Renungan Minggu Biasa
XX, Thn B
Bac
I Ams 9: 1 – 6; Bac II Ef 5: 15 – 20;
Injil Yoh 6: 51 – 58;
Dalam
Injil hari ini Tuhan Yesus memperkenalkan dirinya sebagai roti hidup yang turun
dari sorga (ay. 51). Yesus menegaskan bahwa dirinya, tubuh dan darah-Nya adalah sungguh makanan. “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku
adalah benar-benar minuman.” (ay. 55). Pernyataan Tuhan Yesus ini memang
sungguh tidak masuk dalam akal budi kebanyakan orang Yahudi. Karena itulah,
mereka saling bertengkar dan mempersoalkan pernyataan Yesus tadi (ay. 52).
Menghadapi
orang Yahudi, yang memperkarakan pernyataan Yesus tersebut, kiranya nasehat
Paulus dalam bacaan kedua, dan penulis Kitab Amsal, dalam bacaan pertama, sangat relevan. Di mata
Paulus dan penulis Kitab Amsal, sikap orang Yahudi itu seperti sikap orang
bodoh. Karena itu, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus berkata, “janganlah
kamu bodoh.” (ay. 17); dan penulis Kitab Amsal mengajak umat untuk membuang
kebodohan (ay. 6).
Dari
bacaan pertama dan kedua hari ini, kita bisa mengetahui bahwa sikap orang
Yahudi yang bertengkar soal pernyataan Tuhan Yesus sebagai makanan terjadi
karena mereka hanya mengandalkan kemampuan manusiawinya saja. Orang Yahudi
mencoba memahami pernyataan Yesus tersebut hanya dari sisi akal budi saja. Dan ketika
akal budi menemui keterbatasannya, mulailah mereka saling bertengkar. Karena itu,
Paulus dan penulis Kitab Amsal mengajak kita untuk “mengerti kehendak Tuhan”
(Ef 5: 17; bdk. Ams 9: 6).
Sabda
Yesus hari ini secara khusus ditujukan kepada para murid-Nya. Kepada kita Yesus
berkata bahwa yang makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya akan mempunyai hidup
kekal dan akan dibangkitkan pada akhir zaman (ay. 54). Menjadi pertanyaannya
adalah apakah kita memahami sabda Yesus ini dan percaya? Untuk bisa
memahaminya, kita harus mengikuti nasehat Paulus dan penulis Kitab Amsal, yaitu
membuang kebodohan kita. Kebodohan itu terjadi ketika kita memaksakan pemikiran
kita. Kata kunci untuk dapat memahami pernyataan Tuhan Yesus adalah “Yang
memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” Jadi, setiap murid Kristus yang makan
tubuh-Nya (lewat ekaristi), akan hidup oleh Kristus, bukan dirinya sendiri.
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar