Di
pintu gerbang sorga, Santo Petrus berdiri tegak dengan buku kehidupan di
tangannya. Suatu hari dia menerima rombongan umat kristen. Setelah melihat buku
kehidupan, Santo Petrus mempersilahkan ibu-ibu ini masuk ke dalam sorga,
sedangkan bapak-bapak dan anak-anak remaja dan dewasa disuruh ke api penyucian
dan sebagian ada yang ke neraka. Malaikat Mikael, yang kebetulan lewat
mempertanyakan sikap Petrus yang membolehkan ibu-ibu masuk sorga.
“Bukankah
mereka itu cerewet dan biang gosip?”
ujar Mikael.
“Yah,
tapi mereka banyak berbuat baik. Di gereja, mereka paling aktif. Di komunitas
juga mereka selalu ada. Waktu ada sakramen tobat, ibu-ibu yang paling banyak
ngaku dosa. Karena itu, mereka pantas masuk sorga.”
Setelah
tiba waktunya, Petrus menutup gerbang sorga. Dia pun berjalan masuk ke sorga.
Betapa herannya dia, karena melihat kepala ibu-ibu yang tadi dia izinkan masuk pada botak. Padahal, waktu
masuk rambut mereka panjang-panjang semua, demikian batinnya. Petrus
menghampiri Bunda Maria, yang sedang berjalan-jalan dengan seorang ibu.
“Bunda,
kenapa kepala ibu-ibu ini pada botak semua? Kemana rambut mereka?”
“Ibu-ibu
ini sedih melihat suami dan anak-anak mereka di jurang api penyucian. Mereka
tak tega menikmati kebahagiaan sorga sendirian. Mereka ingin bersama suami dan
anak di sorga. Karena itu, mereka menggunduli kepala mereka, dan dengan
rambutnya, mereka menarik suami dan anak-anaknya ke dalam sorga.”
Dabo, 11 Januari 2019
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar