SANTO EUSEBIUS VERCELLI, USKUP & MARTIR
Eusebius lahir di pulau
Sardinia, Italia, kira-kira pada tahun 283. Namanya yang berarti “kesayangan”
sesuai benar dengan kenyataan hidupnya di kemudian hari. Ia disayangi Tuhan dan
seluruh Gereja karena dengan gigih membela ajaran iman yang benar di hadapan
para penganut Arianisme dan dengan penuh kasih sayang menggembalakan umatnya di
Vercelli hingga meninggal dunia.
Ayahnya meninggal dunia
ketika ia masih kecil. Lalu ia dibawa ibunya ke Roma untuk belajar di sana. Di
kota Roma ia ditahbiskan menjadi lektor dan menjadi pelayan imam dalam setiap
perayaan kurban misa. Untuk melanjutkan studinya, ia pindah ke Vercelli, Italia
Utara. Di sana ia terus bertumbuh menjadi seorang yang saleh hidupnya. Pada
tahun 340 ia ditahbiskan menjadi Uskup Vercelli. Sebagai uskup ia berusaha
membina imam-imam yang berkarya di keuskupannya agar hidup lebih sesuai dengan
jabatan mereka. Untuk itu ia membentuk suatu persekutuan hidup seperti biara
bersama imam-imamnya. Konon persekutuan hidup bersama yang didirikannya
merupakan tahap awal kehidupan monastik di dalam Gereja Barat. Dengan cara hidup
itu, Eusebius bermaksud mendidik imam-imamnya menjadi pelayan umat yang tidak
saja pandai tetapi juga suci dan tidak terikat batin dengan hal-hal duniawi.
Usahanya itu diberkati Tuhan dengan hasil yang gilang gemilang. Banyak dari
imam-imam binaannya menjadi imam dan uskup yang saleh hidupnya.
Menyaksikan kesalehan
dan keberhasilan Eusebius, pada tahun 354 Paus Liberius (352 – 366) bersama
uskup-uskup lainnya mengutus dia kepada Kaisar Konstantius untuk meminta
kesediaan kaisar membuka sebuah konsili demi terciptanya ketenteraman di dalam
tubuh Gereja dari gangguan bidaah Arianisme. Pada tahun 355 diadakan sebuah
sinode para uskup di Milano, Italia, untuk membicarakan hukuman atas Uskup
Santo Athanasius. Banyak uskup arian hadir dalam sinode itu. Mereka berusaha
keras mempengaruhi uskup-uskup lainnya untuk mengikuti mereka. Eusebius yang
hadir dalam sinode itu dengan gigih membela ajaran Athanasius dan menentang
ajaran sesat para uskup arian yang tidak mengakui keallahan Yesus Kristus. Ia
pun dengan tegas menolak menandatangani surat keputusan hukuman atas diri Uskup
Santo Athanasius.
Karena sikapnya itu,
Eusebius menanggung banyak penderitaan dari para uskup arian. Sejak bidaah itu
didukung oleh kaisar Konstantius, Eusebius diancam dengan hukuman mati dan dibuang
ke Scytopolis, Palestina di bawah pengawasan Uskup Arian Patrophilius. Di sana
selama beberapa tahun ia disiksa oleh para musuhnya. Dari Scytopolis ia dikirim
ke Kapadokia dan ke Mesir. Kendatipun banyak siksaan yang dialaminya, ia tetap
teguh berpegang pada kebenaran imannya. Sepeninggal Kaisar Konstantius pada
tahun 361, Eusebius dibebaskan. Sebelum kembali ke Vercelli ia masih menghadiri
sinode uskup-uskup Aleksandria pada tahun 362 atas izin Kaisar Yulianus,
pengganti Konstantius. Oleh uskup-uskup lainnya, Eusebius diutus ke Anthiokia
untuk menyelesaikan pertikaian antara pengikut Santo Eustakius dan pengikut
Uskup Arian Miletus.
Misinya itu tidak
berhasil. Sebagai gantinya ia tanpa mengenal lelah meneruskan usahanya untuk
menjaga ketenteraman umat menghadapi pengaruh Arianisme. Ia pergi ke Illiricum,
mengunjungi berbagai Gereja dan mendesak para pemimpinnya agar tetap memegang
teguh ajaran iman yang benar dari para rasul. Dari sana ia pulang ke Vercelli,
Italia Utara pada tahun 363. Dia disambut umatnya seperti seorang pahlawan yang
kembali dengan kemenangan.
Sisa-sisa hidupnya
dimanfaatkannya untuk mengajari umat perihal ajaran iman yang benar. Ia masih
meninggalkan kepada umatnya satu buku tafsiran mazmur-mazmur. Bersama Santo
Hilarius dari Poiters Eusebius tampil sebagai seorang penentang Uskup Arian
Auxensius. Eusebius akhirnya meninggal dunia di Vercelli pada tahun 371. Oleh
Gereja dia dihormati sebagai seorang martir karena kesengsaraan yang dialaminya
sewaktu dibuang oleh kaisar dan para penganut Arianis.
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar