Renungan Hari Jumat Biasa VIII B/II
Bac I :
1Ptr 4: 7 – 13 ; Injil : Mrk 11: 11
– 26
Bacaan
Injil hari ini memuat 3 kisah. Kisah pertama dan ketiga berkaitan, yaitu kisah
Yesus dan pohon ara. Kisah kedua adalah peristiwa pembersihan Bait Allah. Ada
ahli, misalnya Karen
A Barta, yang
melihat penempatan kisah pembersihan Bait Allah yang diapiti kisah Yesus dan
pohon ara memiliki kesamaan pesan. Karena itulah, mungkin, Gereja menjadikannya
satu kesatuan bacaan liturgi.
Namun
yang menarik untuk direnungkan adalah pernyataan bahwa "Yesus
merasa lapar." (ay 12b). Lapar menunjukkan sifat dan
aktivitas setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap manusia pasti pernah
merasa lapar. Jadi, lapar itu bisa dikatakan manusiawi. Manusia yang lapar akan
didorong oleh nalurinya untuk segera menghilangkan rasa lapar itu.
Jadi,
dengan mengatakan "Yesus merasa lapar", itu berarti Yesus mau
menunjukkan aspek kemanusiaan-Nya. Pada bagian ini Yesus benar-benar tampil
sebagai manusia 100%, berbeda dengan bagian lain di mana Dia memperlihatkan
diri-Nya sebagai Tuhan. Nah, sebagaimana manusia lain yang lapar akan didorong
untuk menghilangkan rasa laparnya, demikian juga dengan Yesus.
Di
dunia ini, selain rasa lapar akan makanan, masih ada banyak rasa lapar melanda
manusia, dan hanya terjadi pada manusia. Rasa lapar, baik yang positip maupun
yang negatif ini melanda semua manusia tanpa pandang bulu; tanpa membedakan
ras, jabatan, status sosial, jenis kelamin, dll.
Ada
merasa lapar akan kekuasaan. Untuk menghilangkan rasa lapar ini
orang terpaksa "sikut sana sikut sini", menjegal lawan agar tidak
menghalangi atau merongrong kekuasaannya. Segala cara dihalalkan demi
mendapatkan kepuasan kekuasaan, seperti yang diungkapkan oleh filsuf Prancis Niccolo
Machiavelli dalam
karyanya Il
Principe.
Ada
rasa lapar akan
uang dan kekayaan. Untuk menghilangkan rasa lapar ini
orang memakai juga prinsip Machiavelli, menghalalkan segala cara. Namun
sayangnya, rasa lapar ini tidak akan bisa hilang selagi manusia diliputi nafsu
serakah, tidak punya rasa syukur atas apa yang ada. Konon sifat serakah dan tak
punya rasa syukur adalah penyakit bawaan manusia sejak diciptakan. Adam dan
Hawa jatuh ke dalam dosa juga karena hal ini.
Ada
rasa lapar akan
pengetahuan. Orang yang dilanda rasa lapar ini akan
senantiasa belajar terus untuk meredakan rasa laparnya itu. Rasa lapar ini
tidak bisa dihilangkan hanya dengan gelar akademis. Sekalipun sudah mendapat
gelar tertinggi, orang akan tetap merasa lapar dan terus menggali ilmu. Orang
kudus yang hari ini diperingati, St. Yustinus Martir, adalah salah satu contohnya.
Setelah belajar filsafat, ia belajar lagi Kitab Suci, lalu teologi.
Ada
rasa lapar akan
rohani. Hal-hal
rohani ini tampak dalam doa, novena, ekaristi, devosi, sabda Tuhan yang ada di
dalam Kitab Suci,dll.
Dari
uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa dua rasa lapar yang pertama bersifat
negatif, sedangkan dua rasa lapar berikutnya bersifat positip. Baik yang
negatif maupun yang positip, sama-sama memiliki kecenderungan untuk tidak
pernah merasa puas. Akan tetapi dampaknya berbeda.
Apa
pesan Tuhan berkaitan dengan hal ini? Rasa lapar yang negatif tertuju hanya
pada dirinya. Pemuasan rasa laparnya hanya diperuntukkan pada dirinya sendiri.
Ini terjadi karena dalam dirinya ada nafsu serakah dan tak ada rasa syukur.
Untuk itulah Tuhan senantiasa mengajak umat manusia untuk menghilangkan rasa
lapar ini dengan cara menumbuhkan sikap syukur dan melenyapkan sikap serakah
itu. Tuhan juga mengajak manusia agar berorientasi pada sesama. Inilah yang
diutarakan oleh Petrus dalam suratnya yang pertama. Dalam bacaan pertama tadi
Rasul Petrus menulis, "...kuasailah dirimu..." (ay 7), "...
kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain," (ay 8), "
Layanilah seorang akan yang lain," (ay 10), "... bersukacitalah,
sesuai dengan bagian yang kamu dapat.." (ay 13).
Berbeda
dengan rasa lapar negatif, pada rasa lapar positip manusia memiliki
kecenderungan cepat puas sehingga merasa tak perlu lagi mencari dan memenuhi
rasa laparnya itu. Justru dalam kesempatan inilah Tuhan mau mengajak kita untuk
senantiasa menumbuhkan rasa lapar akan hal-hal rohani. Dan pemuas rasa lapar
rohani ini ada pada Yesus. Dialah santapan jiwa dan rohani manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar