Gereja
Katolik akan tetap hidup, terlepas dari kelemahan dan dosa para anggotanya
karena itu adalah rencana Tuhan, demikian ungkap Paus Fransiskus. Melanjutkan serangkaian
kotbah tentang Kisah Para Rasul dan komunitas kristen awal pada 18 September, Paus
Fransiskus melihat kisah Gamaliel, seorang farisi yang mencoba mengajari para
anggota Sanhedrin tentang discerment,
yaitu proses mengambil keputusan dengan mendengarkan suara Tuhan.
Seperti
yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 5, Gamaliel mengatakan kepada Sanhedrin
untuk tidak menghakimi para rasul karena memberitakan Kristus. “Karena jika
usaha atau kegiatan itu berasal dari manusia maka akan binasa. Tetapi jika itu
berasal dari Tuhan, tidak satu pun yang dapat menghancurkannya. Kamu bahkan
mungkin mendapati dirimu berperang melawan Allah.”
“Setiap
usaha manusia pada awalnya mendapatkan konsensus, tetapi kemudian lenyap,” kata
Paus Fransiskus. “Tetapi segala sesuatu yang datang dari tempat tinggi, dari
Tuhan ditakdirkan untuk bertahan. Proyek manusia seringkali gagal, karena
mereka mempunyai waktu yang terbatas.”
“Pikirkanlah
kekaisaran besar. Pikirkan kediktatoran abad yang lalu. Mereka berpikir mereka
begitu kuat dan mendominasi dunia, namun kemudian mereka semua hancur,” jelas Paus
Fransiskus.
Pemerintahan
dan kekuatan paling kuat saat ini juga akan runtuh jika Tuhan tidak bersama
mereka, karena kekuatan yang dimiliki manusia sendiri tidak bertahan lama,
papar Paus Fransiskus. “Hanya kekuatan Tuhan yang bertahan,” lanjutnya.
Sejarah
kekristenan dan sejarah Gereja Katolik, bahkan dengan begitu banyak dosa dan
begitu banyak skandal, dengan begitu banyak hak buruk, menggambarkan hal yang
sama, jelas Paus Fransiskus. “Namun mengapa itu tidak hancur? Karena Tuhan ada
di sana. Kita adalah orang berdosa dan seringkali kita kerap membuat skandal,
tetapi Tuhan selalu menyelamatkan. Kekuatannya adalah Tuhan bersama kita.”
Kisah
itu juga menunjukkan betapa besar keberanian yang dibawa oleh Roh Kudus, sebut Paus
Fransiskus. Ketika Yesus ditangkap, para murid semuanya melarikan diri. Tetapi setelah
kebangkitan, ketika Dia mengirim Roh Kudus ke atas mereka, dan mereka menjadi
berani.
Merujuk
21 Ortodoks Koptik yang dipenggal di sebuah pantai di Libya pada tahun 2015, Paus
Fransiskus mengatakan keberanian yang sama masih terlihat hari ini pada diri
para martir, yang terus mengulangi nama Yesus bahkan ketika ajal mereka sudah
jelas. “Mereka tidak menjual iman mereka karena Roh Kudus menyertai mereka,”
papar Paus Fransiskus.
Dalam
Kisah Para Rasul, Gamaliel memberitahu Sanhedrin bahwa jika Yesus adalah
seorang penipu, para pengikutnya pasti sudah menghilang. Tetapi jika sebaliknya
mereka mengikuti seseorang yang diutus oleh Tuhan, maka akan lebih baik untuk
tidak melawan mereka, jelas Paus Fransiskus. Sikap sabar Gamaliel menjadi
bagian kunci dari kebijksanaan kristiani.
Kata-katanya
tenang dan berpandangan jauh ke depan, dan menjadi bagian dari proses yang
mendesak orang untuk “menilai sebuah pohon dari buahnya” daripada bertindak
dengan tergesa-gesa. Paus Fransiskus meminta orang-orang yang mendengar
kotbahnya untuk ikut dengannya dalam berdoa agar Roh Kudus “bertindak dalam
diri kita sehingga, baik secara pribadi maupun sebagai komunitas, kita dapat
memperoleh kebiasaan untuk membedakan” dan belajar untuk melihat Allah
bertindak dalam sejarah dan dalam diri kita, dan dalam saudara dan saudari
kita.
sumber:
UCAN Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar