Renungan Hari Sabtu
Biasa II, Thn B/I
Bac I Ibr 9: 2 – 3, 11 – 14; Injil Mrk 3: 20 – 21;
Injil hari ini sangat singkat; cuma dua ayat saja. Namun di
sana kita dapat mengenal siapa sosok Yesus itu. Dikisahkan bahwa Yesus tiba di
sebuah rumah dan di sana orang banyak datang. Mereka mengerumuni Tuhan Yesus
dan bisa dikatakan mereka datang dengan keperluannya masing-masing. Pastilah Tuhan
Yesus melayani, karena Dia penuh belas kasih. Hal ini terlihat dari pernyataan
makanpun tidak sempat lagi (ay. 20). Kejadian inilah – melayani hingga tak
sempat lagi untuk makan – membuat orang berkesimpulan bahwa Dia sudah tak waras
lagi (ay. 21). Tak waras di sini bukan dalam arti gila (psikis), tetapi gila
melayani sampai-sampai mengorbankan diri sendiri. Tak waras di sini dipahami
bahwa Tuhan Yesus sibuk melayani orang banyak tanpa peduli pada diri-Nya
sendiri. Inilah pengorbanan yang tinggi.
Tentang pengorbanan inilah yang direfleksikan penulis Surat
kepada Orang Ibrani. Dalam bacaan kedua hari ini, pusat refleksi penulis adalah
Tuhan Yesus sebagai Imam Besar. Penulis menampilkan perbedaan antara Imam Besar,
yang adalah Tuhan Yesus, dengan imam-imam besar lainnya dalam hal membawa
korban persembahan. Jika imam-imam besar membawa korban darah anak domba, Tuhan
Yesus membawa korban Diri-Nya sediri. Di sini penulis mengacu pada peristiwa
salib. Jadi, pada salib ada pengorbanan yang tinggi. Tuhan Yesus mengorbankan
diri-Nya demi keselamatan umat manusia.
Sabda Tuhan hari ini berbicara soal pengorbanan. Tuhan Yesus
datang ke dunia hendak menyelamatkan manusia dengan cara mengorbankan diri-Nya
sendiri. Demi umat Tuhan tidak mementingkan kepentingan pribadi. Nilai inilah
yang hendak ditawarkan Tuhan melalui sabda-Nya. Tuhan menghendaki supaya kita
memiliki sikap mau dan berani berkorban demi kebaikan orang lain, meski korban
itu menuntut pengorbanan kepentingan pribadi. Tuhan tidak mau kita hanya
mementingkan kepentingan pribadi dan mengorbankan kepentingan bersama.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar