Masyarakat
Indonesia tentu sudah tak asing lagi dengan minuman warna hitam beraroma. Itulah
yang dikenal dengan sebutan kopi. Ada banyak produk kopi di pasaran; ada banyak
cafe atau warung yang menawarkan kopi. Tapi apakah orang tahu jenis kopi yang
disajikan itu?
Ada banyak
jenis kopi di dunia ini. Kopi torabika atau kopi Toraja itu bukan termasuk
jenis kopi. Itu hanya sekedar nama. Untuk di Indonesia, setidaknya ada 4 jenis
kopi, yaitu arabika, robusta, liberika, dan
ekselsa. Tiap-tiap jenis kopi
berbeda satu dengan yang lain. Dengan kata lain, masing-masing kopi memiliki
kekhasan tersendiri.
1. Kopi Arabika
Tanaman
kopi arabika ini dipercaya berasal dari daerah Etiopia, kemudian dibawa oleh
pedagang Arab ke Yaman. Bangsa Arab mulai mempopulerkan ekstrak biji kopi
arabika yang diseduh dengan air panas sebagai minuman penyegar. Mungkin hal
inilah yang menyebabkannya disebut arabika,
sekalipun asalnya dari Afrika.
Kopi
arabika tumbuh di daerah dengan ketinggian 700 – 1.700 meter di atas permukaan
laut dengan suhu antara 16 – 20°C. Semakin tinggi lokasi kebunnya, cita rasa
yang dihasilkan biji kopi arabika akan semakin baik. Ukuran dan bentuk biji kopi
arabika lebih besar dan cenderung lonjong, tidak seperti biji kopi robusta yang
bulat.
Mengenai
cita rasa, kopi arabika memiliki banyak variasi sehingga lebih menggoda
daripada jenis kopi lainnya. Kopi arabika memiliki tekstur yang halus sehingga
lebih kental di mulut. Tingkat keasaman kopi arabika lebih tinggi dibandingkan
kopi lainnya. Selain itu, kopi arabika
terasa pahit. Namun, kandungan kafein kopi arabika lebih rendah, yaitu
sekitar 1,2%. Kopi arabika mempunyai wangi aroma percampuran bunga, buah dan
rempah.
2. Kopi Robusta
Di dunia,
kopi robusta termasuk kopi kelas kedua
setelah arabika. Tanaman kopi robusta ini dipercaya berasal dari daerah Afrika,
khususnya di sekitar kawasan Kongo. Penemu awal kopi robusta adalah seorang
ilmuwan Belgia, yang melihat jenis kopi ini sebagai alternatif tanaman kopi
baru selain arabika. Pilihan ini semakin kuat mengingat kopi robusta memiliki
kemampuan hidup yang kuat, tahan terhadap cuaca ekstrem dan kebal terhadap
wabah karat daun. Karena itulah, kopi diberi nama robusta, dari kata bahasa Inggris robust, yang berarti kuat.
Kopi
robusta dapat tumbuh dan hidup di daerah dengan ketinggian 400 – 700 meter di
atas permukaan laut dengan temperatur antara 21 – 24°C. Berbeda dari biji kopi
arabika yang cenderung berbentuk lonjong, bentuk biji kopi robusta adalah bulat.
Kandungan
gula dalam kopi robusta lebih rendah daripada kopi arabika. Jika kadar gula kopi
arabika mencapai 6 – 9%, kopi robusta hanya sekitar 3 – 7%. Hal inilah yang
membuatnya mempunyai tekstur sedikit lebih kasar di lidah dan lebih pahit. Berbeda
dengan kadar gula, kandungan kafein kopi robusta lebih tinggi dari kopi
arabika. Jika kopi arabika 1,2%, kandungan kafein kopi robusta mencapai 2,2%. Hanya
kopi robusta tidak memiliki kadar asam, sehingga aman buat lambung.
3. Kopi Liberika
Nama
liberika diambil dari nama tempat
ditemukannya pertama kali jenis kopi ini, yaitu di daerah Liberia. Sama seperti
dua jenis kopi sebelumnya, kopi ini tumbuh liar di daerah Afrika, khususnya
Afrika Barat. Pada tahun 1878, jenis kopi ini didatangkan pemerintah Belanda ke
Indonesia untuk menggantikan kopi arabika yang terserang hama penyakit. Namun daya
tahan terhadap penyakit kopi liberika masih kalah jauh dengan kopi robusta,
sehingga akhirnya pemerintah Belanda menggantinya dengan kopi robusta.
Tak jauh
beda dengan kopi robusta, kopi liberika dapat tumbuh dan hidup di daerah tropis
dataran rendah dengan ketinggian 400 – 600 meter di atas permukaan laut. Akan tetapi,
pohon ini tetap bisa hidup dan tumbuh di daerah dengan ketinggian 1.200 meter
di atas permukaan laut. Temperatur ideal pertumbuhan kopi liberika ada pada
kisaran 27 – 30°C, dengan curah hujan 1.500 – 2.500 mm per tahun.
Popularitas
kopi liberika masih jauh di bawah dua kopi sebelumnya (arabika dan robusta). Hal
inilah yang membuat petani tidak mau membudi-dayakan jenis kopi ini. Ada banyak
faktor penyebabnya. Pohon kopi liberika bisa tumbuh mencapai 9 meter. Biji kopi
liberika memang jauh lebih besar, bahkan bisa dua kali dari biji kopi arabika. Akan
tetapi, tingkat susutnya setelah kering lebih tinggi, sehingga sekalipun besar
tapi ringan. Selain itu, kopi liberika ini memiliki aroma menyengat tajam
seperti buah nangka, dengan rasa pahit yang lebih kental. Karena beraroma menyengat, biasanya penyajian kopi ini selalu dicampur dengan susu atau krim lainnya untuk mengimbangi aroma menyengatnya.
4. Kopi Ekselsa
Kopi
ekselsa ditemukan pertama kali pada tahun 1905 oleh August Chevallier, seorang
botanis dan ahli taxonomi asal Perancis. Dia menemukan kopi ini di sekitar
aliran Sungai Chari, tak jauh dari Danau Chad di Afrika Barat. Kopi ini
termasuk varietas kopi liberika. Kedua kopi ini juga kurang populer di kalangan
petani kopi dan juga penikmat kopi.
Tak jauh
beda dengan kopi robusta dan kopi liberika, kopi ekselsa dapat dikembangkan di
daerah dengan ketinggian 0 – 750 meter di atas permukaan laut. Idealnya tanaman
ini ditanam di daerah beriklim tropis dengan curah hujan sedang. Temperatur ideal
pertumbuhan kopi liberika ada pada kisaran 27 – 30°C. Kopi ekselsa tahan terhadap
penyakit karat daun.
Memang
kopi ekselsa ini tidak terlalu banyak dibudi-dayakan, sekalipun pohonnya dapat
tumbuh di dataran rendah, lembab dan tahan terhadap hama serta cepat berbuah
(3,5 tahun). Mungkin salah satu faktor tak banyaknya orang memproduksi kopi ini
adalah aromanya, yang seperti kopi liberika, yaitu menyengat tajam dengan rasa
pahit yang sangat kental. Sama seperti kopi liberika, penyajian kopi ekselsa selalu dengan susu sehingga aroma menyengatnya berkurang.
Koba,
4 Juli 2018
by:
adrian, diolah dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar