Api
penyucian merupakan bagian dari ajaran iman Katolik. Selama ini orang hanya
mengetahui perihal api penyucian berdasarkan teori-teori para ahli teologi.
Karena itu uraian mereka bersifat abstrak, maka tak heran ada banyak umat
Katolik (juga umat lainnya) yang jatuh ke dalam kebingungan.
Di
sini akan diuraikan tentang api penyucian berdasarkan pengalaman pribadi.
Uraiannya bersifat apa adanya, bukan bersifat teologis apalagi filosofis,
karena kebetulan juga yang mengalami ini bukanlah seorang teolog. Karena itu,
siapa saja bisa memahaminya. Pewawancara disingkat PW, sedangkan Maria Sima
disingkat MS.
PW: Maria Simma, dapatkah anda menceritakan
bagaimana anda dikunjungi oleh suatu jiwa dari Api Penyucian untuk pertama
kalinya?
MS: Hal
itu terjadi pada tahun 1940. Suatu malam, sekitar jam 3 atau 4 pagi, aku
mendengar ada seseorang mendatangi kamar tidurku. Hal ini membuatku terbangun,
kulihat ada seseorang sedang berjalan di kamar tidurku itu bolak-balik seperti
kebingungan.
PW: Takutkah anda?
MS: Aku
tidak takut, bahkan ketika aku masih kecil ibuku berkata bahwa aku ini anak
istimewa, karena aku tidak pernah merasa takut. Malam itu .... Aku melihat ada
orang yang aneh. Dia berjalan maju mundur pelan-pelan. Aku bertanya padanya:
"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Pergi!". Namun dia terus berjalan
dengan rasa tidak sabar, seolah-olah dia tidak dengar suara aku. Maka aku
bertanya lagi "Apa yang akan kau lakukan., " Dia masih tidak menjawab,
aku turun dari tempat tidurku dan berusaha memegangnya, namun aku hanya
memegang udara kosong saja. Aku beranjak tidur lagi, namun lagi-lagi kudengar
langkah orang itu bergerak kesana kemari. Aku heran bagaimana aku bisa melihat
pria itu namun aku tak bisa memegangnya. Aku bangun lagi untuk memegangnya dan
menghentikannya. Namun aku hanya memegang ruangan kosong.
Dengan
diliputi rasa heran, aku kembali ke tempat tidur. Dia tidak datang lagi, namun
sejak itu aku tak dapat tidur lagi. Hari berikutnya, setelah Misa Kudus, aku
menemui penasihat rohaniku dan menceritakan kepadanya semua yang kualami. Dia
mengatakan kepadaku jika hal itu terjadi lagi, aku tidak boleh bertanya
"Siapakah kamu?", melainkan harus bertanya; "Apa yang kau inginkan
dariku?" Malam berikutnya pria itu kembali lagi, orang yang sama. Aku
bertanya "Apakah yang kau inginkan dariku". Dia memohonku untuk
melakukan upacara Misa Kudus 3X untuknya, maka dia dapat bebas dari Api
Penyucian. Baru aku tahu, bahwa dia adalah jiwa dari Api Penyucian. Penasihat
rohaniku juga membenarkan hal ini, Dia juga menasihati aku agar tidak melupakan
jiwa-jiwa yang malang itu, agar aku mau menerima saja permintaan mereka dengan
sukarela.
PW: Setelah itu, adakah yang datang lagi?
MS: Ya
ada, untuk beberapa waktu, hanya ada 3 atau 4 jiwa saja pada bulan November.
Setelah-itu ada lebih banyak lagi.
PW: Apa yang diminta jiwa-jiwa itu dari anda?
MS: Sebagian
besar mereka meminta lebih banyak Misa Kudus dilaksanakan dan Jiwa-jiwa itu
akan hadir di dalam Misa Kudus itu, Doa Rosario serta Jalan Salib.
PW: Dari sini pertanyaan yang utama muncul: Apa Api Penyucian itu?
MS: Aku
mengatakan bahwa itu adalah sebuah Misteri Allah yang mengagumkan. Biarlah
kuberi anda sebuah gambaran yang merupakan pengalaman dari diriku sendiri.
Andaikan
suatu saat ada sebuah pintu terbuka, dan nampak suatu makhluk indah sekali,
amat indah, dengan sebuah kecantikan yang belum pernah ada di dunia ini. Anda
akan tertegun, oleh makhluk cahaya ini serta keindahan ini. Kemudian makhluk
ini mengatakan bahwa dia sangat mengasihi anda, anda tak pernah bermimpi untuk
dikasihi seperti itu hingga begitu besarnya! Anda merasakan bahwa dia ingin
menarik anda kepadanya, untuk bersatu dengan anda dan api kasih yang berkobar
dalam hati anda mendorong untuk merebahkan diri anda ke dalam pelukan tangan
makhluk itu. Tetapi ternyata anda menyadari bahwa saat itu anda masih belum
mandi, sehingga badan anda bau, hidung beringus, rambut acak-acakan dan kusut,
nampak debu kotoran dipakaian anda dsb. Maka anda akan malu sendiri dengan
keadaan seperti itu, pertama-tama anda pergi untuk mandi supaya bersih,
langsung kembali. Dan kasih yang telah bersemi di hati anda begitu kuatnya
berkobar, bergelora hingga penundaan anda untuk mandi itu seolah beban siksaan
dan rasa sakit karena tidak ada sesuatu, meskipun hal itu hanya berlangsung
beberapa menit saja, itu merupakan sebuah luka yang sakit di hati anda,
sebanding dengan intensitas dari pernyataan kasih anda, maka itulah yang
disebut luka kasih.
Api
Penyucian adalah sebuah penundaan yang disebabkan oleh ketidak-murnian
(dosa) anda, sebuah penundaan dari pelukan Allah, sebuah luka kasih yang
menimbulkan penderitaan, sebuah penantian, sebuah nostalgia kasih. Sesungguhnva
rasa terbakar dan kerinduan inilah yang mencuci kita jika masih kotor dalam
dosa. Api penyucian tempat kerinduan, terhadap kasih Allah, kerinduan akan
Allah yang telah kita kenaI, karena kita telah melihatkan Dia, namun belum
dapat kita bersatu dengan-Nya.
PW: Apakah
jiwa-jiwa di Api Penyucian memiliki kebahagiaan dan harapan di tengah
penderitaan mereka?
Ya,
tak ada jiwa-jiwa dari Api Penyucian yang ingin kembali ke dunia ini, mereka
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari kita. Mereka hanya tidak bisa
memutuskan kembali ke dalam kegelapan dunia. Di sini kita melihat perbedaan
penderitaan di Api Penyucian dan di bumi.
Di
Api Penyucian, meskipun rasa sakit yang dialami suatu jiwa amat mengerikan,
tapi masih ada kepastian untuk hidup selamanya bersama Allah. Ini adalah sebuah
kepastian yang tak tergoyahkan. Kebahagiaamya lebih besar dari pada sakitnya.
Tak ada di dunia ini yang bisa membuat mereka ingin kembali tinggal di sini, di
mana orang tak pernah merasakan kepastian dalam segala hal
PW: Bisakah anda ceritakan, apakah Allah yang
mengirimkan suatu jiwa ke Api Penyucian, ataukah jiwa itu sendiri yang
memutuskan untuk pergi ke sana?
MS: Jiwa
itu sendiri yang menginginkan pergi ke Api Penyucian agar dirinya menjadi suci
dan murni sebelum dia ke Surga. Jiwa-jiwa di Api Penyucian benar-benar taat
dengan kehendak Allah, mereka senang dengan kebaikan, mereka merindukan
kebaikan kita dan mereka mengasihi Allah dan mereka mengasihi kita juga. Mereka
dipersatukan dengan Roh Allah, terang, dan kemuliaan Allah.
PW: Pada saat kematian, adakah orang bisa
melihat Allah dengan sepenuhnya, atau secara samar-samar saja?
MS: Secara
samar-samar, namun semuanya sama, dalam suatu tingkatan kecerahan tertentu di
mana hal ini sudah cukup untuk menimbulkan kerinduan yang besar dalam dirinya.
Sesungguhnya hal itu adalah terang yang begitu kemilau jika dibandingkan dengan
kegelapan yang ada di dunia ini!
PW: Bisakah anda menceritakan apa peranan dari
Bunda Maria terhadap jiwa-jiwa di Api Penyucian?
MS: Dia
sering datang kesana untuk menghibur mereka dan berkata bahwa mereka telah
banyak melakukan kebaikan. Dia menyemangati mereka.
PW: Apakah ada hari-hari tertentu dimana
Bunda Maria mengentaskan mereka?
MS: Lebih
dari yang lain, adalah pada hari Natal, hari Para Kudus, Jumat Agung, Pesta
Kenaikannya ke Surga, serta Kenaikan Yesus.
PW: Mengapa
harus pergi masuk Api Penyucian? Dosa-dosa apakah yang paling banyak
menyebabkan orang masuk Api Penyucian?
MS: Dosa-dosa
melawan kemurahan hati, kasih disekitarnya, hati yang keras, kekejaman,
memfitnah dan mengumpat, iri hati, dendam dan serakah dll. Ya, semua itulah. Perkataan
mengumpat serta memfitnah adalah yang paling jelek dari tindakan ternoda yang
membutuhkan pemurnian yang panjang.
(Maria Simma memberi contoh yang
sangat menyentuh dirinya. )
Suatu
saat dia dimintai tolong mencarikan apakah ada seorang wanita dan pria tersebut
berada di Api Penyucian. Dan sangat mengejutkan mereka yang bertanya, ternyata
wanita itu telah berada di Surga sedangkan si pria itu berada di Api Penyucian.
Padahal kenyataannya wanita ini telah mati ketika dia melakukan tindakan aborsi
sementara si pria sering pergi ke Gereja serta menjalani kehidupan yang baik
dan berdevosi.
Maria
mencari informasi lebih jauh lagi dan mengira bahwa yang dilihatnya itu salah.
Ternyata tidak, dia memang benar. Kedua orang itu mati pada saat yang sama,
namun wanita itu mengalami pertobatan yang benar-benar dan dia sangat rendah
hati, sementara si pria sering mengkritik orang lain. Dia selalu mengeluh dan
berbicara hal-hal yang jelek tentang orang lain. Inilah sebabnya Api Penyucian
bagi dia begitu lama. Maria Sima menyimpulkan "Kita tak boleh menghakimi
penampilan seseorang". Dosa lain yang melawan kemurahan hati adalah
penolakan kita terhadap beberapa orang tertentu yang tidak kita sukai,
penolakan kita untuk berdamai, penolakan kita untuk mengampuni serta segala
sikap kebencian dalam diri kita. Maria Sima juga menggambarkan hal ini dengan
contoh lain yang memberi bayangan bagi pikiran kita. Adalah sebuah kisah
tentang seorang wanita yang dia kenai baik. Wanita ini meninggal dan masuk ke
Api Penyucian, di tempat yang paling mengerikan dari Api Penyucian, dengan
penderitaan yang paling mengerikan pula disitu.
Ketika
ia datang kepada Maria Sima, dia menjelaskan memiliki seorang teman sesama
wanita dan di antara keduanya terjadi permusuhan yang besar, yang sebenarnya
dimulai oleh dia sendiri. Dia mempertahankan permusuhan itu selama
bertahun-tahun, meskipun sahabatnya telah berkali-kali minta berdamai
dengannya, minta rekonsiliasi. Namun setiap kali dia menolaknva. Ketika dia
sedang sakit berat, dia tetap saja menutup pintu hatinya, menolak untuk
berdamai yang ditawarkan oleh sahabatnya itu, hingga saat kematiannya tiba. Aku
percaya bahwa contoh ini memiliki arti yang penting yang berkaitan dengan rasa
dendam yang dipertahankan. Dan dengan perkataan kitapun bisa juga semakin
merusak: kita tak pernah menekankan dengan cukup betapa kritik atau perkataan
pahit bisa membunuh orang dan juga sebaliknya, betapa sebuah kata juga bisa
menyembuhkan.
PW: Siapakah orang yang berpeluang besar
memasuki Surga?
MS: Mereka
yang memiliki hati yang baik kepada setiap orang. Kasih mengatasi banyak dosa.
PW: Sarana apakah yang kita gunakan di dunia
ini untuk menghindari Api Penyucian langsung masuk ke Surga?
Kita
harus berbuat banyak bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Karena mereka nanti akan
menolong kita. Kita harus rendah hati, karena ini adalah senjata kuat untuk
melawan kejahatan, melawan setan. Kerendahan hati mengusir pergi setan. Aku tak
bisa menahan untuk tidak bercerita kepada anda tentang sebuah kesaksian yang
bagus dari Pastor Berlioux (yang menulis buku tentang jiwa-jiwa di Api
Penyucian), tentang pertolongan yang ditawarkan oleh jiwa-jiwa ini kepada
mereka yang telah menolong mereka dengan doa-doa dan kurban. Dia bercerita
tentang seorang yang secara khusus berbakti bagi jiwa-jiwa malang di Api
Penyucian dan dia persembahkan hidupnya untuk menolong mereka.
"Pada
saat kematiannya, dia diserang dengan ganas sekali oleh setan yang melihat dia
akan lolos dari cengkeramannya."
Nampaknya
bahwa seluruh penghuni lembah Api Penyucian bersatu untuk melawan dia, melindunginya
dari serangan-serangan yang mematikan". "Wanita yang sedang sekarat
itu berjuang dengan penuh sengsara untuk beberapa saat, ketika tiba-tiba dia
melihat ada kerumunan orang-orang tak dikenal memasuki apartemennya dimana
orang-orang tadi dalam keadaan keindahan yang berkemilauan, yang membuat setan
berlarian menjauh dan orang-orang itu mendekati tempat tidurnya, berbicara
kepadanya untuk memberinya penghiburan dan dorongan semangat yang sangat
menyenangkan. Dengan napas terakhir, dan sukacita yang besar, dia bertanya:
Siapakah engkau? Kenapa engkau mau berbuat baik terhadapku? Tamu-tamu yang
bijaksana itu menjawab: Kami adalah para penghuni Surga berkat pertolonganmu
telah membawa kami kepada Kesucian. Kami datang untuk berterima kasih, dan
menolongmu untuk melewati batas keabadian dan menyelamatkan engkau dari tempat
yang menyedihkan ini, membawamu kebahagiaan di Kota Suci.
Mendengar
ucapan itu sebuah senyuman menyungging di wajah wanita yang sekarat itu.
Matanya tertutup dan dia tertidur di dalam damai Allah. Jiwanya, dalam keadaan
murni bagaikan merpati, dihadirkan di hadapan Allah dari segala allah,
menjumpai banyak para pembela dan pendukungnya sebanyak jiwa-jiwa yang telah
ditolongnya sebelumnya, dan dia layak menerima kemuliaan, dia memasuki kemenangan,
diiringi sambutan serta berkat dari mereka yang telah dia selamatkan dari Api
Penyucian. Semoga kita, suatu hari nanti, memiiiki kebahagiaan yang sama.
Jiwa-jiwa
yang telah diselamatkan oleh doa-doa kita sangatlah berterima kasih: mereka
akan menolong di kehidupan kita yang akan datang. Hal itu sangat terasa sekali.
Maka dengan sungguh-sungguh kuanjurkan agar anda dapat rasakan sendiri hal ini.
Mereka benar-benar membantu kita. Mereka tahu kebutuhan kita dan memberikan
banyak rahmat dan berkah bagi kita.
PW: Aku merenungkan kisah tentang "pencuri yang baik" yang di
samping Yesus ketika disalib. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan bagi Yesus,
hingga Yesus menjanjikan pada hari itu dan selanjutnya dia akan bersama Yesus
berada dalam Kerajaan Allah?
MS: Dia
rendah hati menerima penderitaannya dan mengakui kesalahannya dan mengatakan
hal itu tidak adil. Dia menganjurkan pencuri yang lain untuk menerima Yesus
sebagai juru selamat. Dia merasa segan dan takut akan Allah, berarti bahwa dia
melaksanakan tindakan kerendahan hati yang tulus dari hatinya.
Contoh lain yang cukup baik dari Maria
Simma menunjukkan betapa sebuah perbuatan baik dapat mengampuni dosa-dosa yang
dilakukan seumur hidup. Marilah
kita dengar cerita dari Maria Sima.
Maria
Simma kenal seorang pria muda berusia 20-an tahun dari desa sebelah. Desa orang
muda ini dilanda runtuhan salju yang amat hebat dan membunuh sejumlah besar
orang. Suatu malam, pria muda ini berada di rumah orangtuanya ketika dia
mendengar runtuhan salju di samping rumahnya.
Dia
mendengar jeritan-jeritan yang keras, jeritan yang menyayat hati. Tolonglah
kami. Kami terjebak di bawah timbunan salju! Dengan segera dia melompat dari
tempat tidurnya dan berlari menuruni anak tangga untuk menolong orang-orang
itu.
Tetapi
ibunya yang juga mendengar jeritan itu mencegah dia. Ibunya menghalangi di
depan pintu sambil berkata: "Tidak, biarlah orang lain saja yang pergi
menolong mereka, jangan kita! Terlalu berbahaya di luar sana, aku tidak ingin
ada yang mati lagi!"
Tetapi
pria itu, karena tersentuh dan kasihan oleh jeritan tadi, ingin untuk pergi
menolong orang-orang itu. Dia mendorong ibunya ke samping dan berkata:
"lbu biarkan aku pergi menolongnya, aku tak tega membiarkan mereka mati
seperti itu! Dia bermaksud mau menolong, tapi di tengah jalan, dia sendiri
tertimpa oleh runtuhan salju itu hingga mati.
Tiga
hari setelah kematiannya, pria itu datang menemui aku pada malam hari, dan
berkata: "Mohon lakukanlah tiga kali Misa Kudus untukku. Jikalau engkau
melakukannya, aku dapat dilepaskan dari Api Penyucian".
Maria
Simma lalu pergi memberitahu keluarganya dan sahabat-sahabatnya, dan mereka
heran demi mengetahui bahwa hanya dengan tiga kali Misa Kudus dia bisa dibawa
keluar dari Api Penyucian.
Sahabat-sahabatnya
berkata kepadaku: “Oh aku tidak akan mau menjadi seperti dia pada saat kematian
itu, jika saja kamu mengetahui segala perbuatan buruknya". Tetapi orang
muda ini menjelaskan kepadaku: engkau tahu, aku telah melakukan sebuah tindakan
kasih yang tulus dengan merelakan nyawaku bagi orang-orang itu. Terima kasih
karena Allah telah menyambutku begitu cepatnya ke dalam Surga.
Ya,
ketulusan hati mengatasi banyak dosa .....
Dengan
kasih ini, menunjukkan kepada kita bahwa ketulusan hati atau tindakan kasih
yang diberikan secara cuma-cuma, telah cukup untuk memurnikan orang muda ini
dari sebuah kehidupan yang jelek. Dan Allah telah memberikan sebuah kesempatan
untuk berbuat kasih yang istimewa ini. Maria Simma menambahkan bahwa pria muda
ini mungkin tak akan memiliki kesempatan lain untuk mempersembahkan tindakan
kasih sebesar ini dan mungkin dia akan menjadi jelek.
Allah
di dalam kerahiman-Nya, membawa dia kepada saat tertentu dimana dia hadir di
hadapan Allah dalam keadaannya yang paling indah, paling murni, karena karya
kasih ini.
Adalah
sangat penting agar kapan dan dimana saja disaat tertentu kita dapat menolong
orang yang sedang mendapat musibah atau disaat kematian kita untuk mengabaikan
diri sendiri demi kehendak Allah.
PW: Bisakah anda ceritakan kepada kami, cara
yang paling efektif Untuk menolong melepaskan jiwa-jiwa dari Api Perryucian?
MS: Cara
yang paling baik adalah Misa Kudus.
PW: Mengapa Misa Kudus?
MS: Karena
disitu, Kristus sendirilah yang menyerahkan diri-Nya demi kasih bagi kita.
Persembahan Kristus kepada Allah itulah yang merupakan persembahan yang paling
indah.
Imam
adalah wakil Allah, tetapi Allah yang mempersembahkan dan mengurbankan diri-Nya
bagi kita. Efektifitas Misa Kudus selama hidupnya. Jika mereka mengikuti Misa
Kudus dan berdoa dengan segenap hatinya, dan mereka mengikuti Misa Kudus pada
hari-hari menurut waktu yang dimilikinya, maka mereka bisa menarik keuntungan
besar dari Misa Kudus yang diselenggarakan bagi mereka nanti. Di sini juga
berlaku bahwa seseorang akan memanen apa yang telah ditaburnya sendiri. Suatu
jiwa di Api Penyucian bisa melihat jelas pada hari penguburannya jika kita
benar-benar berdoa baginya atau jika kita menunjukkan bahwa diri kita hadir
disitu. Jiwa-jiwa malang itu mengatakan bahwa air mata tidaklah baik bagi
mereka, hanya doa saja yang baik.
Sering
mereka mengeluh bahwa orang-orang pergi kepada suatu upacara penguburan tanpa
mendaraskan satu doapun kepada Allah, tetapi dia justru menumpahkan banyak air
mata. Hal ini tidaklah berguna. Tentang Misa Kudus aku akan memberikan contoh
yang baik diberikan oleh Cure of Arts kepada umat. Dia berkata
pada mereka: ''Anak-anakku, ada seorang imam yang baik dan merasa tidak senang
kehilangan seorang sahabat yang dia cintai, maka dia berdoa banyak sebagai
korban bagi jiwa itu". Suatu hari malaikat memberitahu kepadanya bahwa
sahabatnya itu berada di Api Penyucian dan sangat menderita.”
Imam
yang baik itu percaya bahwa dirinya bisa berbuat lebih besar lagi daripada
sekedar mempersembahkan kurban kudus di dalam Misa Kudus bagi sahabatnya yang
terkasih yang telah meninggal itu.
Pada
saat konsentrasi dia memegang Hosti diantara jari-jarinya sambil berkata:
"Bapa Abadi yang Suci, marilah kita saling bertukar milik Engkau memegang
sahabatku yang ada di Api Penyucian, dan aku memegang Tubuh Putera-Mu di
tanganku. Ya Bapa yang baik dan maha rahim, angkatlah sahabatku itu dan aku
persembahkan Putera-Mu kepada-Mu beserta segala jasa-jasa kematian dan
penderitaan-Nya".
Permintaan
ini kemudian dijawab. Dan sesungguhnya pada saat dia mengangkat Hosti, dia
melihat jiwa sahabatnya yang bercahaya dengan mulia naik ke Surga. Ternyata
Tuhan telah menerima permintaan itu.
"Anak-anakku,
jika kita ingin mengangkat suatu jiwa yang kita kasihi di Api Penyucian,
marilah kita melakukan hal sama: marilah kita persembahkan kepada Allah,
melalui Kurban Kudus dari Putera Terkasih-Nya, dengan seluruh jasa penderitaan
dan kematian-Nya. Tuhan tak akan menolak permohonan kita".
Ada
cara lain yang amat kuat untuk menolong jiwa-jiwa malang itu: persembahan dari
penderitaan kita, silih kita, seperti puasa, penyangkalan diri dan sebagainya
dan tentu saja penderitaan-penderitaan yang sifatnya tak dikehendaki, misalnya
penyakit atau berduka cita.
PW: Anda telah berkali-kali diminta untuk
menderita bagi jiwa-jiwa malang itu, untuk bisa membebaskan
mereka. Bisakah anda ceritakan apa yang telah anda alami dan anda lakukan
selama saat-saat itu?
MS: Yang
pertama, suatu jiwa memintaku untuk menderita dalam tubuhku selama tiga jam
bagi wanita itu. Lalu sesudah itu aku bisa bekerja lagi seperti biasa. Aku
berkata pada diriku: "Jika hal itu hanya untuk tiga jam saja, aku mau
melakukannya".
Selama
tiga jam itu aku merasakan seolah hal itu berlangsung selama tiga hari, dimana
hal itu sangat menyakitkan sekali. Namun pada akhirnya, aku melihat pada jamku,
aku sadar bahwa hal itu hanya berlangsung selama tiga jam saja.
Jiwa
itu berkata kepadaku bahwa dengan menerima penderitaan itu dengan rasa kasih
selama tiga jam, aku telah menyelamatkan dia dua puluh tahun masa tinggalnya di
Api Penyucian.
PW: Mengapa hanya menderita selama tiga jam
untuk menebus 20 tahun di Api Penyucian? Apa penderitaanmu bisa berharga lebih
besar lagi?
MS: Hal
itu karena penderitaan di dunia ini tak mempunyai nilai yang sama (dengan
penderitaan di Api Penyucian). Di dunia, jika kita menderita, kita bisa
bertumbuh di dalam kasih kita, kita bisa memperoleh jasa-jasa, di mana hal ini
tidak berlaku bagi penderitaan di Api Penyucian. Di Api Penderitaan, kita
memiliki segala rahmat, kita bebas untuk memilih.
Semua
ini sangat menimbulkan semangat karena ia memberikan arti yang luar biasa bagi
penderitaan kita, penderitaan yang kemudian dipersembahkan, baik secara sadar
ataupun tidak, bahkan kurban yang terkecil sekalipun yang bisa kita lakukan,
penderitaan atau sakit, dukacita, kecewa. Jika kita menerimanya dengan tulus,
maka penderitaan-penderitaan itu memiliki kuasa yang tak kelihatan untuk
menolong jiwa-jiwa. Hal terbaik yang harus kita lakukan adalah menyatukan
penderitaan kita dengan penderitaan Yesus, dengan menaruhnya melalui tangan
Bunda Maria.
Bunda
Maria tahu baik bagaimana menggunakannya, karena sering kita sendiri tidak tahu
kebutuhan-kebutuhan yang terpenting di sekitar kita. Dan semua ini oleh Bunda
Maria akan dikembalikan kepada kita pada saat kematian kita. Kini anda tahu
bahwa penderitaan-penderitaan yang dipersembahkan ini akan menjadi harta kita
yang paling berharga di dunia sana. Kita harus saling mengingatkan orang lain
tentang hal ini dan saling mendorong orang lain ketika kita menderita.
Cara
lain yang amat efektif adalah stasi-stasi dari Jalan Salib, karena dengan
merenungkan penderitaan-penderitaan Tuhan Yesus, maka sedikit demi sedikit kita
akan menjadi benci terhadap dosa, dan merindukan penyelamatan bagi semua orang.
Dan
kecenderungan ini membawa kesembuhan yang besar bagi jiwa-jiwa di Api
Penyucian. Jalan Salib juga mendorong kita kepada penyesalan: "kita akan
segera menyesal bila berbuat dosa". Hal ini yang sangat menolong jiwa-jiwa
di Api Penyucian adalah menyelaraskan doa rosario, 20 peristiwa, bagi orang
yang mati. Melalui rosario, banyak jiwa telah diangkat dari Api Penyucian setiap
tahun.
Doa
itu harus dilaraskan disini sehingga Bunda Allah sendiri yang datang ke Api
Penyucian untuk mengangkatnya hal ini begitu indahnya, karena jiwa-jiwa di Api
Penyucian menyebut Bunda Maria sebagai "Bunda Kerahiman"
Jiwa-jiwa itu juga berkata kepada
Maria Simma bahwa indulgensi memiliki nilai yang tak terkirakan bagi
penyelamatan mereka.
MS: Kejam
sekali jika kita tidak menggunakan kekayaan ini, yang dianjurkan oleh Gereja
demi kepentingan jiwa-jiwa itu. Tentang masalah indulgensi itu terlalu panjang
kalau harus diuraikan di sini namun aku bisa menunjukkan kepada anda akan
tulisan yang amat bagus yang dibuat oleh Paus Paulus VI pada 1968 tentang
masalah itu. Anda bisa menanyakan kepada pastor paroki anda tentang hal itu
atau carilah di toko-toko buku rohani. Kita bisa mengatakan bahwa cara-cara
utama untuk menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian adalah dengan doa secara umum,
segala macam doa.
diolah dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar