Minggu, 17 Agustus 2014

Renungan HUT Proklamasi RI - Thn A

Renungan HUT Kemerdekaan RI ke-69, Thn A/II
Bac I   : Sir 10: 1 – 8; Bac II          : 1Ptr 2: 13 – 17;
Injil     : Mat 22: 15 – 21

Hari ini, sebagai warga negara, kita merayakan hari kemerdekaan bangsa kita dari penjajahan bangsa asing. Tepat tanggal 17 Agustus enampuluh sembilan tahun lalu, Bung Karno dan Bung Hatta, atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Tema sabda Tuhan dalam bacaan liturgi kemerdekaan ini adalah bijaksana. Dikaitkan dengan hari raya kita, maka secara tidak langsung Tuhan menghendaki agar kita menggunakan kemerdekaan kita dengan bijaksana.

Dalam bacaan pertama, sikap bijaksana itu ditujukan kepada para pemimpin terhadap bawahannya. Sikap bijaksana pemimpin dapat membawa efek positif bagi bawahannya. Penulis Putera Sirakh mengatakan bahwa pemimpin yang bijaksana akan mendatangkan ketertiban dan keteraturan (ay.1) dan kesejahteraan (ay. 3). Sedangkan dalam bacaan kedua, yang diambil dari surat Rasul Petrus yang pertama, sikap bijaksana ditujukan kepada semua orang, secara khusus orang bawahan. Petrus dalam suratnya, menegaskan agar kita tidak menyalahgunakan kemerdekaan demi kepentingan diri sendiri. Petrus menghendaki agar kita hidup “sebagai orang merdeka” (ay. 16), yang berarti menggunakan kemerdekaan dengan bijaksana. Hidup merdeka dengan bijaksana dapat terlihat dalam sikap menghormati dan mengasihi sesama, takut akan Allah dan menghormati pemimpin pemerintahan (ay. 17).

Sikap bijaksana, dalam Injil hari ini, diperlihatkan oleh Tuhan Yesus. Menghadapi pertanyaan menjebak dari murid-murid kaum Farisi dan orang Herodian, Yesus memberikan jawaban yang bijaksana. “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (ay. 21). Di sini Yesus mau menanamkan sikap bijaksana berhadapan dengan dua institusi: agama dan sipil. Melalui jawabannya itu, Tuhan Yesus mengajak orang untuk tidak mencampuradukkan kedua urusan ini. Sikap bijaksana terlihat dari kemampuan orang membedakan dan memisahkan kedua urusan tersebut.

Sebagai orang merdeka tentulah kita merasa bangga hidup di alam kemerdekaan. Agak susah jika membayangkan kita masih hidup dalam keterjajahan, meski dalam artian tertentu masih banyak sesama kita yang terjajah. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita menghayati kemerdekaan negara kita dengan bijaksana. Menghayati kemerdekaan dengan bijaksana bukan berarti menikmati kemerdekaan itu untuk diri sendiri atau kelompok kita sendiri saja, melainkan membaginya kepada sesama kita. Tak bisa dipungkiri bahwa ada banyak warga negara yang hidupnya masih dijajah, dan yang ironisnya dilakukan oleh anak bangsa sendiri. Sabda Tuhan memanggil kita untuk menggunakan kemerdekaan kita demi pemerdekaan saudara-saudari kita yang masih dijajah. Di sinilah letak kebijaksanaan kemerdekaan kita.. Dengan kebijaksanaan itulah maka akan tercipta cita-cita bangsa ini, yaitu kesejahteraan hidup, yang dalam bahasa imannya adalah Kerajaan Allah.

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar