Belum
lama ini publik Indonesia digemparkan oleh cuitan Andi Arief, wakil sekjen
Partai Demokrat. Beliau mengatakan (atau juga mempertanyakan) bahwa ada 7
kontener berisi surat suara yang sudah dicoblos. Dan surat suara yang sudah
dicoblos itu mengarah pada pasangan calon presiden Jokowi dan Ma’ruf Amin. Dapat
dikatakan bahwa pernyataan (atau mungkin juga pertanyaan) Andi Arief tersebut
membuat orang berpikir bahwa KPU turut melanggengkan kekuasaan Jokowi.
Sontak
saja cuitan wakil sekjen Partai Demokrat tersebut menimbulkan kegaduhan
politik. Sekalipun cuitan itu ditujukan kepada lembaga penyelenggara PEMILU
(KPU), namun serangan ditujukan juga kepada calon presiden, Jokowi. Hal ini
mirip dengan kasus data orang gila yang dikaitkan sebagai peserta pemilu.
Menghadapi
cuitan Andi Arief itu, baik KPU maupun kubu paslon nomor urut 1, segera
memperkarakannya ke polisi. Bagi mereka, cuitan tersebut sudah mengandung unsur
kebohongan. Andi Arief sendiri mengatakan bahwa cuitannya itu bukanlah hoax, namun biar bagaimana pun, Andi
Arief buru-buru menghapus cuitannya itu.
Menjadi
pertanyaan kita adalah, apa yang melatar-belakangi orang sekaliber Andi Arief
membuat pernyataan (atau mungkin juga pertanyaan) yang membuat heboh negeri
ini? Apakah Wakil Sekjend Partai Demokrat itu tidak sadar kalau cuitannya itu
sudah masuk kategori hoax?
Rasanya tidak mungkin ada niat Andi Arief untuk berbohong dengan membuat pernyataan (atau mungkin juga pertanyaan) itu. Patut diduga apa yang dilakukan wakil sekjend partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini berangkat dari pengalaman masa lalunya, ketika partainya masih menjadi penguasa. Mungkin dulu, pada masa kampanye SBY untuk capres periode kedua, pernah terjadi ada surat suara yang sudah dicoblos untuk kepentingan kemenangan pasangan SBY dan Boediono. Mungkin jumlahnya 7 kontener.
Peristiwa masa lalu tersebut mungkin diketahui oleh Andi Arief, sehingga beliau berpikir bahwa penguasa punya power untuk melanggengkan kekuasaannya. Karena itulah, bisa saja apa yang dialami dan dipikirkan itu, dikenakan pada penguasa sekarang, yakni Jokowi. Andi Arief berpikir jangan-jangan Jokowi juga melakukan hal yang sama, seperti yang pernah dilakukan SBY dulu. Maka, lahirlah cuitan tersebut.
Dabo, 4 Januari 2019
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar