“Di salib ada jin kafir” dan “di dalam patung
ada jin kafir” merupakan dua pernyataan Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam ceramah
keagamaannya 3 tahun lalu di Pekanbaru. Sempat dipersoalkan oleh segelintir
umat kristiani, UAS membela diri bahwa 2 pernyataannya tersebut sesuai dengan
aqidah islam (karenanya, UAS menolak untuk minta maaf). Setiap orang muslim
dipanggil untuk mewartakan dan melaksanakan aqidah islam. Pembelaan UAS pun
diamini oleh Mejelis Ulama Indonesia (MUI). Intisari dari 2 pernyataan UAS itu,
yang dikatakan sesuai dengan aqidah islam, adalah patung salib.
Apa
aqidah islam tentang patung, dan dari mana dasarnya? Pendasaran aqidah islam
tentang patung terdapat dalam Hadis Sahih Muslim. Beginilah kutipannya, “Angels do not enter a house in which there
is a dog or a statue.” (HS. Muslim 24: 5250). Kutipan kalimat tersebut
berasal dari perkataan Nabi Muhammad, yang dilaporkan oleh Abu Talha. Lewat
hadis ini mau dikatakan bahwa patung itu dilarang dalam agama islam. Atau
dengan perkataan lain, umat islam dilarang memiliki dan menyimpan patung.
Inilah aqidah islam.
Bagaimana
bila berdiri dekat patung atau menyentuh patung? Apakah hal ini juga dilarang?
Memang
bila hanya mendasarkan diri pada hadis di atas orang tidak akan dapat memahami
2 pernyataan UAS yang kontroversial. Dalam hadis tersebut hanya disebutkan patung. Tidak ada penjelasan tentang
jenis, bentuk atau pun model patung itu. Jadi, tidak ada rincian soal patung
seperti apa yang dilarang dalam ajaran islam. Yang jelas dan pasti adalah patung. Selain itu, tidak jelas kaitan
antara patung dan jin kafir. Mungkin karena patung itu dilarang, dan berhubung
juga jin merupakan salah satu sosok halus yang jahat (apalagi dengan tekanan kafir),
maka dihubungkanlah patung dengan jin. Apakah setiap patung itu ada jin kafir,
ataukah disetiap larangan yang sesuai aqidah islam ada jin kafir? Mungkin UAS
bisa menjawabnya.
Selain
patung, apa saja aqidah islam lainnya? Berikut ini disampaikan aqidah islam
yang berupa larangan, yang wajib diikuti oleh setiap umat islam. Kami
mengambilnya dari Hadis Sahih Muslim, khususnya Kitab Al-Libas wa’l-Zinah (Bk. 24). Sumber hadis adalah spoken Islamic center (hlm. 1321 – 1354).
1. Wadah dari emas dan perak. Bab
1 dari kitab Al-Libas wa’l-Zinah, nomor 5126 – 5167, berisi larangan bagi umat
islam untuk menggunakan wadah yang terbuat dari bahan emas dan perak. Wadah ini
bisa dalam bentuk alat untuk minum (cangkir atau botol), makanan (piring,
mangkok, dll). Jadi, dengan hadis ini umat islam tidak boleh memiliki cangkir,
botol, piring, mangkok atau wadah lainnya yang terbuat dari emas dan perak.
Apakah di sana ada jin kafir? Mungkin UAS dapat menjawabnya.
2. Pakaian berwarna kuning.
Kitab Al-Libas wa’l-Zinah membahas larangan bagi pria islam mengenakan pakaian
berwarna kuning. Larangan ini ada dalam bab 3 (no. 5173 – 5178). Pakaian di
sini dapat dimaknai dengan baju (kemeja atau kaos), celana, jas atau jeket.
Jadi, apapun jenisnya, seorang pria islam tidak diizinkan memakai yang berwarna
kuning. Nomor 5173, 5175 dan 5177 menyinggung soal pakaian yang dicelupkan
dalam larutan kunyit. Mungkin warna kuning yang berasal dari warna kunyit. Apakah
dalam pakaian warna kuning ada jin kafir? Mungkin UAS atau ustadz lainnya bisa
menjawab. Akan tetapi, beranikah UAS menyampaikan aqidah islam ini dengan
mengaitkan Partai Golkar, dimana hampir semua pengurus dan kadernya yang muslim
sering mengenakan pakaian berwarna kuning?
3. Makan dengan tangan kiri.
Umat islam, entah itu perempuan maupun laki-laki, dilarang makan dengan
menggunakan tangan kiri. Dengan kata lain, kalau mau makan WAJIB memakai tangan
kanan. Larangan ini didasarkan pada hadis Muslim no. 5234. Dapat dikatakan
bahwa hadis ini MEMAKSA umat islam untuk memakai tangan kanan saat makan; tak
peduli apakah seseorang itu kidal atau tidak. Mungkin di tangan kiri ada jin
kafir, yang membuat makanan menjadi haram atau najis. Namun jika memang benar
di tangan kiri ada jin kafir, apakah berarti tangan kiri harus dipotong saja?
Karena kalau tidak, berarti umat akan selalu hidup dengan jin kafir. Atau,
kenapa pula Tuhan menciptakan manusia dengan tangan kiri jika di tangan kiri
ada jin kafir. Karena itu, UAS harus memberitahukan aqidah islam ini ke umat
islam.
4. Pakaian sutra.
Agama islam melarang umat islam mengenakan pakaian berbahan sutra. Karena
larangan ini tidak dibatasi pada kaum pria saja, maka pakaian di sini dapat
juga dimaknai dengan pakaian wanita (dalam maupun luar), jilbab, dll. Dasar
dari pelarangan ini ada dalam hadis Muslim no. 5176 dan 5178. Apakah dalam
pakaian sutra ada jin kafir? Mungkin UAS perlu menyampaikan kajian islamnya.
5. Cincin emas.
Larangan lain yang terdapat dalam HS. Muslim adalah larangan mengenakan cincin
emas. Larangan ini dapat saja berlaku untuk kaum pria maupun wanita. Pendasaran
dari larangan ini adalah HS. Muslim no. 5176 dan 5178. Jadi, dengan hadis ini
setiap umat islam, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh mengenakan
cincin emas. Mungkinkah di dalam cincin emas ada jin kafir? Silahkan tanya pada
UAS atau ustadz lainnya. Selain itu, UAS harus lebih intens lagi mewartakan
aqidah islam ini karena tak sedikit umat islam mengenakan cincin emas.
6. Anjing.
Semua umat islam dilarang untuk mempunyai atau memelihara anjing di dalam
rumahnya. Hal ini didasarkan pada hadis Muslim no. 5246, 5248, 5249 dan 5250.
Dalam hadis tidak disebutkan jenis, model ataupun bentuk anjing. Yang dikatakan
dalam hadis HANYA anjing. Memang dalam no. 5246 dan 5248 disebutkan anak
anjing, tapi jenis, model dan bentuknya tidak dijelaskan. Jadi, dengan hadis
ini umat islam tidak boleh memiliki atau memelihara anjing. Mungkinkah dalam
sosok anjing juga ada jin kafir? UAS mungkin dapat menjawabnya. Selain itu, UAS harus lebih sering lagi menyampaikan aqidah islam ini mengingat tak sedikit umat islam mempunyai anjing peliharaan di rumahnya
7. Cincin perak.
Tidak hanya cincin emas yang dilarang dalam ajaran islam, tetapi juga cincin
berbahan perak. Hal ini didasarkan pada HS. Muslim no. 5219 dan 5220. Memang
dalam dua nomor hadis ini tidak jelas dikatakan larangan tersebut, namun di
sana dikatakan bahwa Nabi Muhammad membuang cincin peraknya. Peristiwa ini
ditafsirkan sebagai larangan, sehingga umat islam pada waktu itu ikut membuang
cincin perak yang mereka miliki. Mungkin Muhammad menyadari bahwa ada jin kafir
dalam cincin perak sehingga dia membuangnya. UAS harus lebih intens lagi
mewartakan aqidah islam ini mengingat banyak umat islam yang tak mengindahkan
larangan ini.
8. Gambar.
Agama islam melarang umat islam menyimpan atau memajang gambar di dalam
rumahnya. Pendasaran dari larangan ini ada pada HS Muslim no. 5246, 5248, 5249,
5254 dan 5266. Sama seperti aqidah islam tentang anjing dan patung, aqidah tentang
gambar pun tidak dijelaskan secara rinci. Hadis sama sekali tidak menyebutkan
gambar seperti apa yang dilarang. Dalam hadis no. 5264 diceritakan tentang carpet Aisah yang bergambar namun
akhirnya dibuang oleh Muhammad; dan dalam no. 5256 (masih dengan tokoh Aisah)
ada gambar kuda bersayap. Yang jelas dan pasti, aqidah islam mengajarkan supaya
umat islam tidak menyimpan atau memajang gambar di dalam rumahnya. Mungkin di
sana ada jin kafir. Karena itu, UAS harus lebih lantang lagi mewartakan aqidah
islam ini mengingat ada banyak umat islam memajang gambar di dinding rumahnya.
9. Foto atau potret.
Setiap umat islam dilarang untuk memiliki, menyimpan dan memajang foto di dalam
rumahnya. Larangan ini didasarkan pada HS Muslim no. 5254. Dalam hadis memang
disebut potret. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘potret’ dipahami
sebagai (1) gambar yang dibuat dengan kamera; foto; (2) gambar, lukisan.
Definisi kedua sama seperti aqidah islam tentang gambar (bdk. HS. Muslim 24:
5256), sedangkan makna pertama adalah yang umum dipahami orang. Jadi, melalui
hadis ini, umat islam tidak boleh mempunyai, menyimpan dan memajang foto di
dalam rumahnya. Ini merupakan aqidah islam. UAS harus tak henti-hentinya menyampaikan
aqidah islam ini karena tak sedikit umat islam mempunyai dan memajang gambar
foto di dalam rumahnya; bahkan di kantor MUI sendiri ada gambar foto presiden
dan wakil presiden.
10. Lonceng. Aqidah
islam melarang umat islam untuk mempunyai atau menggunakan lonceng. Dua nomor
hadis Muslim ini, yaitu no. 5277 dan 5279 menyatakan larangan terhadap lonceng
karena lonceng adalah musik setan. Jadi, jelas dikatakan bukan jin kafir,
tetapi setan sebagai musuh Allah. Lonceng di sini tidak hanya sebatas benda
berbentuk wadah terbalik dan di dalamnya ada bandul untuk dipukulkan atau
diadukan ke wadahnya sehingga menghasilkan bunyi atau suara. Lonceng juga dapat
dimaknai dengan bell yang biasa
dipasang di rumah-rumah, yang terhubung dengan listrik, bila ditekan akan
berbunyi. Jika lonceng seperti ini juga masuk kategori aqidah islam, maka UAS
harus lebih intens lagi mewartakan aqidah islam ini mengingat banyak
rumah-rumah umat islam yang berada dipasang lonceng/bell.
11. Kepala botak.
Bab 23 Kitab Al-Libas wa’l-Zinah (nomor 5289 – 5292) membahas soal larangan
berkepala botak. Sebagian orang dapat memahami larangannya ini: jenggot saja
wajib dipelihara, apalagi rambut kepala. Kepala botak ini bisa karena rambut
rontok, bisa juga karena dipangkas botak. Kenapa kepala botak dilarang? Mungkin
kepala botak dikaitkan dengan jin yang biasa berkepala botak (bandingkan dengan
film-film, dimana jin selalu ditampilkan botak). Yang pasti, para ustadz atau
UAS dapat menjelaskan aqidah ini kepada umat, mengingat ada juga umat islam
yang berkepala botak. Mungkin mereka belum tahu soal aqidah islam ini. Dan
bagaimana orang, yang karena pengobatan berdampak pada rontoknya rambut? Sekali
lagi, mungkin hanya UAS yang dapat menjawabnya.
12.
Rambut
palsu. Umat islam tidak hanya dilarang berkepala botak,
tetapi juga dilarang menggunakan rambut palsu (wig). Larangan, yang dikhususkan
bagi kaum perempuan, ini terdapat dalam Kitab Al-Libas wa’l-Zinah, bab 25,
nomor 5295 – 5309. Dalam dua nomor, yaitu 5295 dan 5297 dikatakan bahwa orang
yang memakai rambut palsu dikutuk Allah. Jadi, tidak sekedar ada jin kafir (?)
dalam rambut palsu itu, tetapi juga dikutuk Allah. Kiranya aqidah ini perlu
disampaikan UAS kepada umat islam tanpa harus sembunyi-sembunyi; secara khusus
kepada para artis muslimah, karena tak sedikit dari mereka, demi penampilan,
mengenakan rambut palsu.
DEMIKIANLAH
12 aqidah islam menurut Hadis Sahih Muslim, yang terdapat dalam Kitab Al-Libas
wa’l-Zinah. Sebenarnya masih ada beberapa aqidah lain lagi, seperti larangan
mengenakan jeket dari Yaman atau cincin stempel dari emas, dll. Sekedar diketahui,
Kitab Al-Libas wa’l-Zinah terdiri dari 27 bab, dan setiap bab merupakan
larangan yang masuk dalam kategori aqidah. Namun kami merasa aqidah-aqidah
tersebut kurang relevan untuk masyarakat islam di Indonesia saat ini. Dua belas
aqidah di atas sangat bersentuhan dengan kehidupan umat islam di Indonesia.
Mengingat
ada banyak umat islam “melaranggar” larangan aqidah di atas, bagaimana dan apa
ajaran islam terhadap mereka? Umat islam yang tidak melaksanakan aqidah islam,
misalnya mengenakan cincin emas/perak, memajang foto di rumah, memakai baju
berwarna kuning, dll, dimasukkan dalam kelompok kaum munafik dan fasik. Orang
munafik adalah orang islam, yang secara lahiriah mengaku islam tapi secara
batiniah tidak. Sedangkan orang fasik adalah orang islam yang meninggalkan
kewajibannya dan malah melakukan apa yang diharamkan. Apa pandangan islam
tentang kedua kaum ini?
Dalam
QS. at-Taubah: 84 dinyatakan bahwa orang-orang demikian (orang munafik dan
fasik), jika suatu saat meninggal dunia, tidak boleh dishalatkan. Dan dalam QS.
at-Taubah: 73 dan QS. at-Tahrim: 9, ada perintah dari Allah untuk berjihad dan
bersikap keras terhadap kaum munafik. Dikatakan juga dalam dua surah tersebut bahwa
pada akhir zaman tempat kaum munafik adalah neraka; dan QS. an-Nisa:145
menyebutkan tempatnya adalah di neraka paling bawah. Kaum fasik dan kaum
munafik disebut sebagai orang-orang yang rugi (QS. al-Baqarah: 27; QS.
at-Taubah: 69). Orang yang rugi adalah orang yang amal salehnya menjadi sia-sia
(QS. al-Maidah: 53). QS. an-Nisa: 138 mengatakan bahwa kaum munafik akan
mendapat siksaan yang pedih (bdk. QS. at-Taubah: 79). Dalam QS. at-Taubah: 80
dikatakan bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum fasik. Selain
itu, Allah juga akan mengazab atau membinasakan orang munafik (QS. al-Ahzab:
24; QS. al-Fath: 6; QS. al-Munafiqun: 4), dan memberi kehinaan kepada orang
fasik (QS. al-Hasyr: 5).
Lingga,
28 September 2019
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar