Ada
banyak kasus penistaan agama yang terjadi di Indonesia. Namun kasus penistaan
agama dengan pelaku Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok, adalah
kasus yang sangat menarik perhatian publik Indonesia. Dikatakan menarik karena
kasus ini tidak hanya murni kasus agama saja. Kalau orang mau jujur, kasus ini
sarat dengan nuansa politik. Kentalnya warna politik dalam kasus ini membuat
orang bingung menilai: apakah agama memainkan politik atau politik yang
memainkan agama. Yang dimaksud agama di sini adalah agama islam.
Dari
kasus penistaan agama ini muncul fenomena “aneh”, yang di satu sisi akan
menimbulkan kebingungan bagi umat non muslim tapi di sisi lain membuka “aib”
sendiri (sayang, hal ini sepertinya tidak disadari). Fenomena pertama adalah
“perang” argumentasi. Ada ahli agama islam menilai Ahok telah melakukan
penistaan agama. Mereka mengemukakan argumen-argumen, baik dari sisi quranis,
hadis maupun teologis. Namun ada juga ahli, yang juga ahli agama islam, yang menilai Ahok tidak melakukan
penistaan. Dasar argumentasinya pun tak jauh berbeda dengan dasar argumentasi
ahli sebelumnya.
Fenomena
kedua adalah “perang” pro dan kontra. Tak bisa dipungkiri kasus penistaan agama
oleh Ahok ini menimbulkan “perang” di antara umat islam sendiri. Ada banyak
umat islam menghojat dan mengecam Ahok karena telah menghina agamanya. Namun
tak sedikit pula umat islam membela Ahok, dan berpikir Ahok tidak melakukan
penghinaan. Dan sebagaimana perang pada umumnya yang selalu meminta adanya
korban, dalam kasus ini pun ada korban. Ada jenazah warga yang mendukung Ahok
ditolak untuk dishalatkan. Hal ini dipertegas lagi dengan spanduk yang
jelas-jelas menyatakan menolak menshalatkan jenazah pendukung atau pembela
penista agama. Sekali lagi perlu ditegaskan, agama yang dimaksud di sini adalah agama islam.
Semua
fenomena yang lahir dari kasus Ahok ini sungguh membingungkan umat non islam.
Sementara umat islam, baik dari kubu pro maupun kontra, berusaha menampilkan
jatidiri agamanya, umat nom muslim bertanya inikah islam. Umat non islam tahu
bahwa Ahok telah menistakan agama hanya dari pernyataan pendapat Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang dibaca di media massa. Akarnya pada pernyataan Ahok di
Kepulauan Seribu, yang menyinggung surah Al-Maidah ayat 51. Dalam pidatonya
Ahok menyebut, “Dibohongi pakai surah Al-Maidah ayat 51.”
Lewat
pernyataan itu Ahok sebenarnya mau menyadarkan warga untuk tidak mau ditipu
oleh orang-orang tertentu yang memakai surah tersebut untuk menjegal dirinya.
Sebagaimana diketahui, saat itu Ahok sedang bersiap maju ke pilkada DKI.
Belajar dari pengalaman, ada banyak lawan politik sering memakai surah tersebut
untuk menjegal calon yang non muslim. Ahok pernah mengalaminya dalam pilkada
Kepulauan Bangka Belitung. Jadi, dengan pernyataan itu, Ahok ingin supaya warga
memilih pemimpin berdasarkan track record
pemimpin tersebut, dan semuanya tergantung sepenuhnya pada warga sendiri.
Namun
oleh MUI pernyataan Ahok yang menyinggung surah Al-Maidah: 51 difatwa sebagai
penistaan agama dan ulama. Ada yang menilai bahwa Ahok salah menafsirkan surah
tersebut. Ada pula orang yang membela dengan mengatakan bahwa orang yang
memakai surah tersebut untuk menjegal calon pemimpin non islam telah salah
menafsirkannya.
Jika
menyimak perdebatan ini, satu hal yang terlihat adalah orang berdiskusi tentang
pernyataan Ahok soal surah Al-Maidah: 51 tanpa pernah tahu apa bunyi surah
tersebut. Ada kesan bahwa surah tersebut menyinggung soal kepemimpinan. Tapi,
apakah benar surah Al-Maidah: 51 menyinggung soal kepemimpinan? Berikut ini
kami sampaikan kutipan surah Al-Maidah: 51 dari berbagai versi.
Al-Quran
terbitan Departemen Agama RI tahun 2006:
Wahai
orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai
teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di
antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk
golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim.
Al-Quran
online versi Noble Quran:
O
you who have believed, do not take the Jews and the Christians as allies. They
are (in fact) allies of one another. And whoever is an ally to them among you –
then indeed, he is (one) of them. Indeed, Allah guides not the wrongdoing
people.
Al-Quran
online versi mpkb:
Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani itu sebagai teman rapat, karena setengah mereka menjadi teman rapat
kepada setengahnya yang lain; dan sesiapa di antara kamu yang menjadikan mereka
teman rapatnya, maka sesungguhnya ia adalah dari golongan mereka itu.
sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang berlaku zalim.
Dari
ketiga versi Al-Quran di atas, terlihat jelas bahwa surah Al-Maidah: 51 sama
sekali tidak ada kaitan dengan kepemimpinan. Surah tersebut melarang umat islam
berteman dengan orang Yahudi dan Kristen. Jadi, seorang pelajar muslim tidak boleh
bersahabat dengan pelajar kristiani dan Yahudi. Di masyarakat, umat islam
dilarang bersahabat dengan warga lain yang beragama Yahudi dan Kristen. Jika
ada umat islam berteman dengan orang Yahudi dan Kristen, maka dia itu adalah
orang kafir dan zalim. Orang kafir tempatnya di neraka (QS Al-Baqarah: 24).
Dari
uraian teks surah Al-Maidah yang menjadi topik persoalan penistaan agama oleh
Ahok, dapat dikatakan bahwa kesalahan Ahok adalah salah mengutip teks Al-Quran
dan salah pula menafsirkannya. Surah Al-Maidah: 51 sama sekali tidak ada kaitan
dengan kepemimpian. Jadi, jika Ahok menyebut surah tersebut dalam konteks
menjegal calon pemimpin non muslim, maka pernyataan Ahok adalah mengada-ngada.
Kecuali
jika Ahok merujuk pada surah Al-Maidah: 57. Surah ini biasa dan sering
ditafsirkan sebagai larangan bagi orang islam untuk memilih calon pemimpin non
muslim. Atau surah Ali Imran: 28 dan surah An-Nisaa: 144, yang sedikit lebih jelas
dari surah sebelumnya, meski masih menimbulkan persoalan dalam menafsirkan kata
WALI. Namun, tiga surah ini biasa dijadikan rujukan untuk menolak calon
pemimpin kafir. Semua itu tertulis dalam Al-Quran, kitab suci umat islam, yang diyakini langsung turun dari Allah.
Koba,
10 April 2017
by: adrian
Baca juga tulisan
lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar