Renungan Hari Minggu
Biasa VII, Thn C
Bac I 1Sam 26: 2, 7–9, 12,13,22,23 ; Bac II 1Kor 15: 45–49;
Injil Luk 6: 27 – 39
Bacaan
liturgi hari ini sangat menarik, karena dapat dijadikan satu kesatuan. Inti pesannya
adalah agar kita menjadi manusia rohani. Hal inilah yang disampaikan Paulus
dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus. Rasul Paulus sadar bahwa
kita manusia awalnya adalah jasmani atau alamiah (ay. 46, 47). Akan tetapi,
hendaklah kita tidak tinggal dalam kejasmanian kita saja, tidak dikendalikan
oleh kelemahan alamiah kita, melaiankan berubah menjadi manusia rohani. Dapat dipahami
manusia rohani berarti manusia yang dapat mengendalikan kelemahan jasmaninya,
atau menjadi tuan atas kealamiahan jasmaninya.
Apa yang
disampaikan Rasul Paulus merupakan penjabaran lain dari apa yang dikatakan oleh
Yesus dalam Injil. Dalam Injil hari ini, Tuhan Yesus memberikan beberapa contoh
manusia rohani, manusia yang mengalahkan kelemahan jasmaninya. Manusia rohani
itu terlihat pada berbuat baik kepada orang yang membenci (ay. 27), berdoa bagi
mereka yang mencaci (ay. 28), murah hati (ay. 36), tidak suka menghakimi orang
lain (ay. 37), dll. Apa yang disampaikan Tuhan Yesus memang mudah diucapkan,
tapi sulit untuk dilaksanakan. Namun bukan lantas berarti tidak ada yang pernah
melakukannya. Yesus sendiri sudah melakukan apa yang diajarkan-Nya itu.
Selain
Yesus, Daud juga sudah pernah melakukan atau mempraktekkan sebagai manusia
rohani. Inilah yang ditampilkan dalam bacaan pertama. Raja Saul mempunyai
rencana jahat, yaitu hendak membunuh Daud. Sekalipun ada kesempatan untuk
menyingkirkan Raja Saul, namun Daud sama sekali tidak menggunakannya. Daud menunjukkan
kasihnya kepada Saul.
Sabda
Tuhan hari ini menghendaki kita untuk tidak tetap tinggal dalam kealamiahan
jasmani kita, melainkan berubah menjadi manusia rohani. Kita diminta untuk
senantiasa berbuat baik kepada siapa saja, bahkan kepada mereka yang membenci,
memusuhi atau juga yang pernah menyakiti kita. Adalah wajar apabila kita
membalas kejahatan dengan kejahatan. Itulah kealamiahan jasmani kita. Akan tetapi
Tuhan ingin hal itu ditinggalkan. Kita harus menjadi TUAN atas kejasmanian kita dengan melakukan apa yang dikehendaki
Tuhan.
Pinang,
22 Feb 2019
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar