KENAPA WANITA MAU MELEPASKAN
KEPERAWANANNYA
Salah
satu perbedaan mendasar perempuan masa kini dengan masa lalu adalah soal
menjaga keperawanan. Kaum perempuan masa lalu akan sangat kuat menjaga
keluhuran harkat kewanitaannya yang terletak pada keperawanan. Bagi kaum perempuan
dahulu, keperawanan merupakan persembahan spesial kepada pria yang sudah
menjadi suaminya pada malam pertama. Karena itu, perempuan masa dulu tidak mudah
melepaskan keperawanannya kepada pacarnya di masa pacaran.
Berbeda
dengan perempuan masa kini. Ada banyak kaum perempuan sudah kehilangan
keperawanannya sebelum mereka resmi menikah. Artinya, ketika masih pacaran, perempuan
sudah melakukan hubungan seks sehingga hilanglah keperawanannya. Dan mirisnya,
banyak di antara mereka menikah bukan dengan pria yang telah mengambil
keperawanannya. Dengan kata lain, keperawanannya diserahkan kepada pria A, tapi
ia menikah dengan pria B.
Ada perempuan
begitu mudah melepaskan keperawanannya dengan pria yang baru dikenalnya
beberapa bulan, padahal status si pria lebih rendah dari si perempuan. Artinya,
mereka baru menjalani masa pacaran beberapa minggu, namun sang gadis mau
menyerahkan keperawanannya. Parahnya lagi, si gadis selalu memberi kebutuhan si
pria, seperti kontrakan rumah, pakaian, dan kebutuhan lainnya.
Menjadi
pertanyaan, kenapa ada perempuan mau berhubungan seks? Apakah lantaran
ketertarikan fisik dengan lawan jenisnya? Karena cinta? Atau mungkin karena
beberapa masalah seperti kesendirian, kebosanan, dan mengurangi rasa sakit?
Cindy
Meston dan David Buss, dua professor psikologi dari Universitas Texas, AS,
mencoba menemukan jawaban di balik alasan perempuan melakukan hal tersebut.
Dalam penelitian yang telah dibukukan dengan judul Why Women Have Sex, kedua peneliti menemukan sejumlah alasan, mulai
dari alasan cinta, sekedar mencari kenikmatan, bagian dari tugas hingga uang.
“Perempuan banyak yang melakukan hubungan seks sekedar untuk mencari pengalaman
dan petualangan. Bahkan ada pula yang hanya ingin melepas keperawanan,” ujar
Meston.
Keperawanan
merupakan hal yang paling penting yang dimiliki oleh setiap perempuan.
Keperawanan sering dianggap sebagai kesucian oleh kaum perempuan. Saking
pentingnya keperawanan bagi perempuan, mereka akan sangat sulit untuk
melepaskannya, jika hubungan yang mereka jalani tidak resmi atau tidak ada
ikatan.
Namun
ternyata di zaman yang terbilang modern ini, membuat perempuan sangat mudah
untuk melepaskan keperawanannya tersebut. Padahal keperawanan merupakan hal
yang sangat penting baginya. Tetapi kenapa perempuan saat ini sangat mudah
untuk melepaskannya meski belum memiliki hubungan yang resmi ataupun ikatan
yang serius, yaitu pernikahan. Cindy Meston dan David Buss mengemukakan lima
alasan.
(1) Karena cinta. Cinta sering dianggap
sebagai alasan kenapa perempuan mau dengan mudah melepaskan keperawanannya.
Menurut peneliti ini, perempuan yang tidak mau melepaskan keperawanannya untuk
sang kekasih, dianggap tidak cinta dengan kekasihnya itu. Oleh karena itu,
anggapan itu membuat banyak perempuan mau dengan mudah melepaskan
keperawanannya. Dengan kata lain, mau dikatakan bahwa hubungan seks merupakan
bukti cinta.
Alasan
pertama, melakukan seks karena cinta, biasanya datang dari kaum pria. Merekalah
yang meminta pasangannya untuk mau melakukan hubungan intim sebagai ungkapan
dan bukti cinta. Hal ini didasarkan pada orientasi seks kaum pria pada umumnya.
Jika kaum perempuan lebih berorientasi pada romantisme, kaum pria tertuju pada
hubungan seks.
Oleh
karena itu, kaum perempuan hendaknya menyadari hal ini. Permintaan sang kekasih
untuk melakukan hubungan seks sebagai ungkapan atau bukti cinta, sebenarnya
hanyalah sebagai wujud pelampiasan kebutuhan seksual kaum pria. Bukti cinta
hanya sebagai topeng bagi keinginannya yang tersembunyi. Kaum perempuan harus
mempertanyakan juga bukti cinta kaum pria pada dirinya. Jika kaum pria sungguh
mencintai pasangannya, ia justru akan menjaga keperawanan pasangannya. Dengan
kata lain, ia tidak akan meminta pasangannya untuk melepaskan keperawanannya.
(2) Jaga perasaan. Selain cinta, ada
beberapa perasaan yang timbul dalam hati kaum perempuan untuk menyerahkan
keperawanannya. Ada perempuan takut kekasihnya marah jika ia menolak permintaan
sang kekasih untuk melakukan hubungan seks. Ada perempuan tak tega melihat
kekasihnya merayu-rayu, dan tak tega melihat kekasihnya kecewa jika ia menolak
melakukan hubungan intim. Semua ini membuat perempuan merasa tak enak dengan
pasangannya sehingga ia rela melepaskan keperawanannya.
Alasan
kedua ini tak jauh berbeda dengan alasan pertama di atas. Di sini terlihat
bahwa kaum perempuan mendapat tekanan dari pasangannya. Jika diperhatikan, ada
kesan bahwa kaum pria menggunakan salah satu kelemahan kaum perempuan, yaitu
perasaan. Perempuan merupakan makhluk yang lebih dominan dalam perasaan
ketimbang ratio. Karena itu, kaum pria menyentuh titik ini, karena sadar kaum
perempuan tidak akan berpikir.
Padahal
jika dipikir baik-baik, andai kaum perempuan menggunakan ratio atau akal sehat,
ketakutan dan kecemasannya terkait tekanan dari pasangan untuk melakukan
hubungan seks dapat diatasi. Keperawanan adalah hak mutlak kaum perempuan,
bukan pada kaum pria, apalagi yang bukan pasangan hidupnya. Jadi, sangat aneh
jika ada pria, yang masih berstatus pacar, marah atau kecewa bila tidak
mendapatkan keperawanan pasangannya. Kaum perempuan musti mempertanyakan
keanehan ini: kenapa mereka harus marah atau kecewa jika permintaan hubungan
seks ditolak. Pria tak punya hak marah pada perempuan jika permintaannya untuk
berhubungan seks ditolak; pria tak punya hak untuk kecewa atas penolakan
kekasihnya yang tak mau menyerahkan keperawanannya.
Oleh
karena itu, hendaknya kaum perempuan jangan hanya dikendalikan oleh perasaan.
Gunakanlah akal sehat atau ratiomu. Jangan sampai karena menjaga perasaan, kamu
merelakan keperawanan, yang adalah harkat dan martabatmu.
(3) Untuk mengikat hubungan. Takut
kehilangan sering membuat banyak perempuan dengan mudah untuk melepaskan
keperawanannya. Hal ini dikarenakan agar ia dapat mengikat hubungan semakin
kuat, dengan maksud agar kekasihnya tidak meninggalkan dirinya. Padahal,
perempuan yang mudah disentuh itulah merupakan perempuan yang sangat mudah
untuk ditinggalkan kekasih.
Alasan
ketiga ini merupakan kelanjutan dari alasan kedua di atas. Di sini terlihat
bahwa kaum perempuan mendapat tekanan dari pasangannya: “jika kamu tidak mau melakukannya, aku akan meninggalkanmu.” Tekanan
ini akan semakin kuat jika kaum pria menambahkan alasan pertama, yaitu sebagai
bukti cinta. Perempuan yang hanya mengandalkan perasaan, akan dengan sangat
mudah menyerahkan keperawanannya kepada kekasihnya.
Padahal
jika dipikir baik-baik, andai kaum perempuan menggunakan ratio atau akal sehat,
ketakutan dan kecemasannya terkait tekanan dari pasangan untuk melakukan
hubungan seks dapat diatasi. Kaum perempuan dapat berkata, “Dunia tidak selebar
daun kelor. Laki-laki di dunia ini bukan hanya kamu. Patah tumbuh, hilang
berganti. Kamu pergi, aku cari lagi.” Kaum perempuan jangan mau dikalahkan oleh
ketakutan-ketakutan fiktif yang tak beralasan. Perempuan harus mempertanyakan
cinta kekasihnya jika karena penolakan itu ia rela meninggalkan dirinya. Selain
itu, kaum perempuan harus menanamkan dalam hati dan budinya bahwa perempuan
yang mudah diajak berhubungan seks adalah perempuan yang sangat mudah untuk
ditinggalkan kekasih.
(4) Gaya hidup. Gaya hidup atau trend sering menjadikan perempuan tak
sadarkan diri sehingga mereka terlalu berlebihan untuk mengikutinya. Salah
satunya adalah berhubungan seks dengan pasangan, yang dianggap sebagai tren
masa kini yang jika tidak dilakukan maka akan dianggap tidak gaul atau
ketinggalan zaman. Oleh karena itu, banyak perempuan yang dengan mudah melepaskan
keperawanannya untuk pasangannya.
Seperti
yang sudah dikatakan di atas, anak-anak perempuan masa kini jauh berbeda dengan
genarasinya di masa lalu. Terkait dengan persoalan hubungan seks, anak-anak
masa kini terlihat lebih permisif. Anak perempuan begitu mudah memberikan
keperawanannya kepada pasangannya, sekalipun mereka belum terikat perkawinan.
Hal ini disebabkan karena perkembangan jaman. Kemajuan teknologi komunikasi,
khususnya televisi dan internet, membuat anak jaman sekarang mudah terbawa arus
globalisasi. Apa yang menjadi gaya hidup “di luar” dengan sangat mudah menjadi
bagian hidupnya. Inilah yang dikenal dengan istilah westernisasi. Banyak perempuan merasa minder dikatakan ketinggalan
jaman atau kurang gaul jika tidak mau menyerahkan keperawanannya.
Padahal
perlu diketahui, khususnya oleh kaum perempuan, bahwa hubungan seks sebelum
nikah berdampak buruk bagi perkawinan kemudian. Sebuah penelitian, yang
dilakukan oleh Monty P. Setiadarma dan Henny E. Wirawan, mencoba melihat kehidupan
pernikahan perempuan yang pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah.
Penelitian ini menyatakan bahwa hubungan seks pra-nikah berpotensi untuk
menciptakan konflik dalam keluarga. Mereka melihat bahwa hubungan seks pada
masa pacaran menjadi faktor pencetus akan kecemburuan, salah pengertian antar
pasangan, konflik karena permasalahan anak dan masalah lainnya.
(5) Karena uang. Banyak kali perempuan
menjual dirinya demi mendapatkan beberapa uang untuk menyambung hidup, padahal
banyak pekerjaan lain yang lebih baik dibandingkan menjual diri. Mereka tidak
berpikir akibat ke depannya dan pikiran pasangannya nanti, karena banyak pria
yang tidak menginginkan perempuan yang tidak perawan lagi untuk dinikahi.
Keperawanan merupakan hal yang sangat penting dalam diri perempuan. Oleh karena
itu, disarankan agar kaum perempuan menjaganya dengan baik-baik supaya derajat
perempuan tidak selalu direndahkan oleh kaum pria.
Fenomena
seks karena uang sebenarnya bukanlah hal yang baru. Fenomena ini tak jauh
bedanya dengan prostitusi atau pelacuran. Namun, sangat sulit menemukan seorang
pelacur yang menyerahkan keperawanannya untuk uang. Ada banyak perempuan
menjadi pelacur karena hilangnya keperawanannya yang disertai dengan
pengkhianatan sang kekasih. Artinya, setelah menyerahkan keperawanannya kepada
pasangannya, terjadilah pengkhianatan, dimana pasangannya meninggalkan dirinya.
Kekecewaan ini membuat perempuan terjun ke dunia pelacuran.
Akan
tetapi, maraknya anak perempuan menyerahkan keperawanannya demi uang dewasa ini
ditengarai oleh faktor kemajuan teknologi. Keinginan untuk memiliki benda-benda
teknologi canggih, sementara orangtua tak mampu memenuhinya, membuat perempuan
mudah menyerahkan keperawanannya. Faktor ini juga yang kemudian memicu
perempuan untuk meneruskan “profesi” pelacur.
Akan
tetapi, menjadi sangat aneh dan membingungkan bila fenomena seks karena uang
ini dikaitkan dengan contoh di atas. Di atas diceritakan ada perempuan begitu
mudah menyerahkan keperawanannya dengan pasangan yang baru dikenalnya beberapa
bulan. Bukan cuma keperawanannya saja yang diberikan, melainkan uangnya.
Padahal, dari segi status, perempuan ini sedikit lebih tinggi dari pasangannya.
Demikianlah
kelima faktor yang menjadi penyebab kenapa perempuan begitu mudah menyerahkan
keperawanannya. Memang masih ada beberapa hal yang membingungkan berkaitan
dengan kepastiannya. Jawaban pasti masalah ini ada pada kaum perempuan yang
telah melakukannya.
Dabo-Singkep,
8 Maret 2016
by: adrian, diolah dari http://netlives.info/2016/03/05/ini-dia-alasan-wanita-kehilangan-kesuciannya-dan-usaha-pria-untuk-mendapatkannya/
sumber
lain: Seks Pra-Nikah dan Dampaknya
Baca juga tulisan lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar