Renungan
Pesta Salib Suci, Thn B/I
Bac
I Bil 21: 4 – 9; Bac II Flp 2: 6 – 11;
Injil Yoh 3: 13 – 17;
Hari ini Gereja Semesta mengajak kita bergembira merayakan Pesta Salib Suci. Pesta ini dikaitkan dengan penemuan potongan kayu salib Tuhan Yesus oleh Santa Helena, ibu Kaisar Konstantinus Agung, pada abad keempat. Salib itu diyakini sebagai salib tempat Tuhan Yesus tergantung. Akan tetapi, pesta Salib Suci bukan semata untuk memperingati peristiwa penemuan itu, melainkan ungkapan iman akan Salib Tuhan Yesus sebagai jalan keselamatan.
Salib sebagai jalan
keselamatan terlihat dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Dalam Injil
dikatakan bahwa orang dapat naik ke sorga melalui Tuhan Yesus (ay. 13). Dan itu
terjadi ketika Tuhan Yesus ditinggikan. Kata “ditinggikan” di sini mengandung
makna penyaliban, yaitu saat Tuhan Yesus ditinggikan di kayu salib. Sebagaimana diketahui,
pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib mendatangkan penebusan bagi umat manusia.
Tuhan Yesus membandingkan peristiwa peninggian itu dengan peninggian ular di
padang gurun oleh Musa (ay. 14). Peristiwa ini terdapat dalam bacaan pertama, yang diambil
dari Kitab Bilangan. Orang yang memandang ular yang ditinggikan itu, akan mendapatkan keselamatan. Ia akan hidup.
Bacaan kedua, yang diambil
dari Surat Paulus kepada jemaat di Filipi, juga menyinggung soal salib. Dalam suratnya
itu, Paulus melihat bahwa pada peristiwa salib, Tuhan Yesus merendahkan
diri-Nya. Tuhan Yesus, yang menurut Paulus, setara dengan Allah, namun mengambil rupa sebagai seorang hamba. Proses perendahan diri ini merupakan
bagian dari karya penebusan. Dan puncak penebusan itu ada pada salib, yaitu
ketika Tuhan Yesus tergantung di kayu salib.
Salib sering dilihat sebagai
bentuk penghinaan. Hanya orang yang benar-benar sangat jahat,
layak mati di kayu salib. Namun Tuhan Yesus, yang sama sekali tidak ada
kesalahan pada-Nya, memilih mati di kayu salib. Tuhan Yesus telah mengubah
sesuatu yang hina menjadi mulia, karena melalui salib itu keselamatan
dicurahkan. Salib sebagai jalan keselamatan, memiliki dua arah, yaitu vertikal dan
horizontal. Keselamatan tegak lurus melambangkan keselamatan yang berasal dari
Allah (atas) dan mendapat tanggapan dari manusia (bawah). Keselamatan
horizontal menggambarkan Allah yang menjadi manusia, dalam diri Tuhan Yesus,
hidup dalam kehidupan manusia, agar manusia pun mau menanggapi tawaran
keselamatan Allah. Ini juga dapat melukiskan relasi kita dengan sesama. Kita diajak
agar kita berperan dalam karya keselamatan Allah kepada sesama kita.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar