Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, puasa berarti menghindari makan, minum dan lain
sebagainya dengan sengaja. Wikipedia mengartikannya sebagai tindakan sukarela
dengan berpantang dari makanan, minuman atau keduanya untuk periode waktu tertentu.
Dengan kata lain, menolak dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu.
Dalam bahasa Arab, puasa itu disebut dengan kata shoum, yang artinya menahan
diri. Menahan diri dari apa? Salah satunya adalah makanan dan minuman.
Secara
sederhana, puasa itu dipahami dengan tindakan sukarela untuk tidak makan dan
tidak minum pada periode waktu tertentu. Konsep puasa seperti ini sudah
diketahui oleh hampir semua umat manusia. Bahkan orang ateis dan kafir pun tahu dan
mengerti. Mereka tahu bahwa puasa itu identik dengan tidak makan dan tidak
minum; ada pengurangan makanan dan minuman.
Akan
tapi, kenapa di bulan puasa ini ada begitu banyak jenis makanan tersaji? Pada bulan-bulan
biasa, tidak pernah ada muncul aneka jajanan takjil. Di bulan puasa ini ada begitu banyak bermunculan pasar
kaget, yang membuat jalanan macet. Fenomena ini tidak pernah kita temukan di
bulan biasa. Pada bulan puasa ini, iklan-iklan makanan di televisi begitu
mendominasi. Artinya, bulan puasa ini identik dengan makan dan minum.
Apakah
ini suatu penyimpangan dari ajaran agama atau hal ini sudah sesuai dengan
ajaran agama? Bisa dipastikan bahwa fenomena ini tidak terdapat dalam ajaran
agama, baik yang terkandung dalam Al-Quran maupun hadis. Dengan kata lain,
fenomena tersebut salah. Namun, jika dikatakan suatu penyimpangan, kenapa tidak
ada semacam teguran dari otoritas agama? Majelis Ulama Indonesia, baik di
tingkat pusat maupun daerah terkesan bungkam, malah bukan tidak mustahil turut
menikmati fenomena ini.
Yang
pasti orang ateis dan kafir kebingungan. Mereka bingung antara teori dan fakta
saling bertentangan; antara ajaran dan kenyataan tidak sejalan. Seolah-olah tidak
ada kejelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dan untuk mengobati
kebingungan ini, umumnya orang ateis dan kafir hanya turut menikmati saja. Setiap
sore ikutan memburu takjilan. Bahkan fenomena
kenaikan harga di bulan puasa akibat kebutuhan akan barang meningkat, juga
turut dirasakan.
Koba,
3 Juni 2017
by: adrian
Baca juga tulisan
lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar