Renungan Hari Kamis Pekan Biasa XXIX B/II
Bac I Ef 3: 14 – 21 ; Injil Luk 12: 49 – 53
Injil hari ini sering kali digunakan orang untuk menyerang para murid Yesus bahwa Yesus bukanlah Raja Damai. Yesus sendiri mengatakan bahwa Dirinya tidak membawa damai di bumi ini, melainkan pertentangan (ay. 51). Dan pertentangan itu lantas dimengerti sebagai pertikaian, perselisihan bahkan perang.
Hal ini semakin jelas lagi bila melihat kehadiran agama kristen di Indonesia. Iman kekristenan masuk ke nusantara ini melalui bangsa-bangsa Portugis dan Belanda. Dua negara ini, di Indonesia dikenal sebagai bangsa penjajah. Karena itulah, kekristenan identik dengan penjajahan dan perang.
Padahal bukan itu yang dimaksud Yesus dalam Injil hari ini. Pertentangan yang terjadi diakibatkan karena Yesus datang membawa pembaharuan hidup. Pembaharuan hidup ini berdampak pada adanya perubahan. Dan seperti biasanya, aksi pembaharuan selalu menimbulkan gejolak bagi mereka yang mencintai kemapanan. Gejolak inilah yang bermuara pada pertentangan.
Karena itu, harus disadari bahwa kehadiran Yesus di dunia ini membawa perubahan dalam hidup. Perubahan ini ditawarkan kepada siapa saja. Ujung dari perubahan itu adalah damai. Namun sebelum sampai pada tujuan itu, yah mau tidak mau selalu ada "perang" alias pertentangan. Mungkin inilah makna pepatah Latin Si vis pacem, para bellum.
Lewat sabda-Nya ini Yesus mau menyadarkan para murid-Nya bahwa jika suatu saat muncul pertentangan karena Dia, itu adalah wajar. Kita tak perlu takut.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar