Jumat, 24 Mei 2019

TELAAH KRITIS ATAS RUSUH 21 & 22 MEI?


Setelah melalui proses rekapitulasi yang panjang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya mengumumkan hasil pemilu pada Senin pagi, 21 Mei, satu hari lebih awal. Pengumuman lebih awal ini menimbulkan banyak tanda tanya di banyak kalangan, termasuk TV ONE. Padahal tidak ada yang aneh dengan pemajuan jadwal pengumuman itu, karena hasil rekapitulasi sudah selesai, dan undang-undang juga sudah mengaturnya.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah kenapa pasca pengumuman KPU itu terjadi demo menentang. Sejak hari Senin dan semakin memanas pada hari Selasa, banyak orang melakukan aksi demo di depan KPU dan BAWASLU. Demo berujung pada kericuhan. Ada asrama yang dirusak dan dua bus Brimob dibakar. Tak terhitung jumlah fasilitas umum yang rusak.
Inti dari demo tersebut adalah ketidak-puasan terhadap hasil pemilu yang diumumkan KPU. Sudah dapat dipastikan bahwa yang melakukan aksi demonstrasi itu adalah para pendukung pasangan 02, Prabowo dan Sandi, yang oleh Andi Arief diistilahkan dengan kaum “sumbu pendek”. Apakah mereka ada di Badan Pemenangan Nasional (BPN) atau tidak, yang jelas mereka ingin pasangan Prabowo dan Sandi jadi presiden dan wakil presiden. Mereka mau yang menang adalah jagoannya.
Kenapa mereka begitu yakin akan hal itu? Berikut ini beberapa jawabannya.
Pertama, keyakinan akan kekuatan doa. Para pendemo, yang kebanyakan umat islam, yakin bahwa Allah SWT ada di pihak mereka. Dasar keyakinan itu ada pada kemenangan pilkada DKI. Mereka telah berdoa, berdzikir dan juga sholat berjamaah; dan akhirnya jagoan mereka menang. Karena itu, kemenangan itu dilihat sebagai pengabulan doa mereka oleh Allah SWT. Dengan dasar inilah, ketika pilpres mereka mengulangi cara yang sama, dan mereka yakin Allah SWT pasti mengabulkan doa mereka. Apalagi doa seorang kyai sepuh secara langsung menyebut nama Prabowo, padahal saat itu Jokowi yang sedang minta didoakan. Mereka melihat bahwa Allah SWT menghendaki Prabowo – Sandi yang memimpin negara ini, namun ada tangan manusia yang mengubahnya. Hal ini sama seperti dengan hasil rekapitulasi pilpres; Allah SWT mau pasangan 02 menang, tapi KPU mengubahnya.
Kedua, pengumuman kemenangan Prabowo. Sehari setelah pemilu, Prabowo mengumumkan kemenangan sekitar 62%, sekalipun hasil quick count sejumlah lembaga survey memenangkan pasangan 01, Jokowi – Amin, pada angka 54% – 45%. Pengumuman kemenangan oleh Prabowo ini dilihat sebagai jawaban Allah SWT atas doa-doa yang dipanjatkan para pendukung. Karena itu, para pendukung pasangan 02 semakin yakin Allah SWT ada di pihak mereka; tak mungkin Allah mengkhianati umat-Nya. Hal inilah yang menjadi pegangan mereka: Allah SWT memang menghendaki Prabowo – Sandi memimpin negeri ini. Jika hal itu tidak terjadi, pastilah ada tangan-tangan manusia yang berusaha mengubahnya.
Ketiga, adanya kecurangan pemilu. Untuk menjaga opini publik atas kemenangan Prabowo – Sandi, sepertinya pihak BPN menciptakan atau mempengaruhi opini publik dengan isu kecurangan TSM (terstruktur, sistematis dan masif). Para pendukung yang sudah yakin bahwa Allah SWT memang menghendaki kemenangan Prabowo – Sandi, sehingga jika fakta berkata lain, maka kesimpulannya adalah adanya usaha manusia untuk mengubah apa yang telah digariskan Allah SWT. Itulah kecurangan, yang konon oleh BPN ditemui sekitar 1.500.
Dari ketiga alasan di atas, maka para pendukung pasangan 02 menolak hasil pengumuman KPU, yang menyatakan pasangan 01 memenangi pilpres. Bagi mereka Allah SWT tak mungkin salah, karena Dia maha sempurna; yang salah itu pastilah manusia. Maka dari itu, mereka tidak hanya menolak, tetapi juga menentang dan melakukan protes dengan turun ke jalanan yang berujung pada kericuhan. Mereka melihat bahwa perjuangan menentang hasil pengumuman KPU merupakan perjuangan Allah; mereka mau supaya kehendak Allah SWT yang terjadi, bukan kehendak manusia. Mereka melihat kehendak manusia itu ada pada dua lembaga pemilu, yaitu BAWASLU dan KPU. Karena itu, pusat demo ada di dua tempat ini.
Selain tiga alasan di atas, kita masih dapat menemukan alasan lain kenapa para pendukung Prabowo – Sandi ini melakukan aksi demontrasi. Salah satu di antaranya adalah adanya kepentingan. Beberapa kelompok (selain partai politik) yang mendukung pasangan 02 memiliki kepentingan bagi kelompoknya jika Prabowo – Sandi menang. Artinya, jika pasangan 01 menang maka kepentingan mereka pasti tidak diakomodir, sementara Prabowo – Sandi akan mengakomodir kepentingan kelompoknya. Karena itu, demi kepentingan kelompoknya inilah, maka mereka berjuang keras untuk menentang pengumuman KPU. Wujud konkretnya adalah demonstrasi, bahkan berujung pada kerusuhan.
Apakah Prabowo juga punya kepentingan di dalamnya? Sudah pasti iya. Kita ingat, beberapa hari setelah pengumuman quick count, Ade Armando mengajukan gugatan atas Prabowo ke Bareskrim. Bagi Ade, Prabowo telah melakukan pembohongan. Akan tetapi, gugatan Ade ditolak karena dasar kebenarannya belum ada (dasar acuannya ada pada hasil hitung KPU). Artinya, setelah pengumuman KPU, Ade dapat melanjutkan gugatannya. Nah, tentulah Prabowo merasa cemas. Karena itu, dia punya kepentingan atas aksi demo tersebut.
Lingga, 23 Mei 2019
by: adrian

1 komentar: