30 Mei 2012, bertempat di aula Paroki St Yosep Tanjung Balai Karimun, diadakan pertemuan untuk mensosialisasikan struktur paroki yang terbaru setelah sinode kedua Keuskupan Pangkalpinang. Pertemuan yang berlangsung dari pukul 17.00 dan berakhir pukul 21.00 terjadi cukup seru. Untuk sosialisasi ini, paroki mengundang dari tim sekpas (sekretariat pastoral) Keuskupan Pangkalpinang. Hadir pada malam itu Rm. Ferdi Meo dan Rm Benny Balun. Sedangkan peserta yang hadir sangat jauh dari harapan. Padahal yang diundang sekitar 150 orang, namun yang hadir sekitar 50-an orang.
Awalnya Rm Ferdi, yang menghabiskan masa diakonatnya di paroki ini, menjelaskan tentang identitas Gereja Keuskupan Pangkalpinang. Identitas itu ada pada visi, misi dan spiritualitas. Dan itu ada pada buku sinode II. Rm. Ferdi menerangkan bahwa buku tersebut menjadi pedoman kita bersama dalam menggapai cita-cita bersama, yaitu GEREJA PARTISIPATIF.
Peserta terlihat begitu antusias mendengarkan penjelasan romo yang ahli Kitab Suci ini. Bukan hanya lantaran gaya dan bahasa yang digunakan, melainkan juga sarana untuk memaparkan identitas itu juga menarik. Sehingga waktu yang satu jam lebih yang dipakai, sama sekali tak terasa. Antusiasme peserta langsung terlihat dari beberapa peserta yang bertanya tentang buku sinode dan ada yang langsung membeli buku sinode.
Pada sesi berikutnya, Rm Benny tampil menjelaskan soal struktur gereja paroki yang baru. Struktur baru ini diterapkan untuk menjawab visi keuskupan. Karena dengan struktur ini, mau tidak mau, umat diajak untuk berpartisipasi; dengan struktur ini umat diberdayakan sehingga dapat terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.
Ada banyak hal yang baru dari penjelasan itu.
1. Ada organ yang disebut Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Pastoral Harta Benda Gereja (DPHBG). Pemilihan anggota DPP tidak seperti biasanya, sedangkan DPHBG dipilih secara khusus mengingat tugas dan fungsi mereka. Ada 3 kriteria DPHBG, menurut romo yang menghabiskan masa diakonatnya di paroki ini, sama seperti Rm Ferdi, yaitu ahli (paham) soal ekonomi, tahu urusan pemerintahan dan punya dedikasi pada Gereja. DPP dan DPHBG berfungsi sebagai konsultan bagi pastor paroki.
2. Ada tim PIPA (Pastoral Integral Pangkalpinang Approach). Ini merupakan think tank-nya pastoral paroki. Mereka inilah yang akan memikirkan dan menjalankan pastoral di paroki. Mereka ini terdiri dari utusan seksi-seksi dari KBG, utusan tim pastoral sekolah dan juga utusan dari komunitas Lembaga Hidup Bhakti yang ada di paroki.
3. Kepengurusan dalam KBG dan organ-organ lainnya diharapkan tidak rangkap. Dengan kata lain, tidak ada jabatan rangkap. Ini demi pemberdayaan.
Setelah acara makan malam, pertemuan masih dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Ada begitu banyak pertanyaan dari peserta. Dan Rm Benny, yang juga ahli hukum gereja ini, dengan setia melayani pertanyaan peserta, meski dari beberapa orang peserta masih menyisahkan rautan bingung dan pesimis.
Pertemuan berakhir sekitar pukul 21.00. Rm Eman, selaku pastor paroki, memberi sedikit wejangan. Namun tidak ada dalam wejangan itu sebuah pernyataan bahwa Paroki St Yosep Tanjung Balai Karimun akan mulai menerapkan struktur baru itu. Mengingat masa kepengurusan DPP lama akan berakhir bulan Agustus ini.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar