Setiap
anak perlu diajari mengenali emosi sejak dini. Psikolog Saskia Rosita Pangabean
mengatakan bahwa dengan mengenali emosi sendiri, anak pun bisa lebih berempati
pada orang lain. “Kalau anak tahu saat dia sedih itu karena begini, begitu,
rasanya begini, jadi dia mengerti emosi orang lain juga saat sedih. Jadi, bisa
berempati,” ujar Rosita.
Senang,
sedih, marah dan takut merupakan empat emosi dasar yang harus dikenali anak
sejak dini. Pengenalan macam-macam emosi bisa dimulai pada usia 2 – 3 tahun.
Ini menjadi tugas orangtua di rumah. Orangtua harus mengenalkan empat emosi
dasar tersebut kepada anak. Kemudian, seiring bertambahnya usia, ajari anak
mengidentifikasi emosi dan bagaimana cara mengatasinya atau mengungkapkannya
secara positip.
Ketika
marah, anak harus sadar bahwa ia sedang marah. Anak juga harus tahu alasan ia
marah dan bagaimana cara mengatasinya. Dengan begitu, anak bisa mengontrol
emosinya tanpa menyakiti perasaan orang lain. “Kalau anak enggak bisa ngenalin
emosinya, dia bisa tantrum atau marah-marah sama ibunya, teman-temannya,” jelas
Rosita.
Demikian
pula dengan emosi lainnya. Ketika anak pada emosi tersebut, orangtua harus
mengokumunikasikannya dengan anak, kenapa emosi itu muncul dan jelaskan juga
baik buruknya. Orangtua juga hendaknya dapat membuat pembedaan emosi pada
anaknya.
Sayangnya,
pengenalan emosi pada anak belum menjadi kebiasaan banyak orangtua. Padahal,
pengenalan emosi sangat penting. Menurut Rosita, setidaknya anak-anak sudah
menguasai empat emosi dasar sebelum masuk usia sekolah. Dengan mengenal emosi,
anak bisa bersosialisasi dengan baik kepada teman-temannya di sekolah.
Anak
akan memiliki kecerdasan emosional yang baik, bisa berempati, lebih peka dan
memiliki kepedulian. Jadi, anak jangan hanya diberikan kecerdasan intelektual
saja, tetapi juga kecerdasan emosional.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar