Bagi umat islam, Muhammad
tidak hanya dikenal sebagai nabi penutup, tetapi juga sebagai insan kamil, manusia sempurna. Jika
ditanya kenapa dikatakan demikian, tentulah umat islam langsung merujuk pada
Al-Qur’an. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu yang langsung
dari Allah. Apa yang tertulis dalam Al-Qur’an, diyakini sebagai kata-kata Allah
sendiri. Karena Allah diimani sebagai maha benar, maka apa yang dikatakan dalam
Al-Qur’an adalah juga benar. Dalam QS al-Haqqah: 51, dikatakan bahwa Al-Qur’an
adalah kebenaran yang meyakinkan. Terkait dengan Muhammad, apa yang dikatakan
Allah tentangnya tentulah merupakan satu kebenaran yang pasti.
Muhammad sebagai nabi
penutup telah dikatakan Allah dalam QS al-Ahzab: 40, sedangkan gelar insan
kamil merujuk pada wahyu Allah dalam QS al-Ahzab: 21 dan QS al-Qalam: 4. Dua
wahyu Allah ini membuat umat islam menilai Muhammad sebagai teladan tingkah
laku yang sempurna. Karena itu, tidak heran bila sosoknya dijadikan contoh
teladan bagi pemeluk islam. Setiap perkataan, sikap dan perbuatan Muhammad
selalu dijadikan rujukan tingkah laku umat islam. Jadi, setiap umat islam akan
melakukan apa yang dikatakan Muhammad, dan akan berbuat seperti sikap dan
perbuatan Muhammad. Tak sedikit umat islam menyanjungnya.
Akan tetapi, jika ditanya
dimana letak kesempurnaan Muhammad, tentulah akan terjadi perdebatan hangat. Kata
“sempurna”, secara negatif, bisa dimaknai sebagai tidak ada cela. Bagi orang
yang punya akal sehat, gelar “sempurna” yang disematkan pada Muhammad tak dapat
diterima. Logika sederhananya begini: manusia itu tidak sempurna; Muhammad
adalah manusia; maka Muhammad tidak sempurna. Tentulah umat islam menolak
logika ini. Mereka pasti akan menampilkan semua sisi positif Muhammad dan
mengabaikan sisi negatif. Dengan kata lain, umat islam akan tidak mengakui
adanya sisi negatif Muhammad. Mereka tidak sadar kalau sikap seperti itu
mengandung konsekuensi iman.
Kalau melihat sisi positif Muhammad, tentulah mudah didapat, karena semua itu sudah diketahui oleh pemeluk islam. Umat islam perlu juga mengetahui sisi negatif Muhammad. Perlu diketahui bahwa sisi negatif ini bukan lahir dari orang-orang yang membenci atau memusuhi Muhammad, melainkan dari Allah dan orang-orang yang dicintainya. Jadi, jika umat islam mau menerima sisi positif Muhammad dari wahyu Allah, kenapa mereka menolak wahyu Allah yang memaparkan kenegatifan Muhammad? Hadis dianggap sebagai salah satu sumber kebenaran islam. Menolak sisi negatif Muhammad dapat berarti menolak salah satu sumber kebenaran islam.
Berikut ini akan dipaparkan
fakta tentang Muhammad yang wajib diketahui oleh pemeluk islam. Perlu diketahui
bahwa fakta-fakta ini bersumber dari sumber islam sendiri.
1.
Punya
dosa
Ini fakta pertama: ternyata
Muhammad punya dosa. Kedosaan ini hendak membuktikan bahwa dia adalah manusia,
bukan malaikat. Fakta Muhammad memiliki dosa dapat dibaca dalam ayat-ayat
Al-Qur’an, yang merupakan wahyu Allah (QS al-Fath: 2, QS Hud: 112 dan QS
at-Taubah 117). Dengan perkataan lain, kedosaan Muhammad itu dinyatakan oleh
Allah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena memiliki dosa,
Muhammad tidak jauh beda dengan manusia lainnya. Allah menyatakan bahwa
Muhammad tidak bisa menjamin keselamatannya sendiri (QS al-Ahqaf: 9), sehingga
untuk keselamatannya Allah terpaksa meminta umat islam untuk mendoakan Muhammad
(QS al-Ahzab: 56). Jadi, jika Allah sendiri mengatakan Muhammad punya dosa dan
tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, pantaskah dia dikatakan manusia
sempurna? Atau dimanakah letak kesempurnaan Muhammad sehingga patut diteladani?
Umumnya orang yang disebut sempurna setidaknya tidak mempunyai cela, apalagi
dosa. Padahal Muhammad ada, meski tidak disebutkan apa dosanya. Sementara Nabi Isa
Almasih, yang oleh Allah disebut “suci” (QS Maryam: 19), tak pernah dinyatakan
dan dianggap sebagai manusia sempurna.
2.
Menikahi
anak usia dini
Adanya dosa menunjukkan
adanya kelemahan kepribadian Muhammad. Tentang hal ini tentulah para hetter mempunyai segudang catatan.
Namun, di sini tidak akan ditampilkan catatan mereka, melainkan hanya didasarkan
pada sumber islam. Adalah fakta bahwa Muhammad pernah menikahi perempuan usia 6
tahun dan bersetubuh dengan anak usia 9 tahun. Gadis yang dinikahi dan
disetubuhi itu kemudian menjadi istri favoritnya, yaitu Siti Aisyah. Fakta ini didasarkan
pada pengakuan Aisyah sendiri, yang dapat dibaca dalam 2 hadis terpercaya,
yaitu HS Bukhari Vol 7, Bk. 62, no. 64 – 65, 88, dan HS Muslim Bk 8, no. 3310.
Perlu diketahui bahwa pada saat menikahi Aisyah itu, usia Muhammad sudah hampir
memasuki 60 tahun. Jadi, pria yang disebut sebagai nabi, pada usia hampir 60
tahun menyetubuhi anak gadis usia 9 tahun. Pantaskah itu dilakukan oleh seorang
nabi? Pantaskah itu disebut sebagai teladan tingkah laku yang sempurna? Apakah
hal ini membuat Muhammad diberi gelar manusia sempurna? Apapun jawabannya,
setiap umat islam wajib menghidupi apa yang dilakukan oleh Muhammad, karena dia
adalah teladan tingkah laku yang sempurna. Jadi, muslim sejati pastilah akan
menikahi anak usia 6 tahun atau menyetubuhi anak usia 9 tahun seperti yang
dicontohi sang insan kamil.
3.
Kekuatan
seks yang super
Satu fakta yang tak bisa
dipungkiri adalah bahwa Muhammad mempunyai kemampuan seksual yang super. Hal
ini bukan saja didasarkan pada jumlah istri yang terbilang banyak, tetapi juga
kemampuan berhubungan seks dengan istri-istrinya. Dalam HS Bukhari Vol 1, Bk.
5, no. 282 diceritakan bahwa dalam satu malam Muhammad berhubungan seks dengan
9 orang istrinya. Memang tidak ada keterangan apakah ini dilakukan sekali
seminggu, atau sebulan sekali atau setiap hari. Juga tak ada informasi apakah
itu dilakukan bersamaan atau satu per satu (bergiliran). Jika dilakukan
bersamaan (9 istri dalam satu ruang), tidak ada keterangan berapa lama adegan
persetubuhan tersebut; dan jika dilakukan bergiliran, berapa lama yang
dibutuhkan Muhammad untuk berhubungan seks dengan satu istrinya. Namun yang
pasti, dalam satu malam Muhammad bersetubuh dengan 9 orang istrinya. Tentulah
membutuhkan tenaga ekstra supaya mampu melakukan hal tersebut. Apakah kekuatan
ekstra ini yang membuat Muhammad dinilai sebagai manusia sempurna? Berhubung
setiap umat islam wajib menghidupi apa yang dilakukan oleh Muhammad, maka umat
islam pertama-tama harus berpoligami dan berupaya untuk bersetubuh dengan
istri-istrinya dalam satu malam seperti yang dicontohi oleh Muhammad.
4.
Disetarakan
dengan Allah
Agama islam dikenal sebagai
agama tauhid. Konsep tauhid dipahami dengan pengakuan hanya satu Allah. Tidak
ada Allah yang lain. Adalah dosa berat bila menyekutukan Allah. Akan tetapi,
dalam Al-Qur’an bisa ditemukan wahyu Allah yang secara implisit menempatkan
Muhammad “setara” dengan Allah. Inilah fakta keempat, yaitu Muhammad “setara”
dengan Allah. Dalam QS an-Nisa: 80 dikatakan bahwa taat kepada Muhammad sama
artinya taat kepada Allah. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menuntut umat islam
untuk taat kepada Allah dan Muhammad. Kalau menggunakan kalimat negatif, tak
taat kepada Muhammad, berarti tak taat kepada Allah. Wow, luar biasa. Di sini Muhammad sama dengan Allah. Wahyu Allah dengan
nada seperti ini diulang kembali dengan pembalikan subyek dalam QS al-Anfal: 1.
Pada surah ini ditegaskan bahwa ketaatan kepada dua subyek ini menjadi indikasi
keberimanan. Sementara dalam QS al-Fath: 9 sosok Muhammad diimani sama seperti
mengimani Allah. Karena kesetaraan itu akan ada dampak jika umat islam tidak
memperhatikan atau menghormati kesetaraan itu. Ada banyak wahyu Allah yang
menegaskan hal ini, misalnya menentang Allah dan Muhammad berarti masuk neraka
(QS at-Taubah: 64) atau hinaan (QS al-Mujadilah: 20); memerangi Allah dan
Muhammad berarti mati atau dibunuh (QS al-Maidah: 33); menyakiti Allah dan
Muhammad berarti dilaknat atau mendapat azab (QS al-Ahzab: 57); tak beriman
pada Allah dan Muhammad berarti masuk neraka (QS al-Fath: 13).
Dari wahyu-wahyu Allah ini
terlihat jelas adanya kesetaraan antara Muhammad dan Allah. Ketaatan kepada
Allah tidak akan lengkap tanpa ketaatan kepada Muhammad, atau iman kepada Allah
tidak sempurna tanpa beriman kepada Muhammad (bisa juga sebaliknya). Ini
menjadi semacam ironi. Di satu sisi islam melarang menyekutukan Allah, namun di
sisi lain ia justru menyekutukan Allah. Kesetaraan dengan Allah ini terlihat
dari kewenangan Muhammad menentukan seseorang masuk surga atau neraka, padahal
kewenangan itu hanya milik Allah saja. Atau Muhammad berkuasa untuk menentukan
seseorang bisa dibunuh atau tidak, padahal hidup mati manusia ada di tangan
Tuhan. Apakah kesetaraan ini yang membuat Muhammad diberi gelar manusia
sempurna?
5.
Mengajarkan
umat islam membunuh orang murtad
Mungkin karena statusnya
“setara” dengan Allah, maka Muhammad mempunyai kuasa atas hidup mati orang.
Seperti Allah yang berkuasa mencabut nyawa manusia, Muhammad pun demikian. Muhammad
memerintahkan umat islam untuk membunuh orang islam yang meninggalkan islam,
alias murtad. Perintah ini dapat ditemui dalam HS Bukhari Vol. 9, Bk. 84, no.
57. Sejalan dengan fakta keempat, perintah ini menjadi kewajiban bagi umat
islam, karena taat kepada Muhammad berarti juga taat kepada Allah. Karena itu,
dalam no. 58 dari sumber hadis yang sama, dikatakan bahwa membunuh orang yang
murtad merupakan perintah Allah dan Muhammad. Orang islam yang beriman mau tak
mau harus melakukan hal ini sejalan dengan wahyu Allah (QS al-Anfal: 1). Dapat
dikatakan bahwa kesempurnaan Muhammad terletak pada perintahnya untuk membunuh
orang murtad. Sebagai teladan tingkah laku yang sempurna, yang mewajibkan umat
islam mengikutinya, maka setiap umat islam terpanggil untuk membunuh orang
islam yang murtad. Inilah fakta kelima Muhammad. Karena setiap umat islam wajib
melaksanakan apa yang dikatakan oleh Muhammad, maka umat islam wajib membunuh
setiap orang islam yang murtad.
DEMIKIANLAH lima fakta
tentang nabi Muhammad, yang oleh umat islam dinilai sebagai manusia sempurna,
dan oleh Allah dikatakan “berbudi pekerti yang luhur.” (QS al-Qalam: 4). Sebenarnya
masih banyak fakta lain lagi yang bisa diungkapkan. Salah satunya adalah ajaran
Muhammad, yang secara medis sungguh bertentangan dengan akal sehat. Akan
tetapi, karena sudah dikatakan sebagai insan kamil dan teladan tingkah laku
yang sempurna, maka umat islam wajib mengikutinya. Bagi orang yang mempunyai
akal sehat, tentulah pernyataan Allah dan juga penilaian umat islam sungguh tak
masuk akal. Bagaimana mungkin orang yang menikahi anak usia 6 tahun dan
bersetubuh dengan anak usia 9 tahun bisa disebut “berbudi pekerti yang luhur.”?
Bagaimana mungkin orang dengan perintah yang kejam nan biadab layak dikatakan
“berbudi pekerti yang luhur.”?
Yang sedikit menggangu akal
sehat lainnya adalah fakta keempat. Allah sendiri telah menyatakan bahwa Dia
tidak mau disekutukan. Artinya, hanya Dia saja yang disembah dan diimani.
Bagaimana mungkin Allah mengangkat seorang manusia untuk ditaati, seperti taat
kepada diri-Nya? Bagaimana mungkin Allah mengangkat seorang manusia untuk
diimani, seperti mengimani diri-Nya? Apakah Allah tidak sadar kalau
pernyataan-Nya itu menimbulkan kesan Muhammad setara dengan diri-Nya? Jika
Allah tidak sadar, maka Allah itu sungguh maha bodoh; dan jika Allah sadar,
maka Allah itu menyangkal diri-Nya sendiri, dan ini pun membuat Allah sungguh
maha bodoh. Kebodohan Allah itu terlihat pada dua hal, yaitu [1] bagaimana
mungkin orang yang sudah dinyatakan berdosa layak “disetarakan” dengan
diri-Nya; dan [2] Allah telah menyatakan tidak ada yang setara dengan diri-Nya,
tapi Allah sendiri justru membuat Muhammad “setara” dengan diri-Nya.
Sekali lagi, kelima fakta
nabi Muhammad ini, secara manusiawi, sungguh tidak masuk akal sehat. Namun
anehnya, semua umat islam, dari yang tidak berpendidikan hingga yang
berpendidikan tinggi, tetap melihat Muhammad sebagai manusia sempurna sekalipun
tahu akan fakta-fakat tersebut. Entah bagaimana caranya umat islam memahaminya
sehingga kelima fakta tersebut menjadi masuk akal mereka. Hanya umat islam saja
yang tahu.
Lingga, 8 November
2021
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar