Guna
memberikan diri-Nya untuk kita, Allah sering memilih jalan yang “tidak
terpikirkan” yang mengarahkan kita melampaui “keterbatasan, air mata, dan
kegagalan,” menuju sukacita Paskah yang lahir dari perjalanan Kristus sendiri
dari kematian hingga kehidupan. Demikian ungkap Paus Fransiskus kepada para
peziarah yang berkumpul di aula Paulus VI untuk audensi umum hari Rabu, 29
Januari 2020, saat Paus Fransiskus merenungkan kotbah di bukit yang diucapkan
Yesus untuk mencerahkan kehidupan umat beriman dan juga banyak orang yang tidak
percaya.
Sulit
untuk tidak tersentuh dengan kata-kata ini, ujar Paus Fransiskus, yang kemudian
mendorong umat beriman untuk semakin penuh memahami dan menyambut kata-kata itu
karena “mengandung semacam kartu identitas kristiani.” Paus Fransiskus
menjelaskan bagaimana pernyataan pesan itu terjadi. Ketika melihat orang
banyak, Yesus naik ke lereng yang indah di sekitar Danau Galilea, lalu duduk
dan berbicara dengan para murid seraya menyatakan Sabda Bahagia. “Pesan itu
ditujukan kepada para murid, tetapi banyak orang membentang cakrawala, semua
manusia ada di sana. Itu pesan untuk seluruh umat manusia.” tutur Paus
Fransiskus
Bukit,
lanjut Paus Fransiskus, mengingatkan orang di Sinai, di sana Allah memberikan
Sepuluh Perintah kepada Musa. Namun kali ini, kata Paus Fransiskus, setting bukan “badai mengerikan,” tetapi
tempat mengudara kekuatan manis Kabar Gembira. Yesus pun mulai mengajarkan
hukum baru yang memanggil kita menjadi miskin, menjadi lemah lembut, menjadi
belas kasih. “Perintah-perintah baru” ini, demikian Paus Fransiskus, lebih dari
sekedar norma. “Faktanya, Yesus tidak memaksakan apa pun, tetapi mengungkapkan
jalan menuju kebahagiaan,” dengan mengulangi kata “berbahagialah” delapan kali.
Setiap
Sabda bahagia, jelas Paus Fransiskus, terdiri dari tiga bagian: kata pembuka “berbahagialah”
yang diikuti situasi tempat mereka yang disebut diberkati (berbahagia)
menemukan diri mereka, miskin dalam roh, berduka, haus akan keadilan, dan
akhirnya alasan mengapa mereka diberkati.
“Ada
delapan Sabda Bahagia dan akan indah dipelajari dan diulangi dengan hati agar
hukum yang Yesus berikan kepada kita tetap berada dalam pikiran dan hati kita,”
papar Paus Fransiskus. Alasan Sabda Bahagia tidak ditemukan dalam situasi
seseorang saat ini, tetapi dalam kondisi baru, bahwa yang diberkati menerima
sebagai karunia Allah. “Karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga, karena
mereka akan dihibur, karena mereka akan memiliki bumi,” jelas Paus Fransiskus
mengulang kutipan Injil.
Mengenai
alasan kebahagiaan, kata Paus Fransiskus, Yesus sering menggunakan kata kerja
pasif seperti “mereka yang dipuaskan, mereka akan beroleh kemurahan, mereka
akan disebut anak-anak Allah.” Juga dikatakan Sabda Bahagia mengajarkan bahwa
kita diberkati bukan oleh situasi kita saat ini, tetapi oleh kondisi baru yang
menjadi milik kita oleh rahmat Allah.
Kemudian
Paus Fransiskus memikirkan kata “berbahagialah” dengan mengatakan bahwa arti
aslinya tidak menunjukkan seseorang “dengan perut penuh atau baik-baik saja.” Kata
itu, jelas Paus Fransiskus merujuk orang yang menemukan diri dalam keadaan
rahmat dan melangkah maju ke jalan yang ditunjuk Allah dengan kesabaran,
kemiskinan, pelayanan terhadap orang lain, penghiburan. “Yang maju di jalan itu
bahagia, akan diberkati,” tegas Paus Fransiskus.
Seraya
menegaskan kembali bahwa Sabda Bahagia “selalu mengarah pada sukacita,” Paus
Fransiskus mengajak mereka yang hadir untuk mengambil Injil Matius dan membaca
pasal 5 ayat 1 hingga 11, “mungkin beberapa kali selama seminggu, untuk
memahami bahwa ini indah dan untuk mengamankan jalan menuju kebahagiaan yang
Tuhan tawarkan kepada kita.”
Di akhir
audensinya Paus Fransiskus menyalami kelompok-kelompok peziarah dalam berbagai
bahasa, dan mengingatkan mereka yang dari Polandia bahwa hari Minggu, pada
Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, 2 Februari, Hari Hidup Bakti
dirayakan di negara mereka. Paus Fransiskus meminta mereka berdoa. “Mari berdoa
bagi para religius yang membaktikan diri mereka kepada Allah dan kepada
saudara-saudari mereka dalam pelayanan sehari-hari, sesuai karisma mereka, agar
mereka boleh selalu menjadi saksi-saksi setia cinta Kristus yang menyelamatkan.
Mari berdoa juga untuk panggilan baru hidup bakti.”
sumber: Pena Katolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar