Renungan Hari Senin Prapaskah
III, Thn B/I
Bac I 2Raj 5: 1 – 15a; Injil Luk 4: 24 – 30;
Hari ini bacaan pertama diambil dari Kitab Raja-raja yang
kedua. Di sini ditampilkan kisah tentang Naaman, panglima Raja Aram. Dikatakan bahwa
sekalipun hebat di medan tempur, namun Naaman tidak kuasa melawan penyakit
kusta yang menderanya. Berkat pelayan rumahnya, Naaman berkenalan dengan Nabi Elisa,
abdi Allah, di Samaria. Maka Naaman pun berangkat menuju Samaria dengan membawa
persembahan. Ketika tiba di tempat Elisa, Naaman merasa sedikit kecewa, karena
apa yang terjadi jauh dari keinginannya. Naaman memang ingin sembuh, tapi harus
sesuai dengan keinginannya seperti, Elisa “datang keluar dan berdiri memanggil
nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tempat penyakit
itu…” (ay. 11).
Sikap seperti Naaman di atas, tak jauh berbeda dengan sikap
orang Yahudi dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa orang banyak yang datang ke
rumah ibadat kecewa dengan Tuhan Yesus. Kekecewaan mereka bukan pada
pengajaran-Nya, melainkan karena latar belakang-Nya. Latar belakang Tuhan Yesus
tidak sesuai dengan keinginan mereka. Sikap inilah yang dikecam Tuhan Yesus
sehingga mereka semakin marah dan menghalau Tuhan Yesus ke tepi gunung “untuk
melemparkan Dia dari tebing itu.” (ay. 29).
Ketika menciptakan manusia, Tuhan menganugerahkan juga
kehendak bebas. Dengan kehendak itu manusia mampu menentukan sendiri keinginan.
Tak jarang keinginan manusia bertentangan dengan kehendak Allah. Inilah yang
terlihat dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Seringkali kita memaksakan
kehendak kita, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Melalui sabda-Nya, Tuhan
menghendaki supaya kita dapat melihat apa yang baik dan benar, dan jangan
terlalu memaksakan keinginan pribadi. Masa prapaskah merupakan kesempatan untuk
mengendalikan keinginan-keinginan pribadi dengan cara pantang dan puasa. Tuhan mengajak
kita untuk mengutamakan kehendak Allah sekalipun bertentangan dengan keinginan
pribadi.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar