Ungkapan
kasih sayang orangtua amat penting bagi perkembangan psikologis anak. Ini bisa
menjadi bekal saat anak beranjak dewasa; dia akan memiliki kekuatan, harga diri
dan kebahagiaan. Dalam buku The First
Love Language of Children karya Gary Chapman dan Rosa Campbell, ada lima
hal yang dapat menjadi acuan dasar dalam mengungkapkan dan memahami kasih
sayang antara anak dengan orangtua. Kelimanya adalah sentuhan fisik, kata-kata
menenangkan, waktu berkualitas, hadiah dan tindakan melayani.
Sentuhan
fisik dapat diwujudkan dengan membelai anak penuh kasih sayang atau menepuk
pundaknya untuk memberi dukungan. Memeluk atau merangkul juga masuk dalam
kategori ini. Sentuhan fisik membuat relasi anak dan orangtua seakan dekat.
Sementara kata-kata menenangkan terwujud dalam pujian atau permintaan maaf bila
salah. Pada prinsipnya, hendaknya orangtua tidak mengeluarkan kata-kata kasar
dan keras kepada anak.
Menghabiskan
waktu berkualitas bersama keluarga menjadi hal penting, yang terasa sangat
berharga bagi orangtua yang bekerja. Meluang waktu bersama anak, sekalipun
hanya sebentar tapi sungguh berkualitas, membuat anak merasa diperhatikan.
Akhir pekan perlu dinikmati bersama anak sekaligus memberikan afeksi dan
perhatian yang tulus. Saat ini dapat dipakai bagi setiap anggota keluarga untuk
lebih saling mengenal, mendengarkan dan berbagi cerita. Bapak dan ibu pun jadi
lebih memahami kondisi yang sedang dialami anaknya.
Jadi,
waktu berkualitas ini bertujuan untuk menikmati kebersamaan. Hal ini dapat
dilakukan bukan hanya di rumah atau komplek rumah, melainkan juga di luar rumah
seperti pantai, gunung atau tempat rekreasi lainnya. Sangat bagus jika sedini
mungkin anak tidak tergantung pada permainan elektronik.
Memberi
hadiah kepada anak atas prestasinya merupakan bentuk perhatian dan apresiasi
orangtua. Prestasi di sini bukan sebatas prestasi bangku sekolah saja,
melainkan perilaku, sikap dan kehidupan yang positif yang diperlihatkan anak.
Hadiah tidak selamanya berwujud barang. Ucapan terima kasih, pujian dan
memenuhi keinginan anak, sejauh masih dalam batas wajar, dapat menjadi bentuk
hadiah.
Perlu
juga menanamkan nilai kasih sayang kepada anak, termasuk saling menyayangi
antar saudara dan kepada orangtua. Misalnya, ibu bisa berkata kepada anaknya,
“Ayo tolong temani mama masak”, atau ayah dapat berkata, “Temani ayah cuci
mobil yuk.” Bisa juga meminta mereka untuk memperhatikan saudaranya, “Tolong
temani kakak ke toko.”
Kasih
sayang antar sesama saudara itu sangat penting ditumbuhkan. Mengajak anak untuk
menjaga, menemani atau membantu saudaranya merupakan benih kasih sayang yang
harus ditanamkan. Selain itu, sangat penting juga bertanya kepada anak tentang
dimana saudaranya. Ini mirip seperti pertanyaan Allah kepada Kain, “Dimana
Habel, adikmu itu?” (Kej 4: 9). Semua ini bertujuan supaya anak tidak masa
bodoh terhadap kehadiran kakak atau adiknya.
Penanaman
nilai kasih sayang dan perhatian satu sama lain merupakan wujud dari tindakan
melayani. Dengan ini anak mempunyai sifat dan sikap melayani. Penting juga bila
tindakan melayani ini diwujudkan dengan semangat saling mendoakan. Ketika si
kakak menganggu adik sehingga adik merasa kesal, tak salah jika orangtua
mengajak adik untuk mendoakan si kakak. Demikian pula sebaliknya. Tindakan ini
bertujuan menanamkan benih kasih, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Hal
ini sejalan dengan nasehat Yesus agar orang tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan (Mat 5: 39, bdk 1Ptr 3: 9).
Dari
semua uraian di atas, ada tiga kata istimewa yang harus diterapkan dalam
kehidupan rumah tangga. Ketiga kata itu adalah terima kasih, tolong dan maaf.
Orangtua harus menanamkan tiga kata tersebut ke dalam hati anak-anaknya. Penanaman
yang efektif adalah bila orangtua sendiri menerapkannya dalam hidup. Misalnya,
jika benar dirinya salah, orangtua harus jujur dan berani meminta maaf, baik
itu kepada anak maupun antar suami isteri. Demikian pula dengan dua kata
lainnya.
sumber: Kompas, 12 Februari 2017, hlm 11
by: adrian
Baca juga tulisan
lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar