Renungan Hari Selasa Biasa
X, Thn A/II
Bac I 1Raj 17: 7 – 16; Injil Mat5: 13 – 16;
Hari ini Tuhan Yesus memberi pelajaran dengan menggunakan
kiasan, yaitu garam dan pelita. Garam berfungsi untuk menggarami, dan pelita
berfungsi untuk menerangi. Yesus mengajak para murid-Nya untuk menjadi garam
dan terang bagi sesama. Dalam pelajaran ini terkandung makna sikap sosial,
sebagai lawan dari sikap egois. Melalui pengajaran-Nya ini Yesus Kristus
mengajak pendengar-Nya untuk hidup berguna dan bermakna bagi sesama, bukan
hanya diri sendiri. Ibarat pelita yang menemukan nilainya bila diletakkan di
atas gantang sehingga menerangi semua orang, demikianlah hendaknya dengan murid
Kristus.
Sikap dan semangat sosial ditunjukkan janda miskin di Sarfat
dalam bacaan pertama. Ketika Nabi Elia meminta makan padanya, padahal sisa
bahan makanan yang ada saat itu hanya pas untuk dirinya dan anaknya (ay. 12),
janda itu memperlihatkan sikap egoisnya. Namun Nabi Elia mengajak dia untuk
berserah diri kepada Tuhan, membiarkan kecemasannya diurus oleh Tuhan, janda
itu berubah. Dia tidak lagi egois, melainkan bersikap sosial. Sisa bahan
makanan yang ada diolahnya untuk Elia tanpa lagi disibukkan memikirkan dirinya
dan anaknya.
Melalui sabda-Nya, Tuhan mau mengajak kita untuk mau
menanggalkan sikap dan semangat egois dalam diri kita. Tuhan meminta kita untuk
mau peduli dengan sesama, khususnya mereka yang memang membutuhkan uluran
tangan kita. Tuhan menghendaki supaya kita mau bersikap sosial, memberi diri
bagi kebersamaan. Sabda Tuhan mengajari kita bahwa dengan memberi kita tidak
berkekurangaan, melainkan justru berkelimpahan. Hal ini terlihat dari
pengalaman janda miskin di Sarfat yang tempayan tepungnya tak pernah berkurang
dan buli-buli minyaknya tak habis.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar