Jika ada asap, pasti aka nada orang berkumpul untuk berdoa memohon hujan. Kalau hujan turun, masalah pun selesai.
*** 5 ***
Di sebuah daerah di Jambi, seorang anak kecil, ketika melihat beberapa orang dewasa berkumpul di lapangan untuk berdoa memohon hujan turun, dia pun masuk ke kamar dan berdoa. Dengan khusyuk dia berdoa agar Tuhan menurunkan hujan.
Keesokan harinya, dia melihat berita di televisi: hujan lebat mengguyur kota Batam dan sekitarnya. Anak itu berlari ke kamarnya dan berdoa.
Anak              : Tuhan, saya tinggal di Jambi, bukan di Batam.
*** 6 ***
Menghadapi kabut asap yang kian menebal, sementara musim kemarau tak kunjung berakhir, seorang tokoh agama meminta umatnya untuk berdoa bersama. Maka, berkumpullah sejumlah umat di sebuah lapangan terbuka untuk berdoa bersama. Mereka memohon supaya Tuhan menurunkan hujan.
Sementara itu, dari sorga Tuhan memandang mereka dan berkata dalam hati. “Bukannya mengatasi kekacauan ini, tetapi malah suruh Saya yang mengatasinya. Padahal, mereka sendiri yang menyebabkan kekacauan ini.”
***
DEMIKIANLAH enam refleksi atas fenomena yang sering terjadi pada musim kemarau, yang selalu menimbulkan kebakaran dan kabut asap. Pesan dan makna refleksi tersebut kami serahkan kepada masing-masing pembaca.
Lingga, 30 September 2019
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar