Sangat menarik kalau kita merenungkan pengalaman para rasul
ketika diterjang badai (Mrk 4: 35 – 41). Waktu mereka naik perahu, tiba-tiba
badai mengamuk, dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu. Di saat mereka
berjuang, Yesus tidur di buritan. Banyak murid memiliki latar belakang nelayan,
sedangkan Yesus sama sekali tidak. Tapi, menghadapi badai justru Yesus tidur
tenang. Ada kesan Yesus “seolah-olah” tidur, karena hendak memberi pelajaran
kepada para murid.
Tak ada hidup rumah tangga yang tanpa persoalan. Pasti selalu
ada badai dan topan. Ada banyak faktor yang dapat menjadi pemicu badai dalam
rumah tangga. Misalnya, sikap curiga, komunikasi macet, ekonomi, kehadiran
orang luar, dll. Persoalan-persoalan yang muncul sering menjadi biang konflik
rumah tangga. Apalagi bila ditunjang ego,
sikap mau menang sendiri, membuat konflik seakan tak berujung.
Menjadi persoalan adalah konflik yang terjadi dalam kehidupan
rumah tangga tidak bisa dijadikan alasan untuk bercerai. Gereja Katolik tidak mengakui adanya perceraian. Karena itu,
hidup dalam rumah tangga yang demikian seakan hidup di atas bara api.
Namun, ada baiknya keluarga bercermin dari pengalaman para
murid di atas. Sekalipun tahu Yesus ada di dalam perahu, tapi para murid tidak
sadar bahwa Yesus ADA bersama mereka. Demikian pula dalam kehidupan rumah
tangga. Suami istri percaya pada Yesus. Ada salib di dalam rumah. Tapi mereka
“menyingkirkan” Yesus di sebuah sudut rumah tangga. Suami istri hanya mau
mengandalkan kemampuan manusiawinya sendiri.
Maka, suami istri harus sadar. Jangan berjuang sendiri,
tetapi berjuanglah bersama Yesus. Suami istri dapat mengundang Tuhan hadir
dalam kehidupan dan membiarkan Dia memimpin rumah tangga.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar