Renungan
Hari Minggu Paskah V, Thn A/I
Bac
I : Kis 6: 1 – 7; Bac II : 1Ptr 2: 4 – 9;
Injil
: Yoh 14: 1 – 12;
Dalam Injil hari ini Filipus meminta kepada Yesus untuk
menunjukkan Bapa kepada mereka. Dari sinilah Yesus mulai mengajari para
murid-Nya bahwa Dia dan Bapa adalah satu. Apa yang dikatakan Yesus bukan
berasal dari diri-Nya sendiri, melainkan dari Bapa. Demikian pula pekerjaan
Yesus adalah juga pekerjaan Bapa. Yesus hendak melaksanakan karya Bapa bagi
umat manusia. Salah satu karya-Nya adalah membangun Kerajaan Allah. Subyek dari
Kerajaan Allah adalah manusia. Jadi, dengan kata lain, Yesus (Allah Bapa)
membutuhkan manusia untuk membangun Kerajaan-Nya.
Manusia sebagai bahan bangunan inilah yang disampaikan Petrus
dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama, Petrus mengatakan bahwa Allah,
melalui mereka, hendak membangun rumah rohani. Dan dalam pembangunan itu,
dibutuhkan bahan dasar, seperti membangun rumah yang membutuhkan batu. Bagi Petrus,
manusia adalah batunya. Karena itu, Petrus meminta umat untuk memberi diri “dipergunakan
sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani.” (ay. 5). Sikap yang
dibutuhkan di sini adalah sikap berserah diri, membiarkan diri dipakai
sepenuhnya oleh Allah demi bangunan rohani itu.
Sikap berserah sebagaimana yang diharapkan dalam bacaan kedua,
tidak terlihat pada diri jemaat perdana yang dikisahkan dalam bacaan pertama. Dikatakan
bahwa terjadi sungut-sungut di antara jemaat, salah satunya disebabkan karena
terabaikannya pelayanan terhadap janda-janda. Hal ini bisa terjadi karena ada
sebagian jemaat yang lebih mementingkan kepentingan pribadinya sehingga
mengabaikan kepentingan bersama.
Hari ini sabda Tuhan, melalui bacaan liturgi, mau menyampaikan
bahwa Allah berencana membangun bangunan rohani dengan menggunakan manusia
sebagai bahan dasarnya. Tuhan membutuhkan diri kita. Hal ini perlu disadari:
Tuhan membutuhkan kita demi pembangunan tersebut. Sekalipun Allah Mahakuasa,
Dia membutuhkan kita. Karena itu, hendaklah kita mau memberikan diri kita untuk
pembentukan bangunan itu. Namun yang perlu diingat adalah agar kita
mengutamakan kehendak Allah yang terjadi, karena Dia-lah arsitek bangunan itu.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar