Renungan
Hari Minggu Biasa XXIII, Thn B/I
Bac
I Yes 35: 4 – 7a; Bac II Yak 2: 1 – 5;
Injil Mrk 7: 31 – 37;
Hari ini bacaan pertama diambil dari Kitab Nabi Yesaya. Di dalam kitabnya Yesaya menyampaikan nubuat kedatangan mesias, yang merupakan pengharapan bagi umat Israel. Situasi saat itu umat Israel berada dalam pembuangan. Mereka sangat menderita. Karena itu, Yesaya mengajak umat Israel untuk bersiap menyambut Dia. Mesias ini akan menyelamatkan mereka. Yesaya menyebutkan tanda kehadiran mesias itu, yaitu orang buta melihat, yang tuli bisa mendengar (ay. 5) juga orang lumpuh dapat berjalan serta yang bisu bisa berkata-kata (ay. 6).
Tanda-tanda kehadiran
mesias, seperti digambarkan Nabi Yesaya, terlihat dalam diri Tuhan Yesus. Dalam
Injil hari ini dikisahkan mukjizat Tuhan Yesus menyembuhkan orang bisu dan
tuli. Sekalipun Tuhan Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya
jangan menceritakan kepada siapapun, namun makin luas mereka memberitakannya
(ay. 36). Hal ini dapat dimaklumi, karena kehadiran mesias sudah lama
dinantikan. Kedatangan mesias merupakan kerinduan dan pengharapan yang begitu
mendalam, sehingga ketika melihat sedikit saja tanda kehadirannya, akan
berdampak besar.
Dalam suratnya, yang menjadi
bacaan kedua hari ini, Yakobus seakan merefleksikan tentang Tuhan Yesus sebagai
mesias. Sebagai mesias, Tuhan Yesus hadir untuk siapa saja, teristimewa mereka
yang lemah dan tersingkirkan. Meminjam kata-kata orang banyak dalam Injil, “Ia
menjadikan segala-galanya baik.” (Mrk 7: 37). Akan tetapi, refleksi Yakobus
tidak hanya berhenti pada Tuhan Yesus saja. Yakobus justru menjadikan Tuhan
Yesus sebagai media refleksi bagi umat. Yakobus mengajak umat untuk mengikuti
teladan Tuhan Yesus. “Janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.”
(ay. 1).
Yesus adalah Tuhan.
Sebagai Tuhan Dia mesti diimani. Akan tetapi, sabda Tuhan hari ini mengajak
kita untuk tidak hanya berhenti pada mengimani. Tuhan Yesus harus juga
diteladani. Jadi, pada Tuhan Yesus, iman itu harus tampak juga dalam perbuatan.
Yang dapat dilakukan, sebagai ungkapan meneladani Dia, adalah sikap-Nya
terhadap orang kecil dan terpinggirkan. Tuhan menghendaki supaya kita tidak
memandang rendah orang miskin, lemah dan cacat. Umumnya orang-orang ini selalu
disingkirkan. Melalui sabda-Nya, Tuhan mengajak kita untuk merangkul mereka.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar