Petrus adalah salah satu rasul Yesus yang terbilang istimewa. Banyak cerita tentang Yesus, yang terekam dalam Injil, selalu terselip nama Petrus. Selain dia, ada dua nama lain yang sering muncul dalam kisah hidup Yesus, yakni Yohanes dan Yakobus. Kisah panggilan Petrus, Yakobus dan Yohanes sebagai rasul Yesus terekam dalam Lukas 5: 1 –11. Di awali dengan pengajaran Yesus kepada orang banyak di tepi danau Genezareth, lalu mujizat penangkapan ikan dan berakhir dengan panggilan. Ada yang menarik dari kisah tersebut, khususnya dalam sosok Petrus, yang dapat dijadikan teladan hidup manusia zaman kini.
Sebagaimana yang sudah diketahui umum, Petrus adalah seorang nelayan sejati. Orang tua dan kakek-kakeknya adalah nelayan. Sudah sejak kecil ia hidup di atas danau Genezareth itu. Tentulah ia sudah mengetahui seluk beluk danau tersebut. Dan sudah pasti juga ia sudah menguasai “ilmu” penangkapan ikan. Karena itu, soal urusan tangkap menangkap ikan, Petrus adalah ahlinya.
Akan tetapi, pada waktu itu Petrus tak menangkap apa-apa. Sudah semalaman ia mencari ikan, namun hasilnya nihil. Karena itulah, atas permintaan Yesus untuk menangkap ikan, reaksi Petrus adalah bingung. Kiranya kebingungan Petrus beralasan. Ada dua dasar yang membuat Petrus bingung. Pertama, dia ahli dalam urusan tangkap menangkap ikan, karena darah nelayan sudah mengalir dalam dirinya dari kakek-kakek dan ayahnya. Dia tahu bahwa menangkap ikan saat itu akan menjadi sia-sia karena dia sudah semalaman mencari ikan tapi tak seekorpun didapat. Kedua, Yesus bukan seorang nelayan. Jadi, sudah pasti Dia tidak tahu menahu soal perikanan. Maklumlah, Yesus berasal dari Nazareth, daerah pegunungan yang cukup jauh dari danau.
Permintaan Yesus ibarat mengajari ikan berenang. Namun Petrus tidak sombong dengan keahliannya. Mungkin juga, karena letih bekerja semalaman tanpa hasil, Petrus malas berdebat dengan Yesus. Dan untuk meyakinkan Yesus, Petrus hanya mengikuti saran-Nya. “Tapi, karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga,” demikian ungkap Petrus.
Aneh bin ajaib! Petrus menangkap ikan yang sangat banyak. Bahkan jala mereka mulai koyak dan dua perahu yang datang membantu mengisi ikan-ikan itu hampir tenggelam. Tentulah peristiwa ini di luar nalar Petrus. Seakan keahlian Petrus dipecundangi oleh Anak Gunung, Yesus dari Nazareth.
Tentulah Petrus senang dengan hasil tangkapan itu. Sebagai seorang nelayan, di mana nelayan merupakan mata pencahariannya, hasil tangkapan itu memiliki nilai ekonomi yang besar. Awalnya Petrus lemas karena hari itu tidak ada pemasukan uang. Tidak ada ikan yang ditangkap berarti tidak ada ikan yang dijual. Artinya, tidak ada pemasukan. Namun, akhirnya ia senang melihat besarnya pemasukan. Banyaknya ikan yang ditangkap tentulah berdampak juga pada uang yang didapat.
Tapi apa yang terjadi setelah penangkapan itu? Petrus bukannya sibuk menghitung laba yang akan dia dapat atau menjual ikan-ikan itu, melainkan pergi mengikuti Yesus. Injil memberi lukisan yang sangat kuat dengan kalimat “Sesudah menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikuti Yesus.” Yang sebelumnya uang sudah di depan mata, ditinggalkannya demi mengikuti Yesus.
Itulah Petrus, murid Yesus, yang kelak menjadi paus pertama. Dari kisah di atas, kita dapat menarik dua teladan hidupnya. Pertama, tidak sombong. Sekalipun dia ahli dan tahu bahwa Yesus tidak ahli pada bidangnya, namun Petrus tidak mau merendahkan Yesus. Dengan cara halus, Petrus mau mendengarkan saran Yesus dan melakukannya. Di sini kita diajak untuk tidak merasa tinggi hati dengan kehebatan yang kita miliki, baik itu soal intelektual, jabatan atau pun kekayaan. Janganlah karena kelebihan yang kita punya, membuat kita memandang rendah orang lain. Sama seperti Petrus, hendaklah kita juga mau mendengarkan orang lain, meskipun orang itu, di mata kita, tidak ada apa-apanya.
Kedua, uang bukan segala-galanya. Nelayan adalah pekerjaan sekaligus mata pencaharian hidup Petrus. Dari sanalah ia dan keluarganya bisa hidup. Pekerjaan dan mata pencaharian berkaitan erat dengan uang, yang menjadi sumber langsung kehidupan itu. Penghasilan yang besar tentu berdampak pada uang yang banyak; demikian pula sebaliknya. Seorang pekerja tentu senang bila ia mendapatkan uang yang banyak dari hasil pekerjaan yang berhasil. Namun Petrus meninggalkan semuanya itu demi mengikuti Yesus. Di sini terlihat bahwa uang bukan segala-galanya bagi Petrus. Ada yang lebih utama. Kita juga diajak untuk memiliki sikap seperti Petrus, di mana uang bukanlah segala-galanya. Bukan berarti bahwa uang itu tidak penting.
Demikianlah teladan hidup Santo Petrus, yang hari ini dikisahkan dalam bacaan Injil. Teladan Petrus menjadi tantangan hidup kita. Sebagai orang Kristen, kita diajak untuk mencontohi hidup mereka. Penulis surat kepada orang Ibrani pernah berkata, “Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka (Ibr 13: 7). Pertanyaan bagi kita: BERANIKAH KITA???
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar