SANTA LYDIA LONGLEY, PENGAKU IMAN
Lydia Longley lahir pada
tahun 1674 di Groton, sebuah daerah koloni Inggris di Amerika Serikat. Keluarga
Longley penganut agama Protestan Puritan, yang keras sekali pandangan hidupnya.
Ibunya meninggal dunia ketika Lydia bersama 3 orang adiknya: Will, Jemina dan
John, masih kecil. Dalam usia remajanya, Lydia terpaksa menggantikan ibunya
dalam mengurusi adik-adiknya. Hal ini dilakukannya sampai saat ayahnya menikah
lagi dengan Crips Deliverance, seorang janda muda. Semenjak itu, Crips
mengambil alih lagi tugas-tugas Lydia sebagai ibu rumah tangga.
Dari pernikahan kedua ini,
ayahnya memperoleh lagi 4 orang anak: Yosef, Betty, Richard dan Mathaniel. Ayahnya
mendidik anak-anaknya penuh disiplin bahkan cenderung keras. Mereka dilatih
untuk bekerja, berdoa dan menulis. Lydia dibebani tugas mendampingi
adik-adiknya dalam melaksanakan tugas-tugas itu. selain itu mereka dilatih juga
oleh ayahnya cara menggunakan senjata untuk membela diri bila ada suatu bahaya.
Salah satu bahaya besar yang selalu mengancam hidup mereka adalah serangan
orang-orang Indian yang masih biadab.
Pada tahun 1694 daerah
Groton diserang oleh orang-orang Indian Abenaki. Ayah dan ibunya bersama
beberapa orang lainnya mati terbunuh dalam peristiwa itu. tinggallah Lydia,
Betty dan John yang dibiarkan hidup oleh orang-orang Indian itu. Mereka dibawa
sebagai tawanan ke New France, daerah koloni Perancis. Di tengah perjalanan
itu, Betty meninggal dunia dan John dipisahkan dari Lydia.
Setiba di New France, Lydia
dihadapkan ke depan penguasa Perancis setempat. Di sana hadir juga tuan Le Ber,
seorang duda yang beragama katolik. Oleh Tuan Le Ber, Lydia ditebus dan
diangkat menjadi anaknya sendiri. Semenjak itu kehidupan Lydia tergantung
sepenuhnya pada kebaikan hati Le Ber dan anak-anaknya: Pierre dan Jeanne. Ia merasa
senang karena diperlakukan sebagai anak kandung dengan cara hidup katolik dari
keluarga Le Ber, maupun dari segenap warga kota New France.
Lydia kemudian berkenalan
dengan pastor Pere Meriel, imam di New France, dan suster-suster Notre Dame. Atas
permintaan Tuan Le Ber, seorang suster dating mengajarkan bahasa Perancis
kepada Lydia. Pada suatu hari, Lydia diperkenalkan pada suster Mere Bourgooys,
pendiri kongregasi tersebut. Pertemuannya dengan suster Mere Bourgooys
menumbuhkan dalam hatinya keinginan untuk menjadi suster juga.
Atas pengaruh keluarga Le
Ber, suster-suster dan pastor Meriel, Lydia kemudian dipermandikan menjadi
katolik pada 24 April 1696 dengan nama Magdalena. Kemudian ia diterima menjadi
suster dengan nama suster Magdalena. Pada 19 September 1699 ia mengikrarkan
kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama beberapa tahun Lydia dikirim
ke Pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga Kudus di sana. Ia meninggal
dunia pada 21 Juni 1758, dan dimakamkan di kepel Kanak-kanak Yesus di Montreal.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar