Mulai Minggu Palma, umat katolik sedunia mulai memasuki pekan sengsara
Tuhan Yesus. Puncak penderitaan dan sengsara Tuhan Yesus adalah penyaliban-Nya.
Dia mati di kayu salib. Tempat Tuhan Yesus disalibkan adalah sebuah bukit
bernama Golgota. Dari empat Injil, tiga Injil menyebut secara eksplisit nama
tempat tersebut, yaitu Golgota, yang berarti tempat tengkorak.
Akan tetapi, dalam beberapa tulisan, tempat Tuhan Yesus disalibkan disebut
Kalvari. Bahkan beberapa Kitab Suci berbahasa Inggris memakai istilah itu (Calvary).
Manakah yang benar: apakah Tuhan Yesus disalibkan di Golgota atau di Kalvari?
Jangan heboh dulu. Lebih baik kita lihat dulu latar belakang dan makna dari
kata tersebut.
Seperti yang sudah disebut di atas, ada tiga Injil yang menyebut secara
gamblang nama tempat itu: Golgota. Ketiga Injil itu adalah Matius (27: 33),
Markus (15: 22), dan Yohanes (19: 17). Kata “Golgota” ini merupakan transkripsi
dalam bahasa Yunani dari kata Aram “Gulgalta”, yang berarti tengkorak.
Sebagaimana yang diketahui, Kitab Suci Perjanjian Baru kita awalnya ditulis dengan menggunakan bahasa Yunani. Bahasa Yunani merupakan salah satu bahasa yang dipakai dalam pergaulan pada zaman Tuhan Yesus, selain bahasa Aram. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa bahasa Yunani lebih populer daripada bahasa Aram. Karena itu, bahasa inilah yang dipakai orang untuk menulis Injil.
Tak heran apabila ada beberapa kata bahasa Aram yang diserap ke dalam
bahasa Yunani. Salah satunya adalah Golgota, yang berarti tengkorak.
Lalu bagaimana dengan Kalvari? Adalah Santo Hieronimus (342
– 420) yang berperan dalam kemunculan kata ini. Hieronimus, yang ditahbiskan
menjadi imam pada tahun 379, ditugaskan oleh Paus Damasus (366 – 384) untuk
menerjemahkan seluruh isi Kitab Suci (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dari
bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya dikenal dengan istilah
Vulgata.
Dalam terjemahan Vulgata inilah, kata “Golgota” berubah menjadi “Calvariae
Locus”, yang juga memiliki arti yang sama, yaitu tengkorak (calva: tengkorak).
Jadi, baik Golgota maupun Kalvari adalah dua istilah berbeda yang merujuk
kepada satu arti. Hal ini mirip seperti misalnya, tempat yang biasa diduduki
orang, yang biasa kita sebut “kursi”, oleh orang Inggris disebut chair, orang
Italia menyebutnya posto.
Golgota merupakan sebuah tempat yang agak tinggi, yang berada di luar
tembok kota. Hal ini terjadi karena hukum dan tradisi Yahudi melarang
menyalibkan orang di dalam lingkungan kota. Karena terkesan seram dan aneh,
mungkin ada yang bertanya kenapa tempat itu dinamakan tengkorak.
Ada beberapa penafsiran. Ada yang mengatakan bahwa di tempat itu ada
tengkorak Adam. Gagasan ini pertama kali muncul dari Origenes, yang kemudian
diikuti oleh banyak orang, termasuk St. Athanasius.
Mungkin Origenes mau mengaitkan antara Adam dan Tuhan Yesus. Bukankah Tuhan
Yesus disebut juga Adam kedua?
Ada juga yang mengatakan bahwa di tempat itu berserakan tengkorak penjahat
yang disalibkan. Adalah kebiasaan Hukum Romawi untuk menghukum mati para
penjahat dengan cara digantungkan di tiang salib. Mereka dibiarkan begitu saja
sampai mati. Demikian pula mayatnya dibiarkan hingga membusuk dan menjadi
makanan burung nasar, burung gagak dan hewan lainnya. Karena itulah, tak
mungkin para penjahat itu disalibkan di dalam lingkungan kota. Akan tetapi, hal
ini tak akan mungkin terjadi karena bertentangan dengan hukum Yahudi. Orang
Yahudi melarang keras membiarkan mayat berserakan di negerinya.
Ada juga yang mengatakan karena tempat itu, bila dilihat sekilas, mirip dengan tengkorak. Kiranya pendapat inilah yang lebih diterima umum.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar