Renungan Hari Sabtu
Biasa XIV, Thn A/II
Bac I Yes 6: 1 – 8; Injil Mat 10: 24 – 33;
Dalam Injil hari ini, secara implisit mau dikatakan bahwa
Tuhan Yesus meminta para murid-Nya untuk senantiasa mewartakan apa yang telah
diajarkan-Nya. Mereka diminta untuk mewartakan itu secara terang-terangan (ay.
27; padanan frase “dalam terang” dan “dari atas atap”). Para murid tak perlu
merasa takut, sekalipun untuk semua itu mereka akan mengalami banyak
penderitaan dan aniaya. Mereka akan senantiasa dalam perhatian Tuhan Allah.
Yesus memberi perbandingan dengan burung pipit yang diperhatikan Bapa (ay. 29).
Tak perlu takut pada siapapun yang tak tak mampu menyentuh jiwa. Rasa takut
hanya ditujukan kepada Allah yang dapat membinasakan bukan hanya tubuh tapi
jiwa juga.
Rasa takut inilah yang dialami Yesaya dalam bacaan pertama. Dalam
kitabnya, Yesaya awalnya memberi gambaran tentang Tuhan Allah yang maha
dahsyat. Lukisan yang begitu sempurna membuat Yesaya merasa tak pantas, apalagi
dirinya sudah melihat Allah secara langsung (ay. 5). Ketidakpantasan itu
terletak pada keberdosaan. Bagi Yesaya, Tuhan Allah memiliki kuasa untuk
membinasakan dirinya, jiwa dan raga. Karena itulah, Yesaya merasa takut.
Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau memberitahu kita bahwa Tuhan
Allah akan senantiasa memperhatikan kehidupan kita. Tuhan memang mahakudus dan
mahakuasa, sementara kita makhluk berdosa. Dosa tidak lantas membuat kita jauh
dari Tuhan, justru sebaliknya, kita diajak untuk mendekat pada-Nya. Selain itu,
melalui sabda-Nya, Tuhan mau menegaskan bahwa hanya kepada Dia saja kita
menaruh rasa hormat, alias takut. Tuhan menghendaki supaya kita hanya takut
kepada Tuhan. Rasa takut ini akan menimbulkan rasa hormat dan berserah pada
Tuhan.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar