Renungan Hari Minggu Biasa
IV, Thn B/I
Bac I Ul 18: 15 – 20; Bac II 1Kor 7: 32 – 35;
Injil Mrk 1: 21 – 28;
Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Ulangan. Di sini diungkapkan
bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi dari antara umat. Membangkitkan di
sini tidak sama artinya dengan membangkitkan dari kematian. Membangkitkan di
sini harus dimengerti dengan menghadirkan atau menampilkan. Jadi, Allah akan
menghadirkan seorang nabi yang akan menyampaikan pesan Allah kepada umat. Firman
Allah ada di dalam mulutnya. Hal inilah yang membuat para nabi memiliki kuasa.
Apa yang disampaikan oleh Kitab Ulangan di atas terlihat
dalam bacaan Injil. Nabi yang dimaksud dalam bacaan pertama adalah Tuhan Yesus
sendiri. Bahkan Injil menampilkan bahwa Yesus lebih dari sekedar nabi. Yesus hadir
dari antara umat, dan Dia membawa pesan Allah. Pesan Allah itu terlihat dari
kuasa yang diperlihatkan-Nya, baik saat mengajar maupun saat mengusir roh-roh
jahat. Dia mengajar sebagai orang yang berkuasa. Dia berkata-kata dengan kuasa
sehingga roh-roh jahat pun taat kepada-Nya. Hal inilah yang membuat banyak
orang kagum dan takjub.
Bacaan kedua seakan merefleksikan kedua bacaan di atas. Dalam
suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus hendak menegaskan bahwa
pada Yesus ada kuasa; kuasa dalam kebenaran, kuasa atas roh jahat, kuasa
penyembuhan dan kuasa-kuasa lainnya. Kuasa itu ada karena Allah. Dan Yesus
adalah Allah yang menjadi manusia; Allah yang tinggal di antara manusia. Karena
itu, Paulus menasehati umat untuk tidak perlu khawatir dalam hidup. Khawatir di
sini bukan khawatir itu sendiri, tetapi dikaitkan dengan relasi umat dengan
Tuhan. Sebab ada umat yang karena kekhawatirannya, ia sampai meninggalkan
Tuhan. Paulus menghendaki supaya jangan sampai kekhawatiran itu membuat umat
melupakan Tuhan, melainkan bersama Tuhan menghadapi kekhawatiran itu.
Hidup manusia selalu diliputi dengan kekhawatiran. Ini adalah
lumrah. Tak ada manusia yang hidupnya tak pernah mengalami rasa khawatir. Ada
banyak kekhawatiran dalam hidup seperti soal kesehatan, pendidikan anak-anak,
relasi, usaha atau pekerjaan, dll. Kekhawatiran-kekhawatiran ini, seperti yang
dikatakan Paulus, lebih bersifat duniawi. Sabda Tuhan mengajak kita untuk tidak
terlalu memikirkan kekhawatiran duniawi ini sehingga kita melupakan, bahkan
meninggalkan Tuhan. Melalui sabda-Nya, Tuhan menyadarkan kita bahwa Tuhan Yesus
mempunyai kuasa, termasuk kuasa mengatasi kekhawatiran itu. Oleh karena itu,
Tuhan menghendaki supaya kita datang kepada-Nya dan mengajak Dia untuk
bersama-sama menghadapi kekhawatiran hidup ini.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar