Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya). (QS 2: 146)
Umat islam tidak hanya
melihat Al-Qur’an sebagai sesuatu
yang suci, karena sumbernya adalah mahasuci. Umat islam juga melihat Al-Qur’an sebagai sumber
kebenaran karena Allah SWT, yang telah berkata-kata di dalamnya, adalah
mahabenar. Umat islam yakin akan kebenaran Al-Qur’an karena Allah sendiri telah berkata, “Al-Qur’an itu kebenaran yang
meyakinkan.” (QS al-Haqqah: 51). Jadi, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an tidak hanya suci
tetapi juga benar.
Berangkat dari dua premis ini, maka bisa dikatakan bahwa
kutipan ayat di atas merupakan perkataan Allah. Kutipan di atas terdiri dari 2
kalimat, dan keduanya disampaikan Allah kepada Muhammad di Madinah. Sekalipun Al-Qur’an dipercaya sebagai wahyu Allah, kutipan ayat Al-Qur’an
di atas tidaklah sepenuhnya merupakan kata-kata Allah. Apa yang tertulis di
dalam tanda kurung, seperti Taurat dan
Injil, Muhammad, dan –nya, adalah merupakan tambahan
kemudian yang bukan berasal dari Allah tetapi dari tanan manusia. Jadi,
kata-kata Allah dalam ayat 146 ini aslinya berbunyi sebagai berikut: “Orang-orang
yang telah Kami beri Kitab mengenalnya seperti mereka mengenal anak-anak mereka
sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui.”
Membaca perkataan Allah yang asli ini tentulah banyak orang akan merasa kebingungan karena wahyu Allah tersebut menjadi tidak jelas. Siapa yang dimaksud dengan orang yang telah diberi kitab, siapa orang yang dikenal mereka, kitab apa yang dimaksud, kebenaran apa yang disembunyikan, dan apa yang diketahui. Pertanyaan-pertanyaan ini membuat perkataan asli Allah tidak jelas, padahal Allah sendiri sudah menyatakan bahwa Al-Qur’an, yang merupakan wahyu-Nya, adalah keterangan yang jelas. Ketidak-jelasan inilah yang di kemudian hari membuat manusia menambahkan beberapa kata, yang dalam penulisannya diletakkan dalam tanda kurung, pada wahyu Allah. Penambahan ini akhirnya membuat wahyu Allah menjadi jelas dan bisa dipahami dengan mudah. Umumnya wahyu Allah di atas dipahami sebagai berikut: orang-orang Yahudi dan Kristen, yang telah mengenal baik Taurat dan Injil, sebenarnya mengenal betul Muhammad, karena hal itu tertulis dalam Taurat dan Injil. Akan tetapi, orang Yahudi dan Kristen menyembunyikan kebenaran ini.
Tampak jelas bahwa kutipan wahyu Allah di atas sering
dipakai oleh umat islam untuk “menyerang” orang Yahudi dan Kristen. Umat islam
sering mengatakan bahwa kedatangan Muhammad sudah diramalkan dalam kitab Taurat
dan Injil. Tentu saja orang Yahudi dan Kristen menolak klaim mereka, karena kitab
suci Yahudi dan Kristen berisi sejarah keselamatan bangsa Israel. Muhammad sama
sekali bukan orang Yahudi, sehingga dapat dipastikan tidak pernah ada namanya
di dalam Taurat dan Injil. Klaim umat islam, yang didasarkan pada perkataan
Allah ini jelas sangat mengada-ada. Beberapa ahli islam juga pernah mencoba
membaca Taurat dan Injil untuk mencari nama Muhammad, dan hasilnya nihil.
Karena tidak menemukan, maka mereka akhirnya membenarkan perkataan Allah
lainnya: orang Yahudi dan Kristen telah
menyembunyikannya.
Dari sini bisa dikatakan bahwa baik Allah maupun umat
islam membutuhkan pengakuan dari orang luar atas kenabian Muhammad. Sepertinya,
pernyataan Allah bahwa Muhammad adalah nabi dan utusan Allah dirasakan kurang afdol, alias belum terlalu sah.
Dibutuhkan pengakuan dari pihak lain, seperti orang Yahudi dan Kristen.
Sementara orang Yahudi dan Kristen sudah punya standar untuk menilai seseorang
sebagai nabi atau bukan; dan ketika standar itu dikenakan pada diri Muhammad,
jauh panggang dari api. Muhammad sama sekali tidak memenuhi kriteria sebagai
nabi. Kebutuhan akan pengakuan dari pihak lain ini sepertinya begitu kuat. Hal
ini terlihat dari tiga indikasi berikut:
1. Al-Qur’an
sebenarnya merupakan kitab suci umat islam. Sudah seharusnya isinya berbicara
tentang keislaman, yang umumnya diidentikkan dengan Arab. Artinya,
semestinya Al-Qur’an lebih banyak
berbicara tentang tokoh-tokoh islam (Arab) ketimbang tokoh-tokoh agama lain,
seperti Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Salomo, Maryam, dll. Upaya menampilkan
kisah-kisah dari agama lain dapat dilihat sebagai upaya mendapatkan pengakuan
akan misi Muhammad. Namun sayangnya, upaya tersebut gagal karena yang
diwartakan tidak sejalan dengan tradisi Yahudi dan Kristen, sebagaimana
tertulis dalam kitab sucinya.
2. Allah
membuat wahyu yang menyatakan bahwa nama Muhammad tertulis dalam Taurat dan
Injil. Karena Allah diyakini sebagai maha benar, maka benar juga apa yang
dikatakan-Nya. Kebenaran inilah yang kemudian dipaksakan kepada orang Yahudi
dan Kristen. Menjadi persoalan, orang Yahudi dan Kristen sama sekali tidak
pernah mendengar nama Muhammad dalam kitab sucinya. Karena tetap tidak
mengakui, maka orang Yahudi dan Kristen dituding telah menyembunyikan kebenaran
tersebut. Dan tidak hanya sampai di situ saja, ketika orang islam pun tidak
menemukannya, mereka akhirnya menuding Taurat dan Injil sudah dipalsukan.
3. Ketika
muncul injil Barabas, dimana di dalamnya tertulis nama Muhammad, umat islam
langsung mengakui kebenaran injil tersebut. Terlihat jelas kriteria asli
tidaknya injil terletak pada ada tidaknya nama Muhammad di dalamnya. Umat islam
sama sekali tidak menyadari kalau dalam injil Barabas itu ada banyak
pertentangan dengan Al-Qur’an. Menerima injil Barabas sama artinya mengakui
Al-Qur’an salah. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak dipedulikan, karena
kebutuhan utamanya adalah pengakuan akan kenabian Muhammad; dan itu ada dalam
injil Barabas.
DEMIKIANLAH kajian singkat surah al-Baqarah ayat 146.
Dari kajian ini bisa dikatakan bahwa ada kebutuhan yang sangat besar akan
pengakuan Muhammad sebagai nabi. Allah menghendaki agar orang Yahudi dan
Kristen mengakui kenabian Muhammad. Dan karena orang Yahudi dan Kristen tetap
pada pendiriannya, maka mereka akhirnya difitnah telah menyembunyikan kebenaran
tersebut. Menjadi pertanyaan, kenapa Allah (dan juga umat islam) sangat
membutuhkan pengakuan orang Yahudi dan Kristen atas kenabian Muhammad?
Sekedar diketahui saja, ada 2 hal yang membuat orang
Yahudi dan Kristen tidak mengakui Muhammad sebagai nabi. Kedua hal itu adalah
wartanya dan peri hidupnya. Warta yang disampaikan Muhammad sama sekali tidak
sejalan dengan rencana keselamatan Allah. Ada banyak wartanya terbilang aneh
dan tak masuk akal. Misalnya seperti, minum kencing unta, tentang lalat dalam
minuman, mandi seminggu cukup sekali, malaikat takut pada anak anjing, dan
masih banyak warta aneh lainnya. Sementara itu, peri hidup Muhammad dinilai tak
pantas untuk ukuran nabi. Ada 2 kata yang merangkum ketidak-pantasan peri hidup
Muhammad sebagai nabi, yaitu bejat dan biadab. Kebejatan itu terlihat dari
menikahi anak usia 6 tahun, berhubungan seksual dengan anak usia 9 tahun,
menikahi menantunya sendiri (padahal dia sendiri sudah punya istri lebih dari
2), hidup poligami. Kebiadaban Muhammad bisa terbaca dari kata-kata Kaisar Byzantium pada tahun 1391, Manuel II Paleologus, “Tunjukkan
padaku apa yang baru yang diajarkan Muhammad, dan yang kau akan temukan
hanyalah kejahatan dan kebiadaban, seperti misalnya perintahnya untuk menyebarkan
agamanya dengan pedang.”
Tanjung Pinang, 15 Januari 2022
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar