Renungan
Hari Minggu Biasa XXII, Thn B/I
Bac
I Ul 4: 1 – 2, 6 – 8; Bac II Yak 1: 17 – 18, 21 – 22, 27;
Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Ulangan. Di sini dikisahkan tentang sabda Allah kepada umat Israel yang akan memasuki negeri yang diberikan Tuhan. Sebelum mereka menduduki negeri tersebut, Tuhan Allah memberikan beberapa petunjuk. Dalam petunjuk itu terkandung juga nasehat agar bangsa Israel melaksanakan segala perintah Allah dengan setia. Mereka dilarang untuk menambahi dan menguranginya (ay. 2). Di sini Tuhan Allah menghendaki supaya umat Israel hidup sesuai dengan ketetapan yang diberikan Tuhan.
Dalam perjalanan waktu,
setelah bangsa Israel menduduki negeri itu, kehidupan pun semakin berkembang. Mulailah
muncul tradisi-tradisi yang ditetapkan oleh nenek moyang. Tradisi-tradisi itu
bersifat mengikat. Menjadi persoalan, tradisi itu akhirnya mengalahkan
ketetapan Allah. Hal inilah yang terlihat dalam Injil hari ini. Serombongan
orang Farisi dan beberapa ahli Taurat mengkritik Tuhan Yesus yang membiarkan
beberapa murid-Nya makan tidak sesuai dengan tradisi, yaitu membasuh tangan
sebelum makan (ay. 2). Tuhan Yesus balik mengkritik mereka. “Perintah Allah
kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (ay. 8). Di sini
Tuhan Yesus ingin menyadarkan orang Farisi dan ahli Taurat akan kehendak Allah
untuk setia pada ketetapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam
suratnya, yang menjadi bacaan kedua hari ini, Yakobus mengajak umat untuk setia
kepada kehendak Allah. Kehendak Allah itu dapat dilihat atau dibaca dalam
firman-Nya (Kitab Suci). Yakobus meminta umat untuk membuang semua kekotoran
dan kejahatan dari dalam diri dan berusaha menerima sabda Tuhan dalam hati (ay.
21). Akan tetapi, Yakobus tidak hanya berhenti pada status penerima sabda saja.
Ia menasehati supaya umat juga menjadi pelaku sabda (ay. 22). Artinya, sabda
Tuhan yang telah diterima diterapkan dalam kehidupan.
Tak dapat dipungkiri, kita
hidup dengan tradisi dan adat istiadat leluhur. Jauh sebelum kita mengenal
Kristus, nenek moyang kita sudah hidup dalam tradisi. Dan
ketika kita menjadi pengikut Kristus, tradisi itu pun masih melekat dengan
kehidupan kita. Sabda Tuhan hari ini bukan bertujuan agar kita menyingkirkan
semua tradisi itu. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita tidak
mengalahkan kehendak Allah demi suatu tradisi. Kehendak Allah adalah yang
utama. Bisa juga dikatakan bahwa jika suatu tradisi bertentangan dengan
kehendak Allah, kita harus meninggalkannya. Dan sama seperti dulu kita hidup
sesuai dengan tradisi, sekarang juga, setelah menjadi pengikut Kristus, kita
hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah, yang ada dalam Kitab Suci,
hendaknya menjadi pedoman hidup kita.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar