Umat
islam menganggap orang kristen sebagai orang kafir. Kata “kafir” merupakan
sebentuk hinaan yang sangat kasar. Akan tetapi, hinaan ini bukanlah tanpa
alasan, dan bukan lahir atas kehendak umat islam sendiri, melainkan atas
kehendak Allah SWT. Dengan kata lain, ketika umat islam menyebut umat kristiani
dengan sebutan “kafir”, itu sudah sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah
sendiri menyebut demikian. Umat islam hanya mengikuti saja. Semoderat apapun
islam, tetap ia menganggap orang kristen itu kafir.
Sekalipun
menganggap sebagai kafir, namun umat islam sangat menghormati Yesus, peletak
dasar iman kekristenan. Umat islam menyebutkan sebagai nabi. Dalam islam Yesus
Kristus disebut sebagai Isa Almasih. Umat islam menghormati Yesus (Isa Almasih)
karena Dia memiliki keistimewaan yang luar biasa. Keistimewaan Yesus ini
terungkap dalam dua sumber utama iman islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Di sana
dikatakan bahwa Yesus (Isa Almasih) itu:
1.
Manusia yang suci (QS Maryam: 19)
2.
Bisa melakukan mukjizat (QS Ali Imran: 49; QS
al-Maidah: 110)
3.
Kalam Allah dan Roh Allah (QS Ali Imran: 45;
QS an-Nisa 171; HS Bukhari 1496)
4.
Hakim Agung (HS Bukhari 1090; QS Maryam: 21)
5. Manusia
terkemuka di dunia dan di akhirat (QS Ali Imran: 45)
Bagaimana
sebaliknya umat kristiani terhadap umat islam? Yang jelas para pengikuti Yesus
Kristus ini tidak menghina umat islam. Mereka tetap menyebut umat islam sebagai
orang islam dan tetap menganggapnya sebagai saudara. Jadi, umat nasrani tidak
mengkafirkan orang islam.
Hanya
saja orang kristen tidak menerima Muhammad sebagai nabi. Jadi, jika orang islam
menerima dan menghormati Yesus sebagai nabi, orang kristiani justru menolak
kenabian Muhammad. Umat kristiani tidak menerima Muhammad sebagai nabi. Penolakan
ini bukan baru terjadi saat ini saja. Sudah sejak kemunculannya, orang nasrani
yang ada di Arab sana tidak menerima klaim kenabian Muhammad. Orang Yahudi juga
demikian. Kenapa kenabian Muhammad ditolak?
Ada
mekanisme khusus untuk menyatakan seseorang sebagai nabi. Gelar nabi tidak bisa
diterima begitu saja berdasarkan pengakuan diri. Artinya, pengakuan diri
sendiri tidak masuk dalam kriteria nabi. Misalnya, nabi-nabi yang ada dalam
sejarah kekristenan dan juga Yahudi, tidak pernah mengklaim atau mengaku
dirinya sebagai nabi. Selain itu, ada kriteria lain untuk sosok nabi, misalnya
hidup rohani, kepribadian dan juga warta yang dibawanya.
Orang Kristen dulu, yang
hidup antara tahun 570 – 650, menolak kenabian Muhammad lantaran banyak wartanya
tidak sesuai dengan kitab suci. Memang kalangan islam mengatakan bahwa alasan
penolakan adalah tidak adanya mukjizat yang dilakukan Muhammad, namun hal itu
tidak masuk kriteria nabi dalam tradisi Kristen dan Yahudi. Dapat dikatakan
bahwa alasan tersebut merupakan pemikiran islam yang diletakkan pada mulut
orang nasrani dan Yahudi sehingga seolah-olah penolakan itu disebabkan karena
Muhammad tidak memiliki mukjizat. Alasan utama penolakan terletak pada wahyu
yang disampaikan Muhammad. Orang Kristen sudah terlebih dahulu mempunyai kitab
suci. Kitab Perjanjian Lama sudah ada sebelum tahun masehi, sedangkan
Perjanjian Baru sudah ada jauh sebelum buyut Muhammad lahir. Mereka sudah
pernah mendengar isi kitab sucinya itu. Karena itu, ketika mendengar wahyu-wahyu
yang disampaikan Muhammad, dan ketika disandingkan dengan isi kitab suci,
terdapat perbedaan dan pertentangan.
Misalnya
ketika dalam wahyu yang disampaikan Muhammad dikatakan nabi Daud dan Sulaiman
(Salomo, dalam tradisi Kristen dan Yahudi), umat nasrani akan tertawa dan
berkata, “Sejak kapan Daud dan Salomo jadi nabi?” Maklum, dalam tradisi Kristen
dan Yahudi, Daud dan Salomo bukan nabi, tapi Raja. Atau ketika Muhammad
menyampaikan kisah kejatuhan Adam dan Hawa, dimana dalam kisah itu terbersit suatu
fakta bahwa setan atau iblis juga ada di sorga, orang nasrani akan tertawa
sambil berkata, “Ini orang bodoh atau gila? Bagaimana mungkin setan dan iblis
ada di sorga?“ Maklum, yang diketahui umat nasrani sorga itu diciptakan hanya
untuk orang-orang yang hidup baik, yang berkenan pada Allah, sementara setan
atau iblis adalam sosok jahat, tidak baik dan hidupnya tidak berkenan pada
Allah. Selain itu, umat nasrani juga tahu dari kitab sucinya bahwa Adam dan
Hawa pertama kali tidak berada di sorga, tapi di bumi. Lebih parah lagi ketika
ada wahyu yang mengatakan bahwa Maria adalah putri Imran, orang nasrani pasti
sakit perut karena terpingkal-pingkal mendengar wahyu ini.
Masih
banyak lagi wahyu yang disampaikan Muhammad berbeda dan bertentangan dengan apa
yang telah didengar orang kristen dari kitab sucinya. Artinya, dengan
menggunakan standar kitab sucinya, orang kristen dulu menemukan kesalahan dan
kekeliruan dalam wahyu yang dibawa Muhammad. Dari sini akhirnya mereka
menyimpulkan bahwa Al-Qur’an hanyalah karangan Muhammad saja, dan karena itu
juga kenabian Muhammad patut ditolak. Dan karena sikap orang kristen dan Yahudi
inilah maka akhirnya Muhammad membalas dengan menurunkan wahyu bahwa Alkitab
dan Taurat sudah dipalsukan. Hal ini mirip seperti kasus Kerajaan Sunda
Orang Kristen kemudian menolak
kenabian Muhammad bukan cuma wahyu yang diwartakannya saja, tetapi kehidupannya
yang sama sekali tidak mencerminkan sosok nabi. Jika umat islam menerima dan
menghormati Yesus sebagai nabi, itu lantaran kehidupannya yang suci, ditambah
kriteria yang dibuat islam, yaitu mukjizat. Sebaliknya umat kristiani tidak
menemukan standar itu dalam diri Muhammad. Yang dtemukan justru Muhammad yang
bejat dan biadab. Kebejatan itu terlihat dari menikahi anak usia 6 tahun,
menikahi menantunya sendiri, yang semuanya dilakukan dengan mengatas-namakan
wahyu Allah SWT, menikahi 20-an wanita (tidak termasuk gundik atau selir), dan
masih banyak kebejatan lainnya. Sedangkan kebiadabannya terlihat dari
pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak hanya sekedar licik tapi juga sadis. Karena itu, pada 1391 Kaisar Byzantium, Manuel II Paleologus, pernah berkata kepada
seorang ilmuwan Persia, “Tunjukkan
padaku apa yang baru yang diajarkan Muhammad, dan yang akan kau temukan
hanyalah kejahatan dan kebiadaban, seperti misalnya perintahnya untuk
menyebarkan agamanya dengan pedang.”
Jadi, bisa disimpulkan bahwa dasar penolakan
orang kristiani atas kenabian Muhammad adalah:
1) Wahyu
yang diwartakannya tidak sesuai dengan tradisi kekristenan yang sudah ada jauh
sebelum Muhammad lahir. Sekedar menyebut contoh, dalam wartanya Muhammad
menyebut Daud sebagai nabi, padahal tak pernah orang nasrani dan Yahudi
menyebut Daud sebagai nabi, tetapi raja. Demikian pula dengan Adam dan Hawa.
Contoh lain, soal kematian Yesus di kayu salib. Orang kristen dan Yahudi, yang
leluhurnya menyaksikan peristiwa itu, mengatakan Yesus yang mati di kayu salib,
sementara wahyu yang disampaikan Muhammad menyatakan bukan Yesus.
2) Kehidupannya
yang tidak sesuai. Bagi para murid Yesus, karena nabi itu utusan Allah, hidup
dekat dengan Allah, maka hidupnya pun haruslah baik, meski tetap diakui bahwa
tak ada manusia yang sempurna. Karena itu, ketika menyaksikan kehidupan
Muhammad yang bejat dan biadab, maka umat kristiani langsung menolak kenabian
Muhammad. Memang tidak menutup adanya sisi baik Muhammad, namun kebaikan itu
tidak lantas menghapus sisi buruknya. Sisi buruk Muhammad dinilai tidak pantas
dilakukan oleh orang yang menyandang gelar “nabi”.
DEMIKIANLAH
dua alasan pokok kenapa orang nasrani tidak mengakui Muhammad sebagai nabi.
Sikap yang berbeda dilakukan orang islam terhadap Yesus (Isa Almasih). Bukan
lantas berarti ini merupakan bentuk ketidak-adilan. Sikap hormat umat islam terhadap
Yesus (Isa Almasih) karena memang Yesus pantas dihormati, sementara umat
kristen tidak menghormati Muhammad sebagai nabi karena memang dia tidak layak
dihormati.
Dabo Singkep, 17 Agustus 2020
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar