Menikah bukanlah tujuan
hidup, melainkan salah satu pilihan hidup. Banyak orang, yang melihat menikah
sebagai tujuan hidup, lantas “berhenti” setelah menikah karena tujuannya sudah
tercapai. Hal ini sering menjadi salah satu pemicu konflik rumah tangga, karena
perjalanan hidup keluarga tersebut seperti tidak ada arah.
Pernikahan bukan akhir
perjalanan hidup, melainkan awal. Agar perjalanan hidup setelah menikah
terarah, maka dibutuhkan tujuan. Tujuan merupakan sasaran yang ingin dicapai.
Ketika seseorang membangun rumah tangga, pastilah ada tujuan yang mau dicapai.
Tiap agama punya tujuan atas pernikahan yang dibangun. Apa tujuan pernikahan
katolik?
Kanon 1055 §1 menegaskan
bahwa tujuan pernikahan katolik adalah mewujudkan kesejahteraan suami–isteri
dan kelahiran serta pendidikan anak. Mereka yang menikah dalam Gereja Katolik
mengarahkan perjuangan hidup untuk menggapai tujuan ini.
Dalam tujuan pertama,
kesejahteraan yang hendak diwujudkan adalah kesejahteraan bersama, bukan satu
pihak saja. Dasarnya karena Gereja Katolik melihat adanya kesetaraan antara
suami dan isteri. Orang menikah pertama-tama untuk membentuk sebuah persekutuan
hidup dan kasih, yang dengannya mereka saling mengusahakan kebaikan dan
kesejahteraan pasangan.
Kelahiran dan pendidikan
anak merupakan tujuan kedua. Dari kodratnya, pernikahan terarah kepada kelahiran
anak. Namun tidak lantas berhenti pada kelahiran saja. Suami-istri mencurahkan
hidupnya untuk mengapai tujuannya menikah, yaitu agar anak yang lahir
mendapatkan pendidikan. Satu pesan implisit adalah Gereja menghendaki, lewat
keluarga, lahirlah generasi baru yang lebih baik dari sebelumnya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar